Senin, 21 September 2020

Watak Imperialis - Hannah Arendt

Pemerintahan imperialis bisa ditemukan pola-polanya. Hannah Arendt menemukan pola ras yang terjadi di Afrika Selatan dan birokrasi di Aljazair, Mesir, dan India.Yang pertama, merupakan reaksi yang tak disadari terhadap suku-suku yang meninggikan orang Eropa sehingga suku-suku ini malu dan takut. Kedua, konsekuensi yang digunakan orang Eropa untuk memerintah orang-orang asing yang patut dijajah ini putus asa dan butuh perlindungan khusus.

Bagi Arendt, ras merupakan suatu pelarian dari sifat yang tidak bertanggungjawab. Birokrasi merupakan hasil dari tanggung hawab yang tidak dapat ditanggung oleh siapa pun untuk sesamanya. Rasa tanggung jawab yang berlebihan pada administrator Inggris di India memiliki dasar material.

Diskursus "legenda" dihadapkan pada fakta apa yang dicapai dan menjadi tugas mereka diperoleh melalui kecelakaan, dan mengubah kecelakaan itu menjadi tindakan yang disengaja. Kaum intelektual Inggris memainkan peran yang menentukan dalam pembentukan birokrat dan agen rahasia legenda. Legenda ini memainkan peran yang kuat dalam membentuk sejarah. Menjadi pewaris perbuatan orang lain yang tidak terhina. Dibebani oleh tanggung jawab yang tampaknya merupakan konsekuensi dari rangkaian peristiwa yang tak berujung daripada tindakan sadar.

Legenda menjadi fondasi spiritual dari setiap kota kuno, kekaisaran, orang (hebat), dan menjanjikan masa depan yang tak terbatas. Namun mereka tak pernah mengaitkan dengan fakta-fakta yang andal, mereka menawarkan kebenaran di luar realitas, ingatan yang di luar ingatan. (Di titik ini saya pribadi kepikiran untuk mengatakan: kill your legend!—pen)

Penjelasan legendaris terkait sejarah berfungsi sebagai koreksi yang terlambat dari fakta dan peristiwa nyata. (Sering juga) sejarah meminta pertanggungjawaban manusia atas perbuatan yang tak dilakukan. Kebenaran suatu legenda, misal dari kerajaan atau orang-orang yang mereka layani telah hancur menjadi debu, tak lain agar peristiwa di masa lalu dibuat untuk memenuhi kondisi manusia pada umumnya, terlebih untuk aspirasi politiknya--yang diceritakan secara terus menerus. Legenda tidak hanya kenangan pertama umat manusia, tapi juga awal sejati sejarah manusia.

Takdir manusia dapat diinterpretasikan dari sejarah Adam hingga hari ini untuk suatu penebusan dan keselamatan. Abad 19 menawarkan kita tontonan aneh tentang kelahiran ideologi yang beragam dan kontradiktif, yang masing-masing mengklaim mengetahui kebenaran tersembunyi tentang fakta yang tidak dapat dipahami. Legenda bukan ideologi, tapi mereka selalu memperhatikan fakta-fakta konkret, bukan penjelasan universal.

Rudyard Kipling merupakan salah satu pengarang legenda imperialis Kerajaan Inggris. Karakter imperialis bagaimanapun merupakan karakter sebenarnya di zaman modern yang menipu putra-putra terbaik. Legenda menarik yang terbaik di zaman kita, seperti ideologi dan cerita bisikan tentang kekuatan rahasia di belakang layar. Kerajaan Inggris merupakan struktur politik tentang legenda ini, dengan pendirian koloni dan mendominasi seluruh dunia.

Dasar legenda sebagaimana cerita Kipling, bermula dari realitas fundamental masyarakat Kepulauan Inggris. Mereka dikelilingi laut, butuh menang dan bantuan tiga elemen: air, angin, dan matahari lewat penemuan kapal. Mereka membawa dunia di punggung tanpa terlihat bagaimana cara melakukannya.

Apa yang membuat kisah "The First Sailor" Kipling dekat dengan dasar legenda kuno adalah kisah itu menampilkan Inggris sebagai satu-satunya orang yang dewasa secara politik, peduli hukum, dan dibebani dengan kesejahteraan dunia. Di tengah suku-suku barbar yang tak peduli atau tahu apa yang membuat dunia tetap bersama. Itu mungkin karena adanya kebajikan, kesopanan, kebangsawanan, keberanian, meski mereka tidak pada tempatnya terhadap realitas politik yang telah diatur.

"Beban orang kulit putih" adalah kemunafikan atau rasisme tidak menghalangi beberapa orang Inggris terbaik untuk memikul beban dengan sungguh-sungguh dan menjadikan diri mereka orang yang tragis dan bodoh terhadap imperialisme. Pelindung kaum lemah bukan produk dari imajinasi naif orang primitif, melainkan mimpi yang berisi yang terbaik dari tradisi Eropa dan Kristen, bahkan ketika mereka merosot menjadi cita-cita masa kecil yang sia-sia.

Tradisi kemunafikan menjadi tradisi yang nyata pada orang Inggris. Kemunafikan ini tidak jelas sehingga orang tergoda untuk menyebut tradisi pembantaian naga dengan antusias pergi ke negeri-negeri yang jauh. Lalu menaruh rasa ingin tahu pada mereka yang aneh dan naif untuk membunuh banyak naga yang telah mengganggu mereka selama berabad-abad. Sebutir kebenaran ini tercermin dalam kisah Kipling lainnya "The Tomb of His Ancestor" (Makam Leluhurnya). Menceritakan bagaimmana keluarga Chinn melayani India dari generasi ke generasi, saat lumba-lumba melintasi laut lepas.

Mereka menembak rusa yang mencuri hasil panen orang miskin, mengajari mereka metode pertanian yang lebih baik, membebaskan mereka dari beberapa pengawasan yang lebih berbahaya, membunuh singa dan harimau dengan gaya agung (grand style). Hadiah satu-satunya bagi mereka adalah makam leluhur dan legenda keluarga. Ini dipercaya oleh suku orang India dengan penghormatan terhadap leluhur, memiliki harimau sendiri, tapi berkuda di daerah tersebut menjadi pertanda perang atau wabah. Ada budaya harus menembak binatang nenek moyang sehingga orang dapat divaksinasi tanpa rasa takkut oleh perang atau wabah.

Berjalannya kehidupan modern, Chinn memang lebih beruntung dibanding kebanyakan orang. Mereka memiliki kesempatan lahir dalam karir yang lembut dan alami, yang menuntun mereka mewujudkan mimpi terbaik sebagai laki-laki; ketika orang lain melupakan mimpi-mimpinya yang mulia. Mereka juga cukup dewasa mewujudkan mimpi menjadi tindakan. Chinn tidak menyadari bahwa dia adalah reinkarnasi kakeknya yang berhasil, memberi eksistensi ganda seperti impian dasar yang tak terganggu kenyataan.

Mereka yang tak mampu mengatasi cita-ciat masa kanak-kanak, kemudian mendafar dalam dinas kolonial yang cocok. Imperialisme bagi mereka adalah kesempatan yang tak disengaja guna melarikan diri dari masyarakat di mana seseorang harus melupakan masa mudanya jika ingin tumbuh dewasa. Negeri-negeri aneh dan penuh rasa ingin tahu menarik para pemuda terbaik Inggris sejak akhir abad kesembilan belas. Merampas elemen paling jujur dari masyarkat, mejamin kebahagiaan dengan perlindungan tertentu, hingga menanamkan standar moral barat.

Lord Cromer, anggota keuangan di pemerintahan pra-imperialis India, termasuk dalam kategori pembantai naga Inggris (British dragonslayers). Dipimpin oleh rasa pengorbanan terhadap populasi terbelakang. Dia menolak jabatan Raja Muda pada tahun 1894 dan sepuluh tahun kemudian menolak jabatan menteri luar negeri. Alih-alih penghargaan semacam itu yang memuaskan orang yang lebih rendah, sebagai Konsul Jenderal Inggris untuk Mesir pada 1883-1907 dia sedikit publikasi. Ia menjadi administrator imperialis pertama atas jasanya memuliakan ras Inggris.

Cromer pergi ke Mesir karena sadar bahwa orang Inggris berusaha keras mempertahankan India dan harus menanamkan pegangan yang kuat di tepi Sungai Nil. Mesir menjadi alat mencapai tujuan dan perluasan yang diperlukan demi keamanan India. Ada juga orang Inggris yang pergi ke benua Afrika, seperti Cecil Rhodes pergi ke Afrika Selatan dan menyelamatkan Cape Colony. Gagasan Rhodes akan perluasan jauh leih maju dan terhormat. Baginya ekspansi tidak perlu dibenarkan oleh motif yang masuk akal seperti memegang apa yang sudah dimiliki seseorang. Ada permainan besar rahasia yang tak kalah gila daripada dunia hantu ras.

Kemiripan Rhodes dan Cromer adalah keduanya menganggap negara bukan tujuan tapi sebagai sarana untuk sesuatu yang dianggap lebih tinggi. Arendt said: “the  self-interest  of  the  subject- races is the principal basis of the whole imperial fabric.” Administrator yang acuh tak acuh ini alih-alih percaya pada keunggulan individunya dengan beberapa derajat kesombongan yang pada dasarnya tidak bahaya; dia merasa bagian dari bangsa yang mencapai tingkat peradaban yang lebih tinggi dan memegang posisinya berdasarkan hak lahir.

Melalui kerahasiaan seperti Lord Cromer yang terlalu bersahaja. Sangat suka menyusun surat wasiat. Apa yang membuat Rhodes menemukan pesona kerahasiaan adalah hal yang sama yang membuat Cromer mengatasi rasa tanggung jawab bawaannya: “penemuan perluasan yang tidak didorong oleh keinginan khusus untuk negara tertentu tetapi dipahami sebagai proses tanpa akhir di mana setiap negara hanya akan berfungsi sebagai batu loncatan untuk ekspansi lebih lanjut.”

Lebih lanjut Arendt mengatakan:

“Jelas bahwa agen rahasia dan anonim dari kekuatan ekspansi ini tidak merasa berkewajiban terhadap hukum manusia. Satu-satunya "hukum" yang mereka patuhi adalah "hukum" ekspansi dan satu-satunya bukti "keabsahan" mereka adalah keberhasilan. Mereka harus benar-benar rela menghilang sepenuhnya begitu kegagalan terbukti, jika karena alasan apa pun mereka tidak lagi menjadi "instrumen dengan nilai yang tak tertandingi." Selama mereka berhasil, pengajuan mewujudkan kekuatan yang lebih besar dari diri sendiri membuatnya relatif mudah untuk mengundurkan diri dan bahkan membenci tepuk tangan dan pemujaan. Mereka adalah monster kesombongan dalam kesuksesan mereka dan mereka monster kesopanan dalam kegagalan mereka.”

Begitu juga yang terjadi pada TE Lawrence. Arendt menulis: 

"Lawrence tergoda untuk menjadi agen rahasia di Arab karena keinginannya yang kuat untuk meninggalkan dunia kehormatan yang tumpul yang kesinambungannya menjadi tidak berarti, karena keteguhan hatinya dengan dunia dan juga dengan dirinya sendiri. Kesimpulan ini dia tarik dari pengetahuannya yang sempurna bahwa dia sendiri tidak besar, tetapi hanya peran yang dia asumsikan dengan tepat, bahwa kebesarannya adalah hasil dari Game dan bukan produk sendiri. Sekarang dia tidak “ingin menjadi besar lagi” dan bertekad bahwa dia tidak “akan dihormati lagi”, dan karenanya benar-benar “sembuh dari keinginan apa pun untuk melakukan apa pun untuk diri sendiri." Kehebatannya adalah bahwa dia cukup bersemangat untuk menolak kompromi murah dan jalan mudah menuju kenyataan dan kehormatan, bahwa dia tidak pernah kehilangan kesadarannya bahwa dia hanya sebuah fungsi dan memainkan peran dan oleh karena itu, "tidak boleh mendapatkan keuntungan dengan cara apapun dari apa yang dia telah lakukan dilakukan di Arab. Penghargaan yang dia menangkan ditolak. Pekerjaan yang ditawarkan karena reputasinya harus ditolak dan dia juga tidak akan membiarkan dirinya mengeksploitasi kesuksesannya dengan mengambil untung dari menulis satu jurnalisme berbayar dengan nama Lawrence." Lawrence telah bertindak untuk tujuan tersembunyi yang tak terduga. Satu-satunya kepuasan yang bisa dia dapatkan dari ini, tidak memiliki kesadaran tentang pencapaian terbatas, datang dari rasa berfungsi itu sendiri, karena dipeluk dan didorong oleh suatu gerakan besar. Kembali di London dan dalam keputusasaan, dia akan mencoba menemukan pengganti untuk "kepuasan diri" semacam ini."

Arendt, H. (1950). The Imperialist Character. The Review of Politics, 12(3), 303-320.

Selengkapnya: https://www.jstor.org/stable/1404663

Tidak ada komentar:

Posting Komentar