Jumat, 18 Agustus 2023

Catatan Film yang Kutonton Periode Agustus 2023

Suzzanna: Malam Jumat Kliwon (2023)

Ini film remake buat memperingati artis horor Indonesia, Suzzanna. Secara keseluruhan jujur, meski film ini horor, tapi malah tak cukup horor untukku. Entah, mungkin karena latarnya yang dekat, diambil dari budaya khas Jawa Timuran. Gimana seorang gadis dijadikan materi untuk membayar utang orang tua pada tuan wilayah di masa itu. Film ini asyik buat ditonton bareng keluarga, karena unsur keluarganya cukup kuat, kebetulan aku nonton ini di Cinepolis Gadjah Mada Plaza yang juga cocok buat keluarga.

Lainnya, acting Luna Maya yang secara wajah mayan mirip, tak begitu mengandung aura horor. Yang menarik justru si Surya (Achmad Megantara), gak tahu, ini orang saking bucin atau gilanya, karakternya masuk aja gitu. Dia bersekutu sama iblis buat menghidupkan Suzzanna, terus kekasihnya itu balas dendam sama Raden Aryo (Tyo Pakusadewo) dan istrinya yang nyantet Suzzanna, Minati (Sally Marcellina).

Dari film ini, aku jadi sadar asal-usul legenda kuntilanak, hantu yang selalu menginginkan bayinya karena lahir tak normal di punggung. Itu kenapa punggungnya bolong, rumahnya di pohon-pohon besar, dan suka makan bakso wkwk. Acting Rojali (Opie Kumis) dan Japra (Adi Bing Slamet), meski aktor pinggiran tapi kena sih humornya, haha. Ya, pada akhirnya, dendam itu terbalaskan, dan film ini berakhir bahagia. Anak Suzzanna dirawat oleh Surya. Suzzana mati untuk kedua kalinya setelah ubun-ubunnya ditusuk paku.

Oppenheimer (2023)

Jujur, fillm Oppenheimer bagiku lebih horror daripada film Suzzanna. Gimana gak horror, dampak dari bom yang diciptakan sama Oppie dan kawan-kawannya ngebunuh ratusan ribu masyarakat Jepang saat Perang Dunia II. Buat pecinta ilmu sains, fisikawan, kimiawan, matematikawan, ini film rekomendasi banget sih. Semangat belajar dan kecerdasan para tokohnya terlihat banget, dan bakal membuatmu merasa jika upaya kamu dalam belajar selama ini biasa-biasa aja. Nama-nama saintis beken macam: Niels Bohr, Albert Einstein, Richard Feynman, Klaus Fuchs, Ernest Lawrence, Robert Serber, Hans Bethe, dll, bertebaran!

Cillian Murphy yang meranin Oppenheimer ini cocok sih. Orangnya cukup tenang tapi ambisius. Dari awal film, penonton diserbu dan dikagumkan oleh kecerdasan Oppenheimer yang ngambil S1 dan S2 di Harvard dan Cambridge, bingo! Dia sempat mau bunuh dosennya lewat racun yang disuntik ke apel karena merasa terdiskriminasi. Lalu pertemuan Oppie dengan Einstein yang sangat ideologis dan revolusioner juga, sebab penemuan mereka bisa menciptakan bom pembunuh massal di dunia. Namun obrolan ini disalahkanartikan oleh Lewis Strauss (Robert Downey Jr) secara ad honimem, dianggap obrolan itu menyinggung dirinya secara pribadi, karena Einstein kemudian gak negur Strauss. Padal si Einstein saat itu lagi bad mood dan kacau emosinya gara-gara niat Oppenheimer terkait teori kuantum yang bisa menghancurkan dunia. Einstein did it too, tho'.

