Senin, 18 September 2023

Howl's Moving Castle (2004): Ada Petualangan di Balik Kutukan

Menonton film ini seperti terbawa ke sebuah dunia yang aku idamkan lainnya. Sophie Hatter (Chieko Baisho), gadis usia 18 tahun yang tahu apa yang diinginkannya: Menjadi pengrajin topi di tokonya yang sederhana. Dia tak terpengaruh oleh kakaknya yang populer dan cantik, yang bekerja di sebuah bar. Sophie merasa dirinya tak cantik dan keahliannya hanya bersih-bersih. Kondisi yang tenang ini pun masih diirikan oleh yang lain, seorang penyihir yang membuatnya menjadi tua berumur 90 tahun. 

Dari film ini jadi tahu terkait kekurangan dari orang-orang yang berusia tua: tak banyak terkejut dengan banyak hal, mengetahui lebih banyak, dan sedikit menginginkan sesuatu. Kelapangan hidup lain, Sophie menerima kutukan itu dengan hati terbuka, dan dia tak mengeluh meski awalnya sedih, dan itu kesedihan yang wajar karena ketidaksiapan. Sophie sadar, kutukan itu akan membawanya pada petualang-petualangan baru. Apa yang diyakininya kemudian benar adanya.

Sebelum dikutuk menjadi nenek-nenek, Sophie pernah diselamatkan oleh seorang pangeran dari negeri penyihir bernama Howl (Takuya Kimura). Seorang pria yang berdandan seperti perempuan, meski tetap memiliki watak maskulin. Keunikan penampilan Howl sekaligus mengingatkanku pada orang-orang di dunia nyata yang mempunyai penampilan serupa, mereka sangat jarang tapi mereka juga tak boleh seenaknya dihakimi karena penampilan. Setelah kutukan itu, Sophie merantau dari rumah. Dia bertemu orang-orangan sawah bernama Turnip yang mengantarkannya ke sebuah rumah besar magic yang bisa bergerak. Banyak elemen yang unik, seperti mempunyai kaki seperti burung, besi, wajah, dlsb. 

Rumah ini dimiliki oleh Howl yang di dalamnya hidup makhluk lain, si api yang bisa hidup bernama Calcifer (Tatsuya Gashuin) dan Markl (Ryunosuke Kamiki), seorang anak laki-laki lucu yang menemani Howl hidup. Kini keluarga itu kemudian ditambah Sophie, yang bisa memasak dan membersihkan rumah. Sihir Sophie juga bisa hilang ketika dia tidur atau merasa bahagia. Sihirnya juga pelan-pelan hilang seiring waktu.

Petualangan pun terjadi. Howl ternyata punya banyak rahasia, dia seperti burung besar, entah itu burung apa aku tak yakin. Dia menghadapi penyihir buangan yang telah mengkutuk Sophie. Dulunya Howl suka dengan Witch of The Waste ini, tapi seiring dengan Howl mengetahui sifat aslinya, Howl pun mundur. Pergantian dan transformasi karakter menjadi hal menarik untuk dipelajari dan diamati kemudian. Si penyihir ini awet muda karena memakan hati manusia, dan dia menginginkan hati Howl agar terus awet muda. Tak hanya si penyihir buangan, seorang perempuan pemilik kerajaan bernama Madame Suliman (Haruko Kato) juga menginginkan Howl kembali ke kerajaannya, karena dia murid yang pintar dan potensial. Namun Howl menolak, sehingga pertempuran terjadi. 

Berbagai propaganda, perang, bom, dll, yang dalam dunia nyata terinspirasi dari Perang Irak ditampilkan di sini. Sophie bersama kawan-kawannya, termasuk Heen, anjing yang dia temui ketika hendak masuk kerajaan Suliman menghadapi berbagai tantangan bersama. Hingga akhirnya, perjuangan itu berbuah kemenangan, dan semua sihir yang menyelingkupi para tokoh pun menunjukkan wajah aslinya. Secara imajinasi, aku menyukai film yang idenya diadaptasi dari buku Diana Wynne Jones ini. Sejenis film yang membuatku bisa kembali, dan kembali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar