Senin, 18 September 2023

Educated oleh Tara Westover: Upaya Menemukan Kontrak Diri dengan Tuhan

Akhirnya memoar Tara Westover sebanyak 500 halaman dalam versi terjemahan Indonesia ini selesai juga kubaca. Menyelesaikannya cukup lama dan tersendat-sendat. Dalam berbagai sisi, kisah Tara seperti sangat dekat: tinggal di daerah terpencil, hidup di keluarga yang punya saudara banyak, memiliki orangtua yang sangat strick dengan agama, hingga sisi yang ekstrim, orangtua yang tak percaya sekolah, rumah sakit, dan apapun fasilitas yang dibuat pemerintah. 

Sabda Tuhan benar-benar dijaga oleh sosok sang ayah, bahkan ketika dia mengalami kebakaran hampir di seluruh tubuh, pantang memanggil dokter, rumah sakit, dan institusi resmi lainnya. Semua etika dan moral yang telah ditetapkan oleh kepercayaan Mormonism harus diikuti oleh semua anggota keluarga, baik cara berpakaian, cara bergaul, dan cara-cara keseharian lain. Dalam latar seperti itu, Tara mencoba keluar dan pergi jauh meninggalkan kampung halamannya di Idaho. 

Dia punya niat tinggi akan pendidikan. Meski dia tak ada ijazah SMA, dia berani daftar ke Universitas. Sebab di USA sendiri tak mewajibkan itu asal ada alasan telah menempuh home schooling yang itu bisa disiasati. Lalu kariernya menanjak dapat beasiswa S2 ke Cambridge, fellowship di Harvard, dan menyelesaikan S3-nya di Cambridge sampai dia memperoleh gelar Dr. Westover. 

Keputusan yang bertentangan dengan keluarga ini membuatnya dikeluarkan dari keluarga. Orangtua Tara tak setuju dengan keputusannya, mengganggap Tara dirasuki iblis dan berbahaya. Namun dia tetap teguh dengan pendiriannya, jalan hidup yang harus dibayar mahal. Seperti yang dikatakan Tara, "Jarak bukanlah hal yang sulit untuk energi kehidupan." Tara memilih rumahnya sendiri dibandingkan rumah yang diberikan kepadanya. Jika Tara memilih untuk kalah, dia tak hanya kehilangan argumen, tetapi juga hak asuh atas pikirannya sendiri.

Tara sempat mengalami fase-fase gila saat menyelesaikan studi Ph.D-nya di Cambridge. Masalah terbesarnya adalah masalah dengan keluarga, terutama orangtua, terutama ayah. Ayahnya sempat datang ke asrama Tara dalam rangka "mensucikan" anaknya dari pengaruh "iblis-iblis". Tiap kali berhadapan dengan orangtua, Tara merasa mengalami pertentangan yang luar biasa, mengatakan kata-kata yang ingin didengarkan oleh orangtuanya atau mengungkapkan kejujuran dari kedalamannya sendiri.

Pergolakan mental dan psikologi Tara digambarkan dengan insentif melebihi judul bukunya terkait pendidikan di altar universitas. Apalagi dia perempuan, dia mengalami tekanan ganda. Dari enam saudaranya yang lain, hanya dua yang membela. Sisanya berpihak pada sang ayah. Apalagi Tara juga mengalami perundangan oleh saudara kandungnya sendiri yang berkarakter psikopat. Tara dari latar belakang sepeti itu, dia lebih "terdidik" secara lingkungan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar