Sabtu, 26 September 2020

Menguji Konsep Prekariat Guy Standing Melalui Pekerja Rentan Jakarta

Guy Standing dalam bukunya The Precariat (2011) membuat klaim bahwa prekariat merupakan kelas “bahaya” baru. Prekariat global tengah diciptakan melalui perubahan cara kerja yang diorganisasikan dan masyarakat dipekerjakan. Perubahan ini menambah ketidakamanan, ketidakstabilan, dan tak bisa diramalkan. Artikel dari Yasih ini menguji klaim Standing tersebut dalam konteks urban anak muda Jakarta: apakah benar pekerja prekariat di Jakarta merupakan kelas bahaya baru?

Menurut Standing, awal 1980-an merupakan masa di mana neoliberalisme secara global memunculkan kebijakan buruh fleksibel. Membongkar welfare state dan mengurangi berbagai akses layanan sosial terhadap orang-orang miskin di seluruh dunia. Bagi Stading, prekariat adalah kelas sosial baru yang memisahkan diri dari kelas pekerja, meskipun kelas tersebut merupakan kelas-dalam-pembuatan karena anggotanya terbagi secara internal. Kondisi mereka ada karena tekanan struktural.

Standing mengidentifikasi ada tiga karakteristik kelas prekariat: 1. Prekariat memilki relasi produksi yang khas, relasi perburuhan yang tidak aman, berdasar kontrak sosial, loyalitas ditukar untuk keamanan kerja. 2. Prekariat memiliki relasi ditribusi yang khas. Anggotanya tidak menerima hak dan keuntungan dari perusahaan untuk tambahan penghasilan mereka, murni dari upah uang tanpa ada pensiun atau asuransi kesehatan. 3. Memiliki hubungan yang khas dengan negara, yang memiliki sedikit hak sipil, budaya, politik, dan ekonomi dibandingkan kebanyakan warga negara lainnya.

Standing jelas mengatakan bahwa prekariat bukan kelompok yang homogen, dan memiliki berbagai atribusi. Dari migran, etnis minoritas, hingga pemuda berpendidikan tinggi yang gagal untuk kerja dengan stabil. Pekerja menghadapi tujuh bentuk tumpang tindik relasi kerja yang tidak aman: labour market insecurity, employment insecurity, job insecurity, work insecurity, skill reproduction insecurity, income insecurity, and representation insecurity. Kondisi mereka ada karena faktor struktural dan bukan karena kegagalan personal.

Alih-alih membuat solidaritas tertentu untuk memperkuat, prekariat sering dimanfaatkan oleh gerakan populis dan politisi karena prekariat ini gagal menemukan jaringan yang bisa mengungkapkan aspirasi mereka. Mereka juga merasa anomi karena gagal menemukan kerja yang berarti dan merasa gelisah selama jangka waktu yang panjang bekerja di kerja-kerja yang tidak stabil dan hidup dalam ketidakamanan. Mereka juga merasa teralienasi karena gagal menemukan tujuan sosial dan harus mengalami hukuman sosial.

Yasih dalam artikel ini juga menampilkan kritik-kritik yang signifikasn dari Seymour (2012), Bailey (2012), Breman (2013), Munck (2013) and Allen (2014) melalui pendekatan Marxis terkait konseptualisasi Standing tentang prekariat. Dari beberapa analisis ini, prekariat dikatakan bukanlah kelas baru karena tidak memberikan terma yang anyar dari hubungan sosial produksi dan reproduksi.

Sedang Standing kukuh prekariat sebagai kelas baru karena adannya relasi produksi, relasi produksi, dan hubungan dengan negara yang khas. Meski kelas tidak didefinisikan dari stabilitas pekerjaan, pendapatan, atau relasinya dengan negara. Namun kelas didefinisikan oleh lokasi yang sama dari anggotanya dalam relasi produksi dan reproduksi sosial. Dalam perspektif ini, prekariat masuk dalam kelas pekerja. Di mana prekariat adalah buruhnya, dan pemilik kerja adalah kapitalisnya.

Konsep prekariat ini juga eropasentris, karena definisi ini didapat dengan mengkontaskan prekariat dengan pekerja yang stabil. Di Jerman, terma prekariat digunakan merujuk pada mereka yang tak punya kerja, dan tak punya harapan dalam suatu sosial tertentu. Prekariat juga menjadi konsep ideal kapitalisme yang konon disebut sebagai Jaman Keemasan.

Sedangkan menurut perspektif Marx dalam Capital, dia mengidentifikasi kelas pekerja sebagai mereka yang masuk dalam pekerja tidak tetap. Meski Standing (2014) memperkuat pendapatnya juga jika prekariat muncul dari perubahan relasi kerja, pola kerja, sistem perlindungan sosial, regulasi dan redistribusi di bawah kapitalisme global.

Kritik untuk Standing juga merujuk pada konsep lumpenproletariat yang dijelaskan oleh Marx sebagai mereka yang berada pada masyarakat marjinal. Yang subsisten, gelandangan, penipu, perayu, pemalas, tukang copet, begal, (a hither and thither person), dll.

Ditarik dari sejarahnya, lumpenproletariat ini berasal dari sistem kelas yang tua. Lumpenproletariat dan prekariat dimanfaatkan oleh gerakan populisme dan fasisme di mana mereka memiliki hakikat politisnya sendiri. Marx dan Engels mengatakan jika lumpenproletariat sebagai massa yang secara pasif mengalami pembusukan dan menjadi alat suap-tipu daya yang reaksioner.

Munck (2013) menyatakan jika lumpenproletariat bukanlah struktur kelas yang integral atau terdefinisi oleh relasi produksi. Mereka memainkan peran yang kecil dalam sejarah, dan sejarah adalah sejarah dari produksi dan masyarakat dibentuk oleh relasi produksi.

Yasih menjelaskan konteks prekariat di Indonesia dengan menyelidiki elemen konseptual Standing terkait: lokasi kelas mereka; apakah mereka berbahaya; serta kesadaran kelas dan hubungan mereka dengan kelas pekerja sisa. Penelitian dilakukan dari Februari-Oktober 2015; 4 individu dan 5 komunitas. Fokus penelitian inii menyasar orang berusia 22-39 dan terlibat dalam kerja-kerja rentan di Jakarta. Data-data dari koran, laporan, data statistik, dan demografi digunakan pula dalam penelitian terkait komunitas vigilante di Indonesia.

Mereka bergabung dalam kelompok-kelompok vigilante yang cenderung terkenal karena tindak kekerasan dan pemaksaan. Terlibat pula dalam politik dan elit sosial tertentu. Mereka memiliki peran yang besar dalam strategi politis dan mobilisasi masyarakat saat pemilu. Kebutuhan pragmatis dan relasi-buruh yang tidak aman menggiring pekerja untuk bergabung dalam kelompok vigilante ini.

Proporsi pemuda terbesar di Indonesia bisa ditemukan di Jawa (55,7%). Di Jakarta sendiri angka pekerja sangat tinggi mencapai 90,16% (2014) dan yang bekerja di sektor informal 28,3% (2014) cenderung kecil memang jika dibandingkan data ILO terkait presentasi kerja informal secara nasional sebesar 53,5% (2013). Proses informalisasi terjadi juga melalui 3 cara: produksi kecil-kecilan dengan penghasilan rendah, adanya kontraktor dan pekerja lepas, serta menggunakan buruh-buruh yang ilegal. Mayoritas besar bekerja di sektor manufaktur dan konstruksi.

Para pekerja muda ini juga sebagian mengikuti kelompok paramiliter, seperti Forum Betawi Rempug (FBR). FBR merupakan kelompok dan gangster politik yang berhubungan dengan aksi kekerasan dan pemaksaan. Mereka merekrut lebih dari 10 ribu pemuda pria bahkan lintas Jakarta.

Hasil menunjukkan mereka bisa menjadi bahaya karena anggoata disatukan oleh kemarahan, anomi, kegelisahan, alienasi, dan cenderung dimobilisasi oleh para ekstrimis politik. Hingga saat ini masih sedikit studi empiris dan etnografis terkait pengujian klaim Standing terkait kelas berbahaya ini.

Para pemuda pekerja yang ikut dalam kelompok vigilante ini tidak memiliki sarana produksi yang memadai, pendidikan rendah, dan memiliki keterampilan yang terbatas. Mereka mengambil kerja apapun yang tersedia. Sering pindah kerja. Para informan dalam penelitian ini juga memahami ikatan sosial mereka dapat mengatasi ketidakamanan dalam hubungan-kerja.

FBR merepresentasikan suara-suara dari populasi miskin di Jakarta. Mereka yang bergaji rendah dari tukang parkir, body guard, sampai pengangguran. Yang memberi dukungan moral, solidaritas, dan kesempatan penghidupan. Para anggotanya juga berkesempatan untuk berhubungan dengan anggota dan kelompok yang lebih luas. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa pekerja rentan yang masuk dalam kelompok vigilante didorong oleh etnsi dan konservatisme agama. Watak politik mereka terpengaruh oleh pragmatisme, agama, dan identitas etnis.

Yasih, Diatyka Widya Permata. (2016). Jakarta’s Precarious Workers: Are they a “New Dangerous Class”? Journal of Contemporary Asia, 27-45.

Selengkapnya: http://dx.doi.org/10.1080/00472336.2016.1197959

Tidak ada komentar:

Posting Komentar