Kamis, 07 Maret 2024

Catatan Film #8-9: Mean Girls (2024) dan Enola Holmes (2020)

Mean Girls (2024)

Pasti kau bisa menebak Cady yang mana....
Mau brainstorming hal-hal menarik apa yang kudapatkan setelah menonton film ini. Sebenarnya, ini film random ringan yang pengen kutonton. Aku searching di pencarian Netflix kata kunci "school", dan keluarlah film ini. Aku tertarik karena sampulnya ada empat cewek pakai baju pink yang kayaknya lucu nih. Pas kutonton, iyaa, lucu, wkwk.

Empat karakter utama di film ini adalah sebuah gank sekolah SMA gitu, sebutlah The Plastics. Mereka terdiri dari: Cady Heron (Angourie Rice), Regina George (Renee Rapp), Gretchen Wieners (Bebe Wood), dan Karen Shetty (Avantika). Mereka isinya cewek-cewek yang menjaga penampilan, cantik, kaya, dan populer. 

Berawal dari Cady si anak homeschooling yang gak pernah sekali pun mengenyam pendidikan di sekolah negeri tiba-tiba culture shock pas masuk sekolah umum. Cady yang pintar matematika, yang pindahan dari Afrika, yang alim, yang culun secara penampilan macam-macam anak nerd jadi berubah total mengikuti gaya hidup The Plastics. Gaya hidup yang hedon, glamor, mewah, bebas, dan bisa dibilang urak-urakan.

Masalah utama yang diangkat di film ini menurutku, bagaimana remaja beradaptasi di dunia sekolah mereka. Dihadapkan pada berbagai masalah remaja seperti pencarian jati diri, hormon meledak-ledak dan impulsif, pencarian kekasih pertama, pesta, main-main, geng-gengan! Ya, semua ada di "Mean Girls". Juga buku harian yang berisi aib anak sesekolahan termasuk guru mereka, yang bisa diekspos sewaktu-waktu. Dan itu dilakukan Regina, kemudian membuat kekacauan satu sekolahan.

Konfliknya, bagaimana Cady sebagai penyusup membuat rencana untuk menjatuhkan Regina, yang justru menghancurkan dirinya sendiri. Pesan moralnya adalah: kamu gak bisa jadi pintar hanya karena bilang orang lain bodoh, merasa cantik dengan bilang yang lain jelek. 

Film ini juga memperlihatkan bagaimana para gadis ini menjadi diri mereka sendiri meski saling dipengaruhi yang lain. Serta kejujuran untuk mengakui kondisi diri sendiri itu hal penting. Ya, sekian ceramahnya, wkwk.

Enola Holmes (2020)

Kutipan menyentakku di film ini, "You look so emotional. It's understandable, but unnecessary."

Oh, damn! Film ini sebenarnya bagus banget dan cup of my tea, 8/10. Aku tertarik menontonnya dari teman EF online yang dulu pernah sekelas bareng. Jadi topiknya bicarain film gitu, terus salah seorang student ngrekomendasikan film ini. Sementara aku ngrekomendasikan film Ghibli, "Only Yesterday". 

Yang berperan sebagai Enola aku akui cakep banget, si Millie Bobby Brown, sempurnalah secara fisik dia itu. Kalau di Indonesia mirip-mirip sama Chelsea Islan. Yang menarik sebenarnya kisah keluarga Enola, khususnya si ibu, Eudoria Holmes (Helena Bonham Carter). Si ibunya Enola ini kayaknya berbintang Aquarius dan INTJ, super cerdas, bijak, dan mendidik semua anaknya dengan cara sendiri. Kamu bisa meniru kurikulum homeschooling yang digagas oleh ibu Enola secara mandiri.

Banyak teka-teki yang disimpan oleh Eudoria, dia ahli kata, ahli ilmu, ahli peta, ahli strategi, ahli silat, ahli enigma. Setelah mendidik Enola dengan sebegitu uniknya, tanpa sekolah, tanpa memiliki manner bullshit didikan elite Inggris, Eudoria meninggalkan Enola dengan alasan yang cukup bombastis, "menyelamatkan dunia". Ya, Eudoria pergi entah kemana dan meninggalkan Enola suatu teka-teki.

Enola yang sangat sayang dengan ibunya pun berniat akan mencari keberadaan ibunya kemana pun ibunya pergi. Pertanda berupa hadiah terakhir yang diberikan ibunya menjadi petunjuk. Dan dimulailah petualangan Enola mencari si ibu. Namun dua kakaknya, Sherlock Holmes (Henry Cavill) dan Mycroft Holmes (Sam Clafflin) membuat rencana Enola berantakan.

Enola kabur seorang diri menggunakan kereta, dan di tengah perjalanan dia bertemu dengan pangeran muda Tewkesbury (Louis Partridge). Tentu sang pangeran seperti di negeri dongent juga cerdas, tahu banyak tentang ilmu herbal, dan juga ingin melarikan diri dari politik keluarga yang penuh dengan tahta, harta, dan derita. Enola dan Tewkesbury dipertemukan, dan dimulailah perjalanan keduanya. Hingga akhirnya yang bikin terkejut, saat pangeran muda ditembak oleh neneknya sendiri.

Banyak pembelajaran menarik di film ini, bagaimana mempertahankan keyakinan, kepercayaan kepada diri sendiri, dan keberanian untuk menghadapi segala hal yang menjadi tanda-tanya. Film ini juga menghadirkan latar Inggris dan London jaman lalu yang terlihat kuno. Juga rumah Enola yang propertinya keren banget, vintage sekali, wkwk. Aku suka interior rumah mereka!

The last, "Our future is up to us." It's yes!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar