Jumat, 18 September 2020

Nggak Mood

Pernah ngrasa nggak mood? Saat orang bilang 'aku nggak mood' atau 'moodku lagi nggak baik nih' itu berhubungan sama suasana hati yang menyiratkan seseorang mesti berada dalam mood tertentu agar tindakannya disetujui atau dimungkinkan. Menyiratkan pula kalau seseorang itu nggak bersedia melakukan sesuatu.

Esai Sara Ahmed ini mau bilang kalau suasana hati (mood) itu bukanlah entitas yang menyatukan. Mood dan perasaan memliki logika dan tatanannya yang berbeda. Mood ini dideskripsikan sebagai sesuatu yang kabur, menyebar, tak berwujud, intens, fana, gantung, lepas niat baik, dan kontras dengan emosi, durasinya juga kadang lama kayak gaya inersia.

Mood bisa jadi suatu lensa afektif, mempengaruhi bagaimana seseorang terpengaruh. Kalau kamu lagi nggak mood, bukan hal-hal fokus yang kamu pikirin, tapi hal-hal nggrambyang yang nggak ada arahnya. Moody figures biasanya seseorang yang nggak bisa menyelaraskan antara mood-nya sendiri dan kenyataan.

Sialnya mood ini menurut Heidegger menular. Mood lebih mirip suatu atmosfer. Bukan karena kita nangkap perasaan orang lain, tapi karena kita terjebak pada perasaan yang bukan milik kita sendiri. Menyadari bagaimana mood diarahkan menjadi  mekanisme memahami emosi.

Mood masyarakat sebenarnya telah diukur oleh pemerintah dan perusahaan. Sebagian besar mood yang diukur terkait kepuasan dan kepercayaan konsumen. Mood ini kemudian menjadi indeks yang menghasilkan laba bagi kapitalisme global. Logikanya, mood dibentuk tidak hanya dari promosi afektifnya saja, tapi juga kualitas atmosfer pasar.

Selain itu indeks mood digunakan pula untuk kepentingan pemilihan. Dengan sentimen-sentimen yang dibuat untuk merebut perhatian massa. Bisa juga dalam bentuk survei dan polling. "And you know what: I am not in the mood."

***

Sara merefleksikan pula bagaimana "mood nasional" dibuat dan diukur sedemikian rupa untuk potensi politik tertentu; atau mereka yang terasing dari negaranya karena pengaruh yang telah dibuat. Istilahnya alien affect, mereka yang mengalami efek alien, semacam kamu nggak bisa duduk pada apa yang bukan tempatmu.

Di sini Sara mau jelasin juga bagaimana mood jadi sesuatu yang kita masuki atau nggak, karena ini bagian dari emotional labor (kerja-kerja emosi) atau hubungan kerja (labour relation) yang relasional. Semacam bagaiana seorang pramugari memeriksa modd penumpang, menghangatkan hubungan untuk membuat banyak individu di pesawat menjadi satu tim. Bertanggungjawab pada mood membutuhkan sikap responsif nggak hanya terhadap mood orang lain, tapi juga apa yang diminta atau dituntut oleh situasi.

Misal jadi warga negara, melibatkan kerja penyelarasan ini. Kamu mengidentifikasi diri dengan negara tidak hanya menjadikannya objek perasaan, tapi menjadi selaras dengan ritme nasional. Sara buat refleksi khusus bagaimana attunement (ada yang ngartiin penyelarasan, ada pula yang ngartiin proses membuka diri guna menerima getaran yang lebih tinggi dalam penyembuhan pribadi) bekerja agar kita selaras sama orang lain.

Ahmed, S. (2014). Not in the mood. new formations: a journal of cuulture/theory/politics, 82, 13-28.

Selengkapnya: https://muse.jhu.edu/article/558908/pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar