Rabu, 30 September 2020

Membedakan Kebutuhan dan Keinginan, Serta Efeknya Pada Moral

Artikel ini saya review karena kemarin ke-trigger dengan sebuah kalimat: “You’ll find it when you need it most.” Lewat tulisan filsuf Richard Wollheim bertarikh 1974 ini saya ingin menyibaknya lebih jauh.  

Kebutuhan dan keinginan memiliki pertalian yang jelas. Wollheim pengen membedakan dua hal ini dan apa implikasinya bagi moral. Untuk memahami tentang kebutuhan, mari kita simak pada fenomena yang sederhana. Misal kita mau menanam tanaman, hal yang paling dibutuhkan selain tanaman itu sendiri adalah tanah dan air. Tanpa dua hal ini tanaman akan sakit bahkan bisa mati.

Hal yang paling dibutuhkan akan paling diperhatikan. Terma ‘kekurangan’ dan ‘mempunyai’ bisa digunakan untuk kerangka pengertian kata tersebut. Objek kebutuhan dikarakterisasi sebagai sesuatu yang jika itu dipunyai akan memulihkan, dan jika kekurangan akan menyebabkan kesakitan.

Wollheim kemudian membawa fenomena kebutuhan ini pada sesuatu yang lebih kompleks. Seperti, binatang membutuhkan air dan aktivitas seksual. Apakah binatang butuh untuk memahami kebutuhan tanaman misalnya? Beberapa filsuf menjawab tidak. Kebutuhan tanaman tidak mensyaratkan kebutuhan binatang.

Misal lagi, seekor anjing jantan yang membutuhkan aktivitas seksual tengah tertidur. Di sisi lain seekor anjing betina melintas di jalan terancam tertabrak mobil. Di sini tidur adalah kasus lain, teror juga kasus lain. Kasus ini jelas tak bisa diandalkan untuk memenuhi kebutuhan si anjing.

Sebab itu lingkaran perilaku (behavior-cycle) ini penting. Lingkaran perilaku ini menentukan apakah kebutuhan itu akan diinterferensi, diinterupsi, bahkan dilarang. Lingkaran perilaku ini mesti diketahui kriteria dari identitasnya seperti apa. Kriteria ini harus melihat ke belakang daripada ke depan.

Atau kasus lain, ketika seseorang pergi ke dokter karena kondisinya kurang baik. Dokter memeriksa dan memberikan resep obat. Kemudian orang itu pergi ke apotik untuk membeli apa yang dia butuhkan seperti vitamin dll, kemudian orang itu sembuh. Dokter pun puas akan pemulihannya dan orang itu juga senang. Ini membuktikan suatu perilaku yang berhubungan dengan kebutuhan manusia. Atau kasus lain seseorang butuh air dan pergi kemanapun untuk mencarinya.

Faktor lain yang membuat itu menjadi kebutuhan adalah percaya. Seseorang pergi ke suatu tempat untuk mencari air karena dia percaya bahwa dia butuh air. Ini kemudian masuk dalam lingkaran psikologis (psychological cycle) yang berhubungan dengan pertimbangan budaya (cultural consideration) dan norma. Dan harus disadari: kepercayaan akan kebutuhan kita datang pula karena norma.

Garis merahnya: Yang membedakan antara kebutuhan dan hasrat (keinginan) adalah, jika seseorang butuh X, dia akan kekurangan X dan sakit jika tidak ada X. Jika seseorang ingin X, dia tidak harus kekuarangan X atau tidak harus sakit karena kekurangan  X. Jika seseorang butuh X, maka seseorang ketika kebutuhan ini terpenuhi dia akan pulih. Beda dengan keinginan yang ketika terpenuhi, belum tentu ia akan pulih atau dia tidak harus pulih.

Jika kebutuhan dan keinginan ini ditaruh dalam suatu konteks situasi, dia akan berhadapan dengan norma. Dan ketika kebutuhan ini dikalahkan oleh keinginan, di sana terjadi kejahatan moral, perbuatan tercela (moral turpitude). Sebab bisa jadi kita tidak mencintai apa yang kita butuhkan padahal itu yang lebih penting. Moral kebutuhan dan keinginan inilah yang harus diwaspadai. Atau kita menuruti keinginan kita yang menjadi kebutuhan orang lain. Bukan hak kita.

Wollheim, R. (1974). Needs, Desires and Moral Turpitude. Royal Institute of Philosophy Lectures, 8, 162-179.

Selengkapnya: http://journals.cambridge.org/abstract_S0080443600001229

Tidak ada komentar:

Posting Komentar