Ya, hari berlanjut, saat perang memanas, Oppie kemudian direkrut oleh militer Amerika lulusan MIT untuk proyek pembuatan bom. Akhirnya dia buat laboratorium sendiri di tanah kaum Indian yang gersang, daerah mati yang coba dihidupkan. Di situ ilmuwan dikumpulkan dan percobaan bom dilakukan. Hingga akhirnya, bom itu meledak! Duammm! Djakarta Theatre ikut bergetar! Ratusan ribu orang di Nagasaki dan Hiroshima mati mengerikan. Sedangkan si Presiden US kala itu dianggap bertanggungjawab. Yang cukup mengganggu sebenarnya di akhir-akhir film, sebuah sidang buatan yang dirancang oleh Strauss untuk menghakimi dan menghukum Oppenheimer karena dendam pribadinya. Part itu bagiku melelahkan dan pengen ku-skip aja. Ditambah latar hitam-putih membuatku lebih frustrasi.

Barbie (2023)

Ini film lucu! Sebagai perempuan yang gak asing dengan mainan barbie, film ini mencoba memberi perspektif lain dalam melihat dunia mainan, kesempurnaan manusia, cita-cita, dan ide-ide kesetaraan. Latarnya bener-bener dibuat khas mainan, di mana tokohnya makan gak ada makanannya, minum gak ada airnya. Mereka bisa ganti pakaian cantik setiap hari, dengan mobil, rumah, dan aneka infrastruktur yang keren. Semua perempuan di dunia Barbieland bernama Barbie, dan semua laki-lakinya bernama Ken. Barbie bisa jadi apa saja, dari presiden, peraih nobel, arsitek, desainer, dll. Hei! Perempuan bisa melakukan apa saja dengan mimpinya! Perempuan itu sangat mandiri, dan (maaf) sebenarnya bisa hidup tanpa Ken, wkwk. Aku yang nonton di CGV GI ketawa-tawa.

Dunia berubah saat Barbie utama, ya sebut saja begitu, yang dibintangi oleh Margot Robbie memikirkan terkait kematian, dan strech di pupunya membuat dia insecure, apalagi kakinya bisa menapak, tak seperti Barbie kebanyakan yang njinjit atau Barbie autentik (duh lupa istilahnya), oya, Barbie stereoptical. Akhirnya dia pergi ke weird Barbie, hingga dipertemukan dan tinggal di dunia manusia. Barbie mau tak mau pun jatuh ke bumi, dan Ken utama (Ryan Gosling) mengikutinya. Barbie pun kaget dengan dunia manusia bumi, dia sadar dunia yang ada di Barbieland ternyata tak terjadi di bumi. Dia bukan ratu, bahkan dia juga tak punya kelamin, meski memiliki sisi-sisi kemanusiaan yang dimiliki manusia bumi. Barbie menangis saat dia tahu ide-ide kesetaraan itu utopia belaka dari anak kecil di dunia masa lalu yang mengadopsinya.

Isu lain terkait kapitalisme, wekeke, bagaimana si bos perusahaan Mattel yang memproduksi Barbie dan Ken memperkuat bisnisnya. Si CEO, Will Ferrell, dan anak-anak buahnya harus mendatangi Barbieland untuk menangkap si Barbie yang turun di dunia karena dianggap mengancam bisnisnya. Namun pas Barbie kembali, Barbieland telah berubah jadi Kenland yang menerapkan teori-teori patriarki secara kaffah. Ini unik sih, lalu bagaimana para Barbie memperoleh legitimasinya kembali untuk menguasai dunia mereka yang asli. Hm, bukan tontonan anak-anak, tapi idenya sangat menarik. Ya, everybody's tend to be like Barbie and Ken.

Cobweb (2023)

Kayaknya ini film horornya US pertama yang kutonton secara sadar deh, haha. Aku nonton ini di Atrium XXI pas hari Sabtu. Meski kurang begitu suka sama genre horror, tapi kalau karakternya menarik, akhirnya aku ngikut sih haha. Dan tokohnya si Peter (Woody Norman), ini anak so cute! Dia tinggal di rumah tua sama orang tuanya, Mark (Antony Starr) dan Carol (Lizzy Caplan), yang seperti menderita gangguan jiwa setelah ada anak perempuan yang mati mendadak di malam Halloween. Lalu ortu itu overprotective sama Peter.

Tiap malam si Peter digangguin sama suara-suara yang timbul di balik dinding. Si hantu mencoba jalin obrolan sama di Peter. Peter pun menanggapinya karena dia sedih, bagaimana gak sedih, anak yang superpendiam ini di sekolah gak punya teman. Dia ketakutan saat jam istirahat. Lalu, ada anak lain yang mem-bully Peter, namanya Brian (Luke Busey). Si hantu kemudian bujuk Peter untuk ngebalas, lalu pas di sekolah ngedorong Brian dari tangga hingga membuat kakinya cacat harus pakai alat bantu jalan. Untungnya dia punya guru yang perhatian bernama Ms. Devine (Cleopatra Coleman).

Plot twist-nya ternyata yang anak perempuan yang mati itu kakaknya Peter, yang dibunuh sama mamahnya sendiri kemudian dikubur di belakang rumah. Tapi anehnya juga, di belakang jam besar horor si kakak berambut seram ini tinggal dan dikunci. Saat terjadi malam Halloween, tragedi terjadi, Peter seperti meracuni makanan mamah-papahnya hingga mereka meninggal. Peter akhirnya dapat kunci untuk melepas si hantu di belakang jam. Lalu, malam berdarah terjadi, Brian dan para sepupunya datang untuk balas dendam, eh, akhirnya ikut terbunuh juga. Akhir filmnya agak kurang jelas sih, Ms. Devine nolong, dan hantunya kekurung lagi.

Meg 2: The Trench (2023)

Nonton film ini saat kamu lagi stress akan nurunin tingkat stress sih, haha. Ya, itu aku rasakan saat merasa beban kerja lagi banyak-banyaknya. Nonton Meg 2 seperti diajak ke dunia lain, dunia di bawah laut yang belum banyak diakses oleh banyak orang. Aneka akulturasi budaya antara Barat dan China juga membuat film ini menarik. Aku pribadi suka dengan karakter Meiying (Shuya Sophia Cai) dan pamannya Jiumming (Wu Jing). Mereka kaya, punya laboratorium bawah laut beserta konservasinya, sampai macam ternak ikan hiu jelek purba yang diberi nama Haiqing.

Pernah bayangin gak sih hidup di bawah laut? Imajinasi terjauhku masih di seputaran serial animasi Spongebob Squarepants sih. Di film ini seperti nyata, membayangkan sekitar ribuan meter dari permukaan laut, makai pakaian khusus, dan mengamati berbagai spesies kedalaman yang menakjubkan. Meski di bawah laut ini tak lepas dari eksploitasi juga. Konflik film ini adalah pertarungan antara timnya Jiumming dengan laboratorium yang merusak alam bawah laut. Menjualnya dengan harga miliaran rupiah. Juga berbagai sabotase yang terjadi di lingkup internal.

Pertarungan itu membawa mereka ke pulau impian, Fun Island, yang menurutku malah mirip Barbieland di dunia nyata, haha. Sayangnya pulau ini bukan untuk liburan, tapi untuk perang khas film action USA yang aktornya gak mati-mati. Apalagi tokoh si Jonas (Jason Statham) yang punya nyawa puluhan). Di pulau ini ditemukan juga makhluk purba seperti komodo yang menyerang manusia, terus octopus raksasa juga, sampai ular raksasa, dll. Berakhir dengan kemengangan si protagonis, film ini seperti membawa perasaan lega sejenak. Ya, macam bisa keluar dari palung lautan (the trench) dan menghirup udara daratan.

Love in Perth (2010)

Sengaja nonton film ini karena pengen merasakan suasana gimana sekolah di luar negeri itu dari tokoh utamanya Lola (Gita Gutawa) dan lawan mainnya Dhani (Derby Romero). Sebagai film, ini ringan banget, cheesy, dan you don't need extra brain to understand. Si Lola dapat beasiswa sekolah level SMA gitu di Perth, Australia. Lalu ketemu cowok songong dan sombong si Dhani, singkat kata mereka kemudian jatuh cinta dan saling mencintai.

Namun sebelum jadian, mereka ada di hubungan yang up-down gitu karena karakter Dhani yang naik-turun. Sebagai anak metrpolitan yang suka clubbing, karakter Dhani ini gambarin karakter anak muda sekarang sih kalau menurutku. Tapi ya mungkin masih di lingkup masa-masa remaja dia. Kalau kayak gitu di umur 30 yang kebangetan sih. Bertolak belakang sekali sama si Lola, anaknya konservatif, moody, dan menjaga sopan-santun. Dia juga relegius, tak meninggalkan solat meski tinggal di negara liberal. Kebalikan sama si Tiwi (Michella Putri), roomate Lola, anaknya udah bebas banget party dan hangover tiap malam.

Tokoh lain ada si Ari (Petra Sihombing) yang diam-diam suka sama si Lola. Sebenarnya tokoh Ari ini kalau mau realistis lebih cocok sama si Lola. Dia perhatian, romantis, selalu ada, dan yah, baik banget gitulah. Tapi ya namanya cinta, gak bisa dipastiin nancapnya hati kemana. Lalu, kelebihan film ini lebih ke pemandangan Perth itu sendiri, pengen deh suatu hari ada di kursi Ari dan Lola itu sambil melihat danau, pemandangan urban, dan bawahnya rerumputan yang hijau. Damai.

Ode to My Father (2014)

Film sedih dari Korea Selatan yang gak ngebosenin dari awal sampai akhir. Genrenya drama dan perang, ngisahin suatu keluarga yang hidup saat masa perang antara Korsel dan Korut, mereka ngungsi tapi si ayah (Jung Jin-young) dan adik dari tokoh utama Yoon Deok-soo (Hwang Jung-min) yang bernama Mak-soon memisahkan diri. Deok-soo adalah anak pertama, dia punya tiga adik, yang satu hilang, yang satu pinternya bukan main dan masuk universitas negeri di Korea, dan satunya agak centil/glamor, pengen ada pernikahan mewah.

Seiring waktu, Deok-soo pun ingin merubah nasib dengan cara pergi ke Jerman sebagai seorang penambang. Dia pergi bersama sahabat sejatinya sejak kecil bernama Dal-goo (Oh Dal-su). Banyak hal lucu dan tragis terjadi di hidup keduanya. Dari terkubur di tambang, sampai kisah percintaan. Di Jerman, Deok-soo bertemu dengan perempuan yang menjadi istrinya, Young-ja (Yunjim Kim). Young-ja bekerja sebagai perawat di Jerman, pertemuan mereka sangat unik. Yang lucu tentu di Dal-su, berniat ingin mencari perempuan ala Barat yang berpikiran terbuka dan berbeda dengan perempuan Asia. Si Dal-su malah ketakutan saat kehilangan keperjakaannya dan diajak ML sama perempuan Jerman asli, terbuka dan agresif, haha. Di luar ekspektasi sih ini.

Sepulang dari Jerman, Deok-soo bisa membeli rumah sendiri, tapi ada satu yang sangat ingin dia beli, yaitu toko bibinya. Di toko inilah ayahnya ketika berpisah berjanji, jika dia masih hidup, dia akan datang ke toko itu. Sebab membutuhkan uang, akhirnya dia pergi ke Vietnam, sebagai imigran peran tentunya. Di sanalah dia mengalami masa-masa perang antara Vietnam-USA. Apa dikata, dia kena bom dan kakinya kena tembak pas mau nyelamatin anak ngungsi di sebuha sungai. Kecelakaan itu membuatnya berjalan agak pincang. Sisi sedihnya pas moment ada acara reality show yang mempertemukan korban perang dengan saudaranya, higga akhirnya si Mak-soon ketemu. Dia diadopsi oleh keluarga di Amerika Serikat. Yah, mbrebes mili, huhu. Keluarga emang nomor satu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar