Jumat, 31 Januari 2014

Review Buku: Filosofi Kopi (Dewi Lestari)


Buku ini hasil pinjaman dari medanku LPM Arena :D Dan ini buku pertama Dee yang aku baca, menarik sekali. Buku ini terdiri dari  kumpulan cerpen dan prosa berjumlah 18 biji. Udah 5 hari yang lalu aku baca, daripada ntar lupa.. mending sebagai pengingat aku tulis saja isinya (karena kebiasaan, habis baca buku itu banyak yang terselip trus gak bisa balik). Oke, cukup segitu prolognya.. langsung saja…
Filosofi Kopi
Cerpen pertama (sesuai judul buku) “Filosofi Kopi” bercerita tentang seorang barista (peramu kopi yang ahli beud) bernama Ben yang mendirikan sebuah kedai kopi bersama temannya Jody. Ben sangat berdidikasi sekali menjadi seorang barista. Bermacam-macam ramuan kopi dalam menunya ia racik sendiri. Keunikan lain dari kedai ini, Ben memberikan kartu kecil yang diberikan pada pengunjung bertulis nama kopi yang diminum berserta filosofinya. Suatu hari ada orang kaya berusia 30 tahun yang menginginkan rasa kopi yang sempurna. “…kopi yang punya arti: kesuksesan adalah wujud kesempurnaan hidup!” (hal 9). Pengunjung kaya itu menantang Ben, ia berani membeli kopi itu seharga 50 juta jika Ben berhasil menyuguhkan kopi sempurna itu untuknya. Ben merasa tertantang.. sebagai the mad barista, kedai ia tutup, ia buat racikan itu siang dan malam.. hingga akhirnya kopi paling enak se-dunia hadir dan dinamai “Ben’s Perfecto”. Dan bapak pengunjung kaya itu pun memberikan cek 50 juta kepada Ben. Suatu hari lagi, ada seorang pria setengah baya yang datang ke kedai Ben. Ia memesan kopi apa pun yang penting enak. Maka, disuguhkanlah Ben’s Perfecto. Ben bercakap-cakap pada pria itu mengenai rasanya. Pria itu ngomong: rasanya lumayan. Ben panik dan berpikir: apa ada kopi yang lebih enak dari ini? Ben mengintrogasi pria itu dan bertanya: dimana bapak menemukan rasa kopi lebih enak dari ini?! Next, kedai ditutup. Ben dan Jody pergi ke sebuah pedesaan di Jawa Tengah (di daerah klaten gitu). Disana Ben dan Jody bertandang ke sebuah warung reyot milik pak Seno yang kata orang-orang menjual kopi enak bernama: KOPI TIWUS. Setelah mencoba kopi itu, Ben kalut dan merasa kalah.
“Pak Seno bilang, kopi itu mampu menghasilkan reaksi macam-macam. Dan dia benar. Kopi tiwus telah membuatku sadar, bahwa aku barista terburuk. Bukan Cuma sok tahu, mencoba membuat filosofi kopi lalu memperdagangkannya, tapi yang paling parah, aku sudah merasa membuat kopi paling sempurna di dunia. bodoh! Bodoooh!” (Hal 23)
Lalu ia ingin memberikan cek 5o juta itu kepada pak Seno, tapi Jody melarangnya. Terjadilah ketegangan antara Ben dan Jody hingga kedai kopi mereka ditutup. Hingga akhirnya, Jody memahami Ben, ia pergi ke warung pak Seno dan memberikan cek itu. Jody mendekati Ben yang masih kalut. Jody membuatkan secangkir kopi tiwus dan mendekatinya. “bahwa uang puluhan juta sekalipun tidak akan membeli semua yang sudah kita lewati. Kesempurnaan itu memang palsu…”—“orang-orang ini tidak menuntut kesempurnaan seperti Ben’s Perfecto. Mereka mencintaimu dan Filososfi Kopi, apa adanya”. Ben kembali bangkit dan kedai itu pun kembali mengepul. Di tempat yang jauh dari Jakarta sana, pak Seno bingung cek itu buat apa.

Cerpen kedua berjudul “Mencari Herman”. Singkatnya, cerpen ini berkisah entang Hera yang berambisi mencari sosok bernama “Herman”, sebuah nama yang dilontarkan dari seorang pria yang diam-diam mencintainya. Bertahun-tahun ia mencari. Bahkan kefanatikannya akan “Herman” ini mengakibatkan hidupnya hancur, dari drop out kuliah, hamil di luar nikah, aborsi, hingga akhirnya ia meninggal tersangkut di tengah jurang karena pria tak dikenal bernama Herman Suherman. “Bila engkau ingin satu, maka jangan ambil dua. Karena satu menggenapkan, tapi dua melenyapkan” (Hal 31).

Cepern ketiga berjudul “Surat yang Tak Pernah Sampai”. Belum bisa ku pahami seutuhnya, sekilas menceritakan tentang seorang yang memendam cinta tapi tak pernah tersampai. Ia menulis surat untuk orang yang dicintainya itu tapi kembali dikonsumsi sendiri. (Ada yang mau menambahi??)

Prosa keempat berjudul “Salju Gurun”. Menurutku lebih mirip puisi :) bagus banget nilai moralnya. Kasarannya jangan jadi “orang kebanyakan”.. jadilah berbeda dan istimewa. Seperti kaktus dalam gurun yang serba serupa. Seperti oase di lanskap gurun yang serba luas. Seperti salju di tengah gurun (jadi ingat lagunya Anggun :D). “Dan setiap senti gurun akan terinspirasi karena kau berani beku dalam neraka, kau berani putih meski sendiri, karena kau… berbeda” (Hal 49).

Prosa kelima (yang kembali mirip puisi-puisinya Kahlil Gibran) berjudul “Kunci Hati”. Tentang sebuah ruang yang hanya bisa kita isi sendiri dan kita yang memegang kuncinya. Ruang itu bernama inti hati. Orang lain hanya berhak ada di terasnya.

Cerpen keenam berjudul “Selagi kau Lelap”.Bercerita tentang seorang yang jatuh cinta selama tiga tahun. Suatu malam saat orang yang dicintainya itu tidur, ia ekspresikan cintanya itu ke dalam sebuah lamunan: “Terkadang, benda-benda mati justru mendapatkan apa yang paling kita inginkan, dan tak sanggup kita bersaing denganya. aku iri pada baju tidurmu, handukmu, apalagi pada guling…” (Hal 54). Haha, kisah ini mengingatkanku dengan pengalaman pribadiku, aku iri pada sandal yang dipakai orang yang aku sukai, sampai ku ajak dia ngomong, “Sandal, andai aku jadi kamu”.

Cerpen ketujuh berjudul “Sikat Gigi”. Mengisahkan tentang seorang Tio yang mencintai gadis filsuf eksentrik bernama Egi. Namun, cinta Tio bertepuk sebelah tangan. Egi mencintai pria lain, dan pria yang dicintainya itu tidak mencintai Egi. Egi mempunyai hobi menyikat gigi, hanya dengan menyikat gigi ia bisa lupa sejenak dengan dunia dan pria yang dicintainya itu. “Waktu saya menyikat gigi, saya tidak mendengar apa-apa selain bunyi sikat. Dunia saya mendadak sempit… Cuma gigi, busa, dan sikat. Tidak ada ruang untuk yang lain. Hitungan menit, Tio, tapi berarti banyak” (Hal 59).

Prosa kedelapan berjudul “Jembatan Zaman”. Kasarannya bercerita tentang umur. Waktu kita kecil sampai kita tua semua memiliki masanya sendiri-sendiri. Yang kadang saat kita menua, kita tak mampu mendengar bahasa-bahasa anak kecil . “Setiap jenjang memiliki dunia sendiri, yang selalu dilupakan ketika umur bertambah tinggi. Tak bisa kembali ke kacamata yang sama, bukan berarti kita lebih mengerti dari yang semula. Rambut putih tak menjadikan kita manusia yang segala tahu” (Hal 69). Tercipta kutub-kutub pemahaman yang berbeda, yang tak akan bersua jika tidak dijembatani. Jembatan itu adalah RENDAH HATI bukan KESOMBONGAN DIRI.

Prosa kesembilan berjudul “Kuda Liar”. Intinya, mari kita belajar arti kebebasan pada kuda liar :) “Hidup mereka indah dalam keinginan bebas. Hari ini ke padang, esok ke gunung, tak ada yang bingung. Kebimbangan tak pernah hadir karena mereka tahu apa yang dimau. Yakin apa yang diingin. Lari mereka ringan karena tak ada yang menunggangi” (Hal 71). Yaa, seperti kata Dee, melambungkan mutu dalam hidup yang cuma satu.

Cerepn kesepuluh berjudul “Sepotong Kue Kuning”. Tentang Indi (seorang guru musik biola) dan selingkuhannya bernama Lei yang sudah beristri. Dan aku masih belum mengeri, metafor apa yang tersembunyi dalam diksi “kue kuning” itu?

Prosa kesebelas berjudul “Diam”. Tarik nafas. Mungkin tentang seorang yang berduka, ia ada di ruang berukuran 4 x 6 neter. Ia berkata-kata dalam diamnya. “Diammu menginfeksi udara…” -_-

Prosa ke-dua belas berjudul “Cuaca”. Yang ku tangkap… ini bercerita tentang satir keadaan kita. Biasanya, kalau sedih itu selalu ditutupi. Kenapa? “…karena awan mendung tak pantas jadi pajangan” (hal 87)

Cerpen ke-tiga belas berjudul “Lara Lana”. Berkisah tentang Lana manusia unik yang mempunyai kacung intelektual (seseorang yang sekaligus dicintai Lana). Namun, seseorang itu menikah dengan orang lain.

Prosa ke-empat belas berjudul “Lilin Merah”. Tentang ulang tahun yang dirayakan melalui kesunyian. “Berbahagialah, sesungguhnya engkau mampu berulang tahun setiap hari” (Hal 97)
Prosa ke-lima belas (menarik sekali menurutku) berjudul “Spasi”. Tentang sesuaatu yang bernama “jeda”. Bahwa manusia akan bergerak jika ada jarak. Tulisan akan mampu dibaca jika ada jeda. So, mari… berkelana tapi tidak dibebat dan berjalan secara beriringan.

Prosa ke-enam belas berjudul “Cetak Biru”. Mungkin (pandanganku) berkisah tentang nasib dan usaha seseorang. Bahwa sejak lahir kita diciptakan dengan cetak birunya masing-masing, yang memiliki rancangan dan bangunan yang berbeda-beda. Saat kita gagal, pondasi kita tidak hancur, hanya menunggu uluranmu, kekuatan hatimu, dan rancangan cetak biru. Rancangan cetak biru disini apa berarti sebuah tulisan atau planning gitu yaa????

Cerpen ke-tujuh belas berjudul “Buddha Bar”. Jujur, sekali membaca aku nggak dong. Berkisah tentang lima sahabat: Nelly, Probo, Omen, Jack, Bejo. Dengan karakter dan sikap mereka masing masing. Dan Nelly menjadi satu-satunya anggota wanita. Probo dalam mitologi Yunani itu kayak dewa Hermes. Omen, seorang lesbi yang tenang tapi nggak nyambungan. Jack, seorang humoris yang hidup penuh dengan keceriaan dan positivitas. Bejo, orang lugu yang menstabilkan teman-temannya yang lain, tapi Bejo tanpa teman-temannya seperti sebatang kayu.

Dannn.. cerpen terakhir berjudul “Rico de Coro”. Banyak ketawanya aku membaca ini cerpen :D Ada saja imajinasi Dee. Tentang kecoak yang bernama Rico de Coro yang mencintai gadis bernama Sarah. Namun, Sarah memiliki kakak-kakak nakal bernama David dan Natalia yang sering memburu para kecoak untuk disiksa atau sebagai santapan ikan arwana mereka yang bernama Michael dan Meil. Suatu hari Natalia membawa binatang eksperimen sekolah yang nggak jadi untuk memburu para kecoak, ia mirip monster kecoak yang nggak jadi bernama Tuan Absurdo. Ia mengandung racun, niatnya…. kerajaan kecoak ingin memanfaatkan tuan Absurdo untuk membalas David dan Natalia karena mereka telah membunuh saudara-saudara kecoak. Tapi, tuan absurdo membidik orang yang salah bernama Sarah. Namun, Rico datang sebagai pahlawan bagi Sarah. Ia rela kena racun tuan absurdo dan rela mati untuk melindungi Sarah. So sweet banget nih kecoak, haha. Jangan-jangan, di dunia lain sana ada semut kecil bernama Kevin de Ant  yang naksir sama aku, hahaha :D

Yogyakarta, 30 Januari 2014 jam 11:11 pm.

Sepuluh Kutipan #8


1. Dua puluh tahun dari sekarang, kamu akan makin kecewa melihat lebih banyak lagi hal yang tak sempat kamu lakukan daripada yang kamu lakukan. Jadi, buanglah segala hambatan. Berlayarlah dari “pelabuhanmu” yang aman. Nikmati semilir angin selama dalam perjalan. Explore. Dream. Discover. (Mark Twain) 

2. Ringkasan hidup paling gelap terdiri dari tiga pernyataan yang selalu diawali: seandainya…, kalau saja…, dan andaikan… (Louise E. Boone)

3. Kia mencari nafkah dengan mengambil, tapi kita menyuntikkan kehidupan dengan memberi. (Winston Churchill)

4. Ide-ide cemerlang tidak diadopsi secara otomatis. Ide-ide tersebut harus dipraktikkan dengan kesabaran yang penuh keberanian. (Admiral Hyman Rickover)

5. Apa yang ada di belakang kita dan apa yang ada di depan kita adalah kecil dibandingkan dengan apa yang ada di dalam diri kita. (Ralph Waldo Emerson)

6. Dalam kerja keras yang ada hanyalah kemuliaan, bahkan saat kita gagal. (Vince Lombardi)

7. Kita mulai dengan membayangkan bahwa kita memberi mereka. Kita mengakhirinya dengan menyadari bahwa merekalah yang telah mempeerkaya kita. (Paus Yohannes Paulus II)

8. Yang mana pun yang kamu YAKINI, kamu bisa atau kamu tidak bisa, kamu benar. (Henry Ford)

9. Manusia dibatasi bukan oleh tempat kelahiran mereka, bukan oleh warna kulit mereka, melainkan oleh seberapa besar HARAPAN mereka. (John Johnson)

10. Lihatlah ke dalam lubuk hatimu dan putuskan bahwa kamu keren, entah apa anggapan orang lain tentangmu :D (Mawi Asgedom)

Kamis, 30 Januari 2014

Mozaik Yunani

Homeros, seorang pujangga Yunani, menghasilkan dua buah karya sastra yang berisikan cerita-cerita tentang dewa-dewa dan hero-hero atau mitologi, yaitu Ilias dan Odysee. Kedua karya Homeros ini memberikan inspirasi para seniman Yunani (Athena) hingga menghasilkan patung-patung dewa Yunani.

Menurut kepercayaan orang Yunani dewa-dewa ini tinggal di bukit Olimpus di bawah pimpinan Zeus, dewa tertinggi. Kakaknya Poseidon, menguasai lautan, dengan Hera istrinya. Zeus menurunkan seorang putri Phallas Athena, dewi ilmu, seni, dan falsafah. Apollo adalah dewa seni dan ilmu; Ares dewa perang, dan Hermes dewa perdagangan, perantau, dan pencuri.

Untuk menghormati Zeus setiap empat tahun sekali sejak tahun 776 S.M. diadakan lomba-lomba olahraga di Olympia (dari nama ini terjadilah kata Olympiade) yang bersifat nasional dan diikuti oleh polis-polis di daratan Yunani mau pun oleh koloni-koloni. Ada pula perlombaan-perlombaan ini besar pengaruhnya dalam membina kemajuan dan kebudayaan Yunani umumnya dan merupakan tali pengikat orang-orang yang tersebar di seluruh pantai Laut tengah dengan negeri Yunani.

----
Ketika itu Athena mempunyai sebuah gedung tater yang dapat memuat 30.000 orang; di dalam gedung ini di pertunjukkan karya-karya sandiwara dari Sopochles, Aeschylus, dan Aristophanes. Socrates mendidik rakyat Athena untuk berpikir bebas dan mendalam. Phidias, arsitek-pemahat, menghias Athena dengan gedung-gedung megah dan indah.

 Sumber: Kutojo, Sutrisno, dkk. 1968. Sejarah Dunia 1. Jakarta: Penerbit Widjaya.

Jumat, 24 Januari 2014

Resital Teater Kemah Seni V Sanggar Nuun Tahap 2

Aku kagak nyangka ini pentas teater akhirnya terjadi juga. Perasaan baru kemarin latihan...

Bertempat di Museum alam dan ekologi pesisir pantai parangtritis, malam itu selasa (21/1) pentas teater dilaksanakan. Para tokoh dalam resital ini adalah anak-anak baru sanggar nuun di kemah seni V. Ada empat kelompok. Dan inilah penampilan kami...

Pertama: Kompleks Pasar Beringharjo
Yu Djum dan Penjual Asongan
Kelompok yang dibimbing oleh pak Munir ini bercerita tentang kehidupan sosial para penghuni pasar. Settingnya di komplek pasar Beringharjo. Bercerita tentang seorang pemulung (Mila) yang dihina oleh Yu Djum (diperankan Richa seorang penjual kue), penjual emas, dan penjual baju, yang pada hobi gossip dan ngrasani orang. Nah, pas yu djum mau pergi dompetnya jatuh. Pemulung memungut dompet itu. Pas dia kembali, pasar ribut, siapa yang ngambil dompet Yu Djum? Pemulung tua ini dituduh mencuri dompet itu. Pemulung dihakimi, tapi ada seorang pembeli baik hati yang menjelaskan kronologi kejadian sebenarnya. Akhirnya Yu Djum sadar dan penjual di kompleks pasar beringharjo sadar dan mau berbaik hati menerima dan menolong si pemulung. Selesai.
Kritik dari sudut pandang aku pribadi. Pertama, kenapa pemulungnya lama banget megang dompetnya? Logisnya kalau nemu dompet kan kalo nggak disembunyiin, yaa koar koar “ini dompet siapa?”, ada jeda yang lama sampai dompet itu diketauhi siapa pemiliknya. Kedua, seperti yang dikatakan Mas Rendra Narendra, konflik yang dibangun terlalu cepat dan terburu-buru. Bahasa yang dipakai menurutku juga banyak sarkas :D
Kedua: Bunga Kehidupan
Satria dan Juwita
Bismillah… ini kelompokku, haha. Pembimbingnya Mas Okta dan Mas Ilham. We are Okta Negara’s Childs YUHUU. Kalau ngomongin proses, panjang banget. Dari pertama observasi, penggabungan ide menjadi pesan moral yang ingin disampaikan. Dari ide ke plot cerita trus ke naskah trus ke peng-adeganan sampai ke pentas. Naskah ini berawal dari ide cerita-cerita anak-anak kelompok kita yang dikolaborasi. Berkisah tentang Satria (Ilham) yang menaruh hati pada Flow (Melia) sejak di SMA, berkali-kali menyatakan cinta tetap di tolak. Suatu hari Satria melanjutkan sekolah di Syria, karena konflik hebat ia kembali ke Indonesia dan kini Satria satu kampus dengan Flow. Dari sahabatnya Flow yang beernama Juwita (Madam), Satria mengetahui bahwa Flow sekarang sakit keras, umurnya tak dapat bertahan lebih lama lagi. Ditambah pacar Flow yang sering menduakan Flow dari belakang bersama selingkuhan pacar Flow (Arum). Dan, Cuma satu cara agar Flow bisa sembuh: bunga kehidupan. Bunga itu akan menjadi obat yang bisa menyembuhkan Flow. Namun, tidak mudah mendapatkan bunga itu.. Satria harus naik ke puncak gunung Kamulyan, disana ia bertemu dengan seorang kakek tua (Sofyan) yang memberinya tongkat dan bertemu pendaki yang terluka (Isma). Ia juga bertemu juru kunci (Irfan) yang melarangnya mengambil bunga sakral itu, tapi Satria tetap mengambilnya dengan syarat ia harus menerima risiko setelah ia pulang nanti. Akhirnya, Flow bisa disembuhkan, namun Satria menjadi gila (sebagai risiko ia mengambil bunga kehidupan) di RSJ. Yaa, semua demi Flow.
Silahkan dikritik teman-teman. Mungkin terkesan film Ind*si*r banget. Inilah karya kami, yang meski belum maksimal dan banyak kesalahan, semoga bisa diterima. Secara lebai, aku ingin bercerita.. pagi, siang, malam kita latihan. Dari pembacaan, simulasi, musik, kostum, sampai penyiapan property.  Nggak peduli hujan, ujian, capek kita terus melakukan persiapan. Hingga puncaknya yang kau lihat itu…
Terima kasih yang sangat khusus dan besar, secara pribadi (dan kelompok) aku ucapkan kepada pembimbing kami Mas Okta Firmansyah dan Mas Ilham Mauilidin. Makasih untuk waktunya, tenaganya, ilmu-ilmunya. Maafkan kami juga kalau kami masih kayak anak kecil, nggak disiplin, nggak serius, ndableg, dll-nya (pengen nangis rasanya). Makasih Mas Okta. Makasih Mas Ilham. Makasih teman-teman. Makasih.
Oya, kelompok kami dapat kejutan juga pas dengan kehadiran Mas Abdi pas di panggung, yang kemudian menjadi polemik dan debat saat pembahasan usai pementasan. Aku tahu niatnnya baik, tapi waktu dan caranya saja yang belum tepat. Tapi ra popo...:D

Ketiga: Jimin
Emak dan Jimin
Hmm, kisah yang kompleks dan menarik menurutku :D
Bercerita tentang anak buta bernama Jimin (Andy). Ia dikeluarkan dari sekolah. Bapak (Dayat) dan adiknya Jajang (Chandra) yang pintar merasa malu punya anak dan kakak seperti Jimin yang gobloknya minta ampun, tapi ia punya ibu (Isti) yang baik, yang selalu membela dan menyayangi Jimin. Karena sang bapak merasa malu, akhirnya ia menaruh Jimin di dinas sosial gitu. Disana ia disambut oleh bapak-bapak pegawai panti (diperankan Coy). Nah, di panti ini Jimin menemukan bakatnya dalam bernanyi, ia kenal dengan guru musik yang letoy, Bokir, dan teman-temannya yang lain. Ada yang lucu nih, masak dialog dalam kelompok Bunga kehidupan diapakai: “Bokirrr, kau menuntut ilmu disini juga?” wkwkwk. Nah, suatu hari karena bakatnya ini, Jimin jadi penyanyi terkenal. Ia masuk Koran. Tetangga orang tua Jimin (Ninik) memberi tahu bapak dan ibu Jimin, mereka sangat bangga sekali pada Jimin. Kemudian, Jimin pulang dan orang tua mereka menyambut Jimin dengan perasaan bangga dan bahagia. Sedangkan adiknya jajang, jadi anak nakal, liar, yang suka mabuk-mabukan… yang nggak jelas nasibnya.

Ditutup dengan menyanyi bareng, lagu D’cinamons gitu :D
Jujur, idenya aku suka dan logis. Kritiknya… mengulang apa yang dikatakan Mbah Tohir, responnya belum dapat. Pas ada yang bilang “Assalamu alaikum” gak direspon, aktor sibuk dengan perannya sendiri. Sang ibu bukan kepanasan adegan yang diperankan tapi kepanasan karena panggung. Property belum digunakan secara maksimal.
Oya, menurutku lagi lebih kenak banget kalo si Jimin itu masuk TV bukan masuk koran (seperti di glady resik itu, tai kenapa konsepnya diganti?) kalo lewat TV lebih WOW gimana gitu :D
Keempat: Pondok Indah Mertua

Mertua dan Menantu
Teater ini berkisah tentang seorang menantu bernama Intan yang mempunyai suami bernama Roni, anak bernama Nisa dan mertua yang sudah tua. Keluarga Roni kaya raya, namun ibunya cerewet pada menantunya si Intan, dan konfliknya juga Roni suka mabuk-mabukan, dan Nisa tipe anak apatis yang gaul geto. Suatu hari, Intan pulang dari bekerja, mertua marah-marah (mencereweti Intan), trus si Roni pulang dalam keadaan mabuk, Intan nangis, trus Nisa pulang dari klayapan-nya. Sang ibu menasehati Nisa, eh.. Nisa nutup kuping, dan pas selesai dia bilang: “udah ceramahnya?” -_- Trus, tiba-tiba seorang polisi datang menangkap si Roni. Ia didakwa telah menggunakan narkotika dan harus ditangkap. Ibu Roni shock saat melihat anaknya ditangkap. Penyakit jantungnya kambuh dan ia meninggal dunia.

Dan… (jeng, jeng, jeng…) ternyata si Intan menantu yang kurang ajar. Ia yang melaporkan suaminya sendiri ke polisi dan ia yang menaruh bubuk pencepat jantung ke mertuanya. Kini, rumah mertuanya sekarang dikuasainya… Selesai :D

Yaa, kurang lebih seperti itu teman-teman :) Kritikku… Mertua (nenek) suaranya kurang ke-nenek2an.. Trus, kalo aku amati yang jadi Pak Roni mabuknya kok lebih keluar pas latihannya yak? :D  Then, blokingnya juga. Lebih bagus kalo neneknya pas kejang-kejang itu lebih ke tengah. Menurut aku pribadi gitu sih :D

Overall, terlepas dari segala kekurangan dan keterbatasan, kalian keren teman-teman.

Mari kita lanjutkan perahu kita lagi…

BIMILLAHI MAJREHA WA MURSAHAA…

Parangtritis, 21 Januari 2014

Kamis, 23 Januari 2014

Bunga Kehidupan

 "Apa yang terjadi di panggung, itu yang terjadi. Nggak usah disesali, nggak usah ngrasa bersalah..."(Pesan Mas Otoy)

Jumat, 10 Januari 2014

#ultahARENA39

Maaf yaa Na, aku tak punya kado spesial. Atau ucapan-ucapan revolusioner para intelektual. Pertama kali aku melihat etalasemu di lpmarena.com tahukah kau aku tertarik padamu. Aku bermimpi, jika aku telah masuk kampus putih ini nanti aku akan bergabung bersamamu "Arena". Ya, hari berganti hari.. mimpiku yang dulu telah terwujud, sekarang aku jadi anak magang di paguyubanmu Na. Disini... aku kenal dengan banyak orang, teman, dengan berbagai kejadian-kejadian yang indah. Meski kadang lelah, bersamamu membuat nafas ini panjang.
Aku minta maaf sekali lagi ya Na. Di ulang tahunmu yang ke-39 aku yang masih pupuk bawang ini belum bisa ngasi kamu apa-apa... Sekali lagi selamat (ah, mainstream sekali ucapan "selamat ulang tahun" itu). Terus berpikir, terus merenung, terus berdiskusi, terus membaca, terus berbuat...
_____

kata seorang kawan,"kau tak mati, kau ada di generasi, kau akan kembali di generasi,"

Jantungmu mendenyutkan perubahan. Dirgahayu!

buat gebrakan dengan tulisan, slamat

bukan hanya milik aku, kamu, kalian atau mereka. tapi milik kita bersama. mari merajut yang tercerai :D

Salam Pembebasan... Panjang Umur Perlawanan!

Selamat ulang tahun Lpm Arena, menolak tunduk tuntaskan perubahan. .   

Panggung Demokrasi, 10 Januari 2014

Rabu, 08 Januari 2014

Orang Asing

Kemarin malam diajak anak sanggar buat nonton teater di ISI (Institut Seni Indonesia) Yogyakarta. Kita kesana bareng-bareng. Ini untuk pertama kalinya aku nonton teater. Pas malam tahun baru 2014 kemarin pengen banget nonton hajatan teater eska, tapi udah ada acara lain.
Ini juga untuk petama kalinya aku datang ke ISI Jogja. Keren juga sih :D Kalau dari UIN lumayan jauh.
Pas nyampe sana.. ketemu dengan banyak mahasiswa seniman. Harga tiket masuknya 10 ribu. Sekitar jam 8 pm, acara dimulai di auditorium jurusan tater ISI.
Panggungnya berbentuk prosenium gitu. Aku, Madam, Mbak Aim, Ucup, Mas Ilham, Mas Mumun, Richa duduk di tengah. Panggung gelap, layar terbuka. Oya, sebelumnya pentas “orang asing” ini adalah naskah karya Rupert Brooke yang diadaptasi D. Djajakusuma dengan sutradara Medi Saputra. Sekilas cerita: “Ada seorang pejalan melalui kota kecil dengan membawa sebuah koper dan pakaian yang mentereng. Namun ia tersesat dalam sebuah hutan hingga kemalaman. Ia sangat gembira melihat lampu menyala menemukan rumah. Siapakah orang itu? Mungkin hanya tamu. Siapakah orang itu? Mungkin orang kaya. Siapakah orang itu? Mungkinkah pencuri. Siapakah orang itu?”
Latarnya di sebuah rumah di hutan. Lightingnya keren sih. Musik ilustrasinya juga. Jadi, ada sebuah pemuda berpakaian orang kaya membawa sebuah koper. Ia datang ke rumah seorang bapak dan ibu tua yang mempunyai anak seorang gadis yang pincang.
Pemuda itu masuk ke rumah, disana si ibu rumah memberinya makan dan minum. Pertama aku terkecoh, pemuda mentereng ini aku kira buronon, soalnya sering banget ngliat jendela kayak orang dikejar-kejar, tapi apa yang terjadi selanjutnya?? :) Pemuda kaya ini bercerita banyak dengan sang ibu, dia juga mendekati anak gadis pemilik rumah tadi. Ia katakan bahwa gadis cantik sepertimu harusnya tinggal di kota dan menjadi seorang putri. Tapi sang gadis marah-marah, ia tunjukkan kakinya yang digigit anjing. “Adakah putri yang tangannya kasar dan kakinya pincang? Ada? Tidak!” hardiknya.
setting-nya :)
Kemudian.. ayah si pemilik rumah datang, ia habis berburu di hutan tapi tak mendapat apa apa. Sampai di rumah tak ada makanan.  Sang pemuda menyambut bapak tadi dan berbicara dengan ibu dan bapak pemilik rumah. Ia bertanya tentang anak keluarga ini. Ibunya menjawab, ia punya dua anak tapi yang pertama mati tenggelam. Ia menunjukkan koper yang berisi banyak uang. Pemuda tadi berkata bahwa, “Bapak dan Ibu bisa kaya dengan uang ini”. Ia juga melepaskan jam tangan mahal yang semuanya terbuat dari emas, ia tunjukkan dan ditaruh di dinding agar semua bisa melihat jam berapa. Karena hari telah malam pemilik rumah menyuruh si pemuda untuk beristirahat.
Nah, di sini konflik terjadi. Keluarga ini bertengkar untuk membunuh si pemuda agar mereka berhenti hidup miskin dan kaya raya. Sang gadis mengambil pisau untuk membunuh, tapi  sang ayah mencegahnya, “Jangan, biar bapak saja” katanya. Saat masuk ke kamar, sang ayah tidak berani membunuh sang pemuda karena belum minum tuak. Dia harus minum tuak dulu agar pembunuhannya lancar, akhirnya sang ayah keluar untuk mencari tuak. Sang ayah menghimbau: “Tunggu aku pulang. Biar aku yang membunuhnya”.
Sang ibu dan sang anak gelisah. Tiba-tiba terdengar ketukan dari pintu. Ternyata si Ujang, pria necis yang menyukai si gadis. Haha, lucu banget nih tokoh. Kocak, pakai nyanyi lagu-lagu dangdut gitu, hehe :D Dia kesini dengan membawa makanan, tapi tak selang beberapa lama ia disuruh pulang.
Sang ibu dan anaknya masih terus gelisah. Akhirnya, sampai puncaknya si anak mengambil pisau. Dialah yang akan mengeksekusi pemuda kaya tadi. Ibu disuruh membantu menyekap. Masuk ke kamar tidur, dan dibunuhlah pemuda itu hingga meninggal. Sang ibu menangis menyesali perbuatannya. Kemudian.. terdengar suara ribut dari luar. Sang bapak datang dengan seorang temannya.
Disini hal menusuk terjadi. Teman  sang bapak bercerita tentang seorang pemuda kaya berpakaian mentereng masuk hutan ingin menemui orang tuanya yang telah lama berpisah. Pemuda kaya itu bercerita akan membawa keluarganya yang di hutan untuk hidup di kota, di rumah yang megah, dan uang yang banyak. Dan tak disangka bahwa orang tua pemuda kaya tadi adalah temannya sendiri (sang bapak), ia berkata, “Akulah orang pertama yang akan memberinya ucapan selamat. Sudahkah pemuda tadi datang ke rumah kalian?” Tanya teman bapak pada pemilik rumah.
Betapa terpukulnya sang ibu dan sang anak, ternyata yang mereka bunuh adalah anak sekaligus kakak yang dianggap tenggelam dahulu. Yeahhh.. sad ending…
Teaternya realis, isinya tragedi. Seorang tokoh yang baik, dengan keberuntungan baik tapi nasibnya menyedihkan. Pelajaran moralnya, coba mereka nggak serakah pengen jadi orang kaya dan lebih sabar...

Yogyakarta, 6 Januari 2014

*Diposting pas ngopi bareng sama mas taufiq, fafa, fa'i, dan mutia di Kebun Laras



Selasa, 07 Januari 2014

Miskin Itu Menyakitkan


Rasanya tuh kayak kelempar dari jurang sedalam 100 meter, jatuh ke buaya yang menguapkan mulutnya, tapi ke sambar ke planet merkurius.. Ah lebai..
Ngerasa ketampar dan sedih aja dengan kata-kata ini:

“Kalau Anda terlahir miskin, itu bukan salah Anda. Kalau Anda meninggal miskin, maka itu kesalahan Anda”

Aku sering ngrasain gimana rasanya hidup miskin. Sekarang aja contohnya.. uang saku dari bapak habis. Di kotak pensilku cuma ada 200 perak. Tapi aku bersyukur masih punya simpanan beras di kos, meski lauk se-ada-nya. Mungkin harus dibiasakan meniru budaya orang Iran yang tahan kelaparan. Kata dosen pancasila aku, Iran itu lebih milih kelaparan daripada ngutang ke luar.

Miskin. Aku benci miskin. Sering disio-sio. Ditaruhnya di paling sudut, kalau perlu kagak usah kelihatan. Miskin harta, miskin ilmu, miskin ketrampilan, miskin pengalaman, miskin sosialisasi… itu menyakitkan.

*Ditulis saat perut kelaparan dengan wi-fi gratisan di lantai 1 fakultas saintek dan ia mengkhayal nanti jadi orang yang kaya raya

Yogyakarta, 7 Januari 2014

Senin, 06 Januari 2014

Refleksi 2014


(I)

#Organisasi itu wajib atau sampingan sih? Jawabannya bisa bermacam-macam. Yang pasti inti yang ingin disampaikan adalah organisasi itu bukan sampingan tapi kewajiban. Jika orang masih bertanya “apa yang akan ku dapat?” (dari organisasi itu?) maka ia tak akan hidup dalam organisasi itu. Padahal, modalnya kita tinggal datang saja,pertama mungkin gak tahu tapi  lama-lama kita akan tahu sendiri. Contohnya, pas diskusi kita mbahas tentang Marx, Marx itu makanan apa ya? Penasaran, dicari-cari, lama-lama tahu, minimal kenal.

#Tipe-tipe mahasiswa ada empat: 1) Mahasiswa Kupu-kupu: kuliah pulang-kuliah pulang. Mahasiswa tipe ini aktif datang ke kampus. Hidup menjadi rutinitas. Kuliah, pulang, di kos.. nggak tahu ngapain… 2) Mahasiswa pekerja: mahasiwa yang aktif di organisasi atau sibuk mencari uang. Hidupnya kebanyakan di luar daripada di kos. 3) Mahasiswa kos: mahasiswa yang banyak ngurusi urusan pribadinya atau pacarnya di dalam kos. Nggak tahu gimana kuliahnya? Gimana masa depannya? Hidup baginya (mungkin) adalah menggalau. 4) Mahasiswa santri: mahasiswa yang hidup di pesantren.

#Kita perlu ada pembuat rusuh, biar berkembang. 

#Jangan egois. Tidak dikatakan organisasi jika satu sama lain tidak mempedulikan. Saling mempedulikan teman yang lain. Mentang-mentang tugas saya sudah selesai, mengabaikan yang lain. Organisasi itu pekerjaan kolektif.

#Kalau diberi materi, yang serius, pelajari dalam-dalam. Jangan sampai malu-maluin, udah mempelajari straight news, tapi pas disuruh nerangin apa itu straight news nggak bisa?

#Ingat, kita itu “Alternatif” ditempuh dengan perjalanan yang berdarah-darah. Bukan “mainstream” yang lurus-lurus aja.

Thanks to: Mas Taufiqurrahman Sn

(II)

#Satire, serius tapi malah ketawa-ketawa.

#Utopis

#Masa kini adalah kumpulan dari masa lalu dan masa depan (menurut Heidegger). Masa depan dan masa kini adalah akibat dari masa lalu (Hegel). Waktu adalah kumpulan dari kontinuitas-kontinuitas menjadi diskontinuitas masa kini. Namun yang penting, menurut tokoh Rusia X yang frustasi karena menganggap revolusi Rusia itu sama aja dengan revolusi Inggris dan Prancis, maka ia mengatakan bahwa “sejarah tidak pernah mengulang dirinya sendiri”. Jadi, meskipun kita sama-sama makan hari ini, tapi sejarah makan kita sekarang pasti beda dengan kemarin.

#Kita efektifkan apa pun dengan “membaca”. Seorang tokoh mengatakan bahwa membaca yang baik adalah membaca yang bisa menghantam kepala orang yang membacanya. Jika tidak maka membaca itu tidak berkualitas. Meski kita bilang novel Pram “Bumi Manusia”  atau novel romo mangun “burung-burung manyar” itu bagus tapi kalau kita tidak bisa membaca makna dari “Bumi Manusia” itu sendiri maka akan sama aja. (Mas Opik: atau manusianya yang nggak berkualitas? *bisa jadi).

#Trus tentang robohnya bahasa linguistik. Nggak nyambungnya pesan yang ingin kita sampaikan. Misalkan: saya sudah berusaha nulis se “so sweet” mungkin ucapan tahun baru untuk kekasih saya, tapi jawabannya, “kamu udah makan??”
 
#Pertanyaan krusial: apakah yang saya tuliskan bisa mewakili orang-orang yang disana???? Misalnya saya mewawancarai seorang ibu yang anaknya dibunuh, apakah bisa saya mewakili perasaan ibu tadi hanya dengan menulis “ibu itu sedih” ??

Thanks to: Mas Robi Kurniawan

(III)

#Dasar semua jurusan sama aja. Dimanapun kau akan menemukan ketidak puasan.

#Ilmu kuliah utamamu itu seperti permaisuri dan yang lainnya adalah selir. Kadang kala selir lebih cantik dan menarik daripada permaisuri, tapi ingat pada akhirnya permaisurilah yang menjadikanmu besar (bukan selir). Jangan sampai menyesal. Saya sudah mengalami dan membuktikan itu. 

#Budi, Ani, Fullan itu terlalu mainstream.. coba di ganti jangan Cuma “Ini budi” coba hadirkan konflik: “ayah budi selingkuh”, “Ibu Budi marah-marah…”

#Lagu si kancil anak nakal suka mencuri timun ayolah kasi kurung jangan diberi ampun… itu sarkas banget, ngajari anak buat tidak menjadi seorang pemaaf.. masih kecil diajari gituan..

#Ada cerita lucu dari surga: di surga itu katanya ada ular, kalajengking, dll… anehnya, neraka itu kan api semua.. sebelum menggigit manusia ular dan kalajengkingnya harusnya mati duluan dong disambar api? Apa jangan-jangan neraka itu tak ada?? (*Tuhan pun tertawa)

#Mengutip perkataan Niezsche: “Jadilah air laut yang menampung banyak air keruh tanpa harus menjadi keruh”

Thanks to: Mas Ahmad Taufiq