Minggu, 20 Agustus 2023

Automation - Jason E. Smith

Part I bab kedelapan buku The SAGE Handbook of Marxism selanjutnya yaitu tulisan Jason E. Smith berjudul "Automation" atau otomasi. Smith ngajar di Art Center College of Design di Pasadena, CA. Dia nulis terkait filsafat kontemporer, seni, dan politik. Bukunya terkait otomasi yaitu "Smart Machines and Service Work: Automation in an Age of Stagnation" (2019).

Diskusi yang dipandu sama Aziz Faozi terkait "automation" dari Jason E. Smith ini menerangkan bagaimana teknologi menggantikan proses kerja manusia. Dalam perkembangannya, teknologi ini memengaruhi pergeseran dalam pembagian kerja (division of labor), yang tentu juga mempengaruhi standar upah yang ditetapkan oleh kapitalis.

Otomasi ini menjadi salah satu jantung dari perkembangan kapitalisme. Sistem ini berupaya untuk mengambil bentuk karja produktif dan reproduktif dari pekerja untuk kepentingan profit semata. Tentu alienasi jadi ganda dan tak terhindarkan, karena manusia tidak memiliki produk yang dia ciptakan, manusia semakin terlempar.

Dalam subbab ini, Marx lebih gamblang melihat pekerja ini titik sentral dalam melihat perkembangan teknologi. Bagaimana kesadaran manusia sebagai labor (subjek) hanya diarahin untuk mesin. Otomasi membuat kerja jadi mudah, komoditas jadi murah dan berlimpah, meningkatkan kuantitas dan kualitas, serta meringankan gaji.

Fenomena otomasi ini di zamannya Marx ada pas munculnya mesin pemintal kapas di pabriknya Engels. Jika hanya dengan tenaga manusia misal hanya bisa meminta 100 benang, tapi dengan bantuan mesin bisa memintal sampai 1.000 benang. Atau misal, alih-alih pergi ke kantor pakai kuda, orang sekarang lebih memilih pakai motor atau mobil yang lebih cepat.

Otomasi juga memendekkan waktu, misal pekerjaan yang ketika dilakukan secara manual membutuhkan 8 jam, dengan mesin bisa jadi hanya 4 jam. Sehingga menimbulkan "waktu luang" yang banyak, sehingga gaji pekerja pun bisa dikurangi.

Dampaknya? Krisis. Krisis dari otomasi ini beberapa di antaranya adalah pekerja tidak produktif (unproductive labor) jadi semakin banyak, surplus pekerja menjadi meningkat, juga adanya redundant labor, kerja-kerja meaningless, kerja-kerja yang tak membuat nilai (value) meski seolah-olah memiliki value. Contohnya: ghost worker, clique worker, informal worker, atau dalam terma Graeber, bullshit-bullshit jobs yang lain.

Penulis mencatat: Tenaga kerja baru yang mubazir ini akan membengkakkan jumlah pengangguran, atau diserap ke dalam sektor 'layanan pribadi' berupah rendah dan berketerampilan rendah.

Sayangnya, artikel ini penjelasannya masih dalam sudut pandang kejadian masa dulu di kapitalisme lawas. Belum memberikan jalan keluar bagi pekerja dalam menghadapi agenda otomasi. Seperti hari ini, orang berlomba-lomba menyelesaikan masalah dengan aplikasi. Aplikasi yang punya daya tampung dan daya dukung. Namun di sisi lain, hal itu juga antara diperlukan dan tidak diperlukan.

Jika dulu pekerja bisa dengan jelas demo ke pabrik yang beralamat jelas dan ada gedungnya, saat ini bahkan pabriknya saja tak ada. Lalu apa yang akan dilawan? Atau belum lagi yang ngelola itu aplikasi teman sendiri, kita kerja padanya. Belum lagi fenomena AI, ChatGTP, hingga jodoh saja bisa diklik.

Refleksi menarik dari diskusi kali ini, ketika otomasi ini udah gak terhindarkan, juga menciptakan banyaknya pekerja yang tidak produktif dan redundant, dalam kondisi yang berkebalikan: Bagaimana kita bisa membayangkan masyarakat "pasca-kerja" atau kiamat kerja?

Kondisi pasca-kerja kelihatannya menarik bukan? Dengan adanya mesin atau otomasi ini, orang yang bekerja semakin sedikit, komoditas semakin banyak, dan manusia bisa saja tak bekerja atau mengerjakan hal lain sesuai nilai-nilai yang dianut. Sebab itu kelihatannya masih sekadar utopia, kami saling bersepakat jika agenda otomasi harus direbut dan berpihak kepada kelas pekerja.

Di sisi lain, otomasi ini sebagai bentuk dari efisiensi dari kerja-kerja yang dilakukan secara manual. Otomasi membuat orang mempunya keistimewaan (lux) untuk memikirkan hal lainnya. Mesin diciptakan sedemikian rupa untuk inovasi dan efisiensi.

"The automatic factory is the mode of production most capable of serving the needs of capital: the production of surplus value or, more precisely, an ever higher rate of exploitation (expressed in the ratio of necessary to surplus labor)." (p. 140)

#automation #jasonesmith #otomasi #AI #robot #mesin #machine #labor #redundantlabor

Tidak ada komentar:

Posting Komentar