Kamis, 24 Agustus 2023

From Up on Poppy Hill (2011): Memaknai Kehidupan Baru Setelah Perang

Film ini mengambil latar Yokohama, Jepang, yang barangkali menjadi kota favoritku di Jepang. Sebab dari Yokohama-lah, penyanyi favoritku Akeboshi berasal. Kemudian aku tak bisa menulis apa-apa lagi. Barangkali aku begitu kelu bercerita, aku kecapaian. Yang paling kusukai dari film ini adalah dua tokoh utamanya, Umi Matsuzaki (Masami Nagasawa) dan Shun Kazama (Junichi Okada). Mereka adalah generasi kedua para korban perang yang terjadi di Jepang, terutama perang dengan korea. 

Latar lainnya terjadi saat persiapan Olimpiade Jepang sekitar tahun 1963-64. Umi adalah anak pertama yang rajin, pintar memasak, pandai, bertanggung jawab, dan baik. Sementara Kazama adalah anak yatim piatu yang dirawat oleh kelurga yang baik hati karena anak orangtua angkatnya meninggal saat perang; Kazama adalah anak organisasi pers di sekolah, dia lucu, baik, dan pintar berdebat. Latar film ini sangat cantik, aku suka latar Yokohama, rumah-rumah di tepi pelabuhan yang berundak-undak. 

Sebagaimana khas film Ghibli yang memberikan kedamaian kepadamu, konflik film ini pun sebenarnya sederhana. Dia mengambil salah satu peristiwa sejarah tertentu, katakanlah perang Jepang dengan Korea, serta Olimpiade Jepang. Kemudian masyarakat di tahun itu menghadapi sisa-sisa trauma dengan mengerek bendera untuk ayahnya setiap hari sambil menantikannya pulang, hal itu yang dialami Umi. Sedangkan ibu Umi memilih untuk pergi ke USA, melanjutkan cita-citanya sekolah kedokteran. Namun di sini, ibu Umi kuat sekali ya ninggalin anaknya? Si Umi, dan dua adiknya, Sora Matsuzaki (Haruka Shirishi) dan adik laki-laki yang masih kecil. 

Persoalan lain adalah ketika Umi dan Shun saling menyukai, setelah insiden jatuhnya Shun dari gedung ke kolam, saat Umi bantuin nulis untuk kemudian digandakan menajdi selebaran, hingga inisiatif Umi untuk membangun ulang Gedung Latin. Gedung ini sejeni student center mahasiswa, gedung yang isinya masing-masing ruang untuk ekstrakurikuler tertentu dari filsafat, arkeologi, kimia, drama, hingga macam pers yang digeluti Shun. Yang lucu tentu ekskul filsafat yang anggotanya cuma satu, orang satu-satunya itu bilang kira-kira, "Bagi filsuf, hidup di tong tikus saja kuat," haha. Ya, macam pemikiran yang pernah dikatakan Diogenes.

Konflik memuncak saat Gedung Latin yang telah bersih berkat revolusi anak-anak yang mau membersihkan, malah hendak dirubuhkan dan diganti gedung baru oleh ketua yayasan. Akhirnya ketua kelas, katakanlah begitu, bernama Shiro Mizunuma (Shunsuke Kazama), bersama Shun dan Umi pergi ke kota untuk meneumui ketua yayasan yang katanya sulit ditemui. Mereka nunggu berjam-jam sampai dipersilahkan masuk. Akhirnya tersepekati si ketua yayasan akan melakukan inspeksi ke gedung latin, dan akhirnya tak jadi kegusur karena nilai budaya yang dimilikinya. Saat pulang ke kota, Shun dan Umi tinggal berdua karena Shiro akan menemui saudaranya. 

Oiya, keloncat, Shun dan Umi mempunyai foto sama yang ditinggalkan masing-masing orangtua mereka. Dan Shun menyangka Umi adalah adiknya karena nama ayah mereka sama. Ternyata mereka tak sedarah, karena ayahnya sesungguhnya adalah sahabat dekatnya ayah Shun. Hal itu juga yang dicerikan ibu Shun ketika dia pulang ke Jepang. Saat Shun dan Umi berdua, dalam kondisi yang kaku dan tak enak, Umi bilang: "Mau kamu kakakku atau bukan, perasaanku ke kamu takkan berubah." Duh, sweet banget.

Ya, saking berartinya mimpi ini, salah satu adegannya masuk ke dalam mimpiku, dan itu rasanya sangat aneh. Adegan lain yang epik saat melewati Hotel New Grand di tepi Kota Yokohama, dengan Taman Yamashita di depannya. Suatu hari, aku pengen ke sana, nginep di sana sama keluarga intiku, lihat Kapal Koyo Maru Yokohama, dan bisa naik kapal sekitar. Melihat laut dan langit bersama orang-orang yang aku sayangi, juga bertemu Akeboshi!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar