Buku ini sangat tipis, bahkan kau bisa membacanya sangat cepat serupa buku-buku fiksi mini. Ada pula ilustrasi menarik yang membantu imajinasi karena buku ini memang ditujukan sebagai "Buku Bacaan Bergambar". Namun, meski tipis, buku ini punya muatan moral, filsafat, dan sastra yang sangat tebal, yang bisa kau baca berkali-kali untuk mendulang lagi maknanya. Aku tak heran karena benih buku ini memang lahir dari karya Leo Tolstoy, penulis buku "Anna Karenina". Aku membeli buku tipis ini lumayan mahal di Shoppee seharga 40 ribu, tapi aku sangat puas dengan isinya.
Keseluruhan ada 14 dongeng pendek dengan makna yang panjang. Baiklah, Pak Tolstoy yang baik (dan muram), saya ingin mengulang apa yang saya tangkap dari cerita-cerita yang idenya hadir dari Anda:
1. Angsa dan Bulan: Sungguh kasihan seorang angsa di sungai yang tak kunjung dapat ikan, sampai ketika bulan muncul, bayangannya dianggap ikan, hingga angsa-angsa lain menertawakannya. Sebab dirudapaksa angsa-angsa lain, di angsa kasihan ini tak mau lagi mematok ikan dengan paruhnya, hingga dia mati "kelaparan". Sungguh miris Pak Tolstoy, betapa besar pengaruh pembullyan pada makhluk.
2. Puteri Berambut Emas: Ini barangkali adalah legenda dari Jepang. Bagaimana seorang Puteri Berambut Emas dibuang oleh ibu tirinya. Baik ke hutan ditemukan macan dan macan mengembalikannya ke istana. Dibuang ke rimba, dan burung gagak mengembalikannya. Dibuang ke tengah laut dan nelayan memapahnya pulang. Hingga si ibu tiri membunuhkan dimasukkan ke sumur dan ditimbun tanah tetapi ketika Baginda (ayahnya) menggali lagi, puteri bisat hidup lagi. Lalu si puteri dikubur di antara pohon murbai yang dilobangi, dia pun masih hidup. Hingga si puteri menginjakkan kaki di pantai, matilah dia dan menjadi ulat sutra. Ulat itu tertidur lima kali, hidup lima kali, hingga jadi kupu-kupu.
3. Orang Desa dan Ketimun: Ini satir sekali, Pak. Bagaimana seorang petani punya khayalan untuk mencuri timun, lalu uangnya bisa dipakai untuk beli ayam. Ayam akan beranak banyak dan dijual untuk beli babi, babi akan dijual untuk beli kuda, kuda akan dijual untuk beli tanah. Dan dengan tanah itu ia membangun kebun, sampai tidak ada pencuri seperti dirinya. Namun, itu hanya khayalan saja, dia berteriak "Bangsat! Bangsat!" dan dia ditangkap.
4. Tikus di Bawah Lumbung: Ini juga satir menarik. Segerombolan tikus hidup di bawah lumbung padi, dia hidup dari lobang yang kecil-kecil di mana padi bisa jatuh satu per satu. Namun, salah satu tikus ngide untuk memperlebar lubang itu, harapannya dapat banyak. Namun, petani jadi tahu dan menutup lubang itu sehingga mereka tidak mendapatkan lagi padinya, padahal sudah mengundang banyak tikus untuk pesta. Inilah akibat jika orang terlalu serakah.
5. Raja dan Baju: Tentang raja yang sakit dan hanya bisa disembuhkan ketika dapat pakaian dari orang yang berbahagia. Namun setelah dicari di seluruh kerajaan, tak ada orang yang benar-benar bahagia, ada yang miskin, tak akur dengan istri, berwajah jelak, dlsb. Hingga seorang penghuni gubuk mendapati dirinya bahagia dalam kemiskinannya, tapi mirisnya, itulah satu-satunya baju yang dia miliki, yang jika dikasikan ke raja pasti akan telanjang. Apa ya nilai moralnya? It's okay to be happy with your limited things that you have, aku mikrinya gitu. Dibandingkan naskah aslinya, sepertinya analisisku ini justru lebih panjang, Pak Tolstoy, hehe.
6. Raja dan Burung Rajawali: Ini juga menarik, bagaimana hewan kesayangan, seekor rajawali telah menyelamatkan tuannya yang seorang raja. Kisahnya, karena kehausan, si raja di sebuah tempat yang kekurangan air, menunggu tetes demi tetes air di atas mangkuk. Tapi tiap kali mangkuk penuh dan raja ingin meminumnya, si rajawali selalu menumpahkannya, hingga itu berulang sampai tiga kali. Raja pun tidak sabar dan membacok rajawali itu hingga meninggal. Lalu dia memerintahkan anak buahnya untuk mencari air di dataran yang lebih tinggi. Si anak buah pulang-pulang membuat laporan jika tetesan yang dikumpulkan raja bercampur dengan racun ular. Jika raja meminumnya, dia akan mati. Akhirnya raja menyesal telah membunuh rajawali kesayangannya itu. Aku belajar bagaimana kesialan justru baik untuk kita, karena kesialan itulah yang kadang telah menyelamatkan kita.
7. Serigala dan Perempuan Tua: Dongeng ini lucu, dan mengingatkanku sama masyarakat di kampungku. Ceritanya ada ibu yang sedang gelisah karena anak bayinya menangis, lalu si ibu bilang, "Kalau kamu menangis, nanti kukasikan ke serigala." Ndilalah, ada serigala lewat sana, dia kelaparan dan menunggu ibu itu menyerahkan anaknya. Tapi setelah itu si ibu bilang lagi, "Jangan menangis, ibu tak akan memberikanmu ke serigala." Si serigala pun bilang, "Rupanya manusia yang berkata berlainan dengan perbuatannya." Wkwk, kayak kena prank gak sih? Manusia emang gitu.
8. Orang Desa dan Batu Permata: Kisah orang desa yang ingin menjual permata kepada raja. Dia melewati penjaga. Si penjaga akan mempertemukan dengan raja tapi setengah dari permata itu diserahkan kepadanya. Si orang desa setuju, akhirnya setelah bertemu raja, si orang desa meminta lima rangket (rotan kali ya), semacam barang gak berguna gitu, terus separuhnya diberikan ke si penjaga. Akhirnya raja tahu dan si penjaga itu dipenjara, sementara, si orang desa dapat 1.000 rubel.
9. Warisan yang Sama: Dongeng yang aneh, dan tidak adil. Si ayah ingin memberikan kekayaannya pada anak sulung, dan anak bungsu dibiarkan tak dapat apa-apa. Si ibu sedih, dia menangis, tiba-tiba ada yang memberikannya nasihat agar keduanya diberi tahu sejujurnya. Di akhir cerita nanti kedua anak ini akan sama. Benar, si anak bungsu keluar dari rumah, bekerja keras sendiri hingga kaya raya. Sementara anak sulung malas-malasan, dia foya-foyakan hartanya dan jatuh miskin. Sungguh, pembalikan nasib yang menarik. Begitu rapuh manusia.
10. Rajawali dan Ayam: Ini juga lucu, rajawali sangat manut sama perintah manusia, sementara ayam tidak. Rajawali bilang ke ayam, seharusnya mereka juga melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan rajawali untuk hormat pada manusia, karena merekalah yang memberi makan. Si ayam bilang dengan sinis, "Kau tak pernah melihat rajawali dipanggang kan? Kami para ayam sering melihat manusia memanggang ayam!" Telak bos!
11. Nyamuk dan Singa: Singa mungkin merasa jadi raja hutan, tapi dia ternyata bisa kalah dengan seekor nyamuk yang kecil. Nyamuk mengganggu singa, singa melawan balik tapi tak kena-kena hingga singa mencakar wajahnya sendiri. Lalu, matilah si singa. Sementara nyamuk kemudian terjebak ke sarang laba-laba dan dimakan laba-laba, sungguh hidup serapuh itu juga, bahkan soal hidup dan mati.
12. Burung dalam Jaring: Ada pemburu yang memasang jaring di danau untuk menangkap banyak burung. Tapi burungnya besar-besar dan menerbangkan jaring. Si pemburu mengejarnya dan dia bertemu dengan petani, apakah dia bisa menangkap burung yang berlari? Si pemburu bilang, jika satu burung tidak akan bisa, tapi kalau banyak akan bisa. Ya, lebih mudah menangkap sekawanan daripada individu bukan?
13. Landak dan Marmot: Ini kisah rudapaksa yang kedua, bagaimana marmot menghina kaki landak secara fisik. Landak marah dan menantang marmot untuk pacu lari. Istri landak yang dihina bilang, kamu konyol sekali, jelas tidak bisa kamu mengalahkan marmot. Namun, si suami bilang, "tapi otakku lebih jalan daripada dia." Akhirnya, suami-istri landak itu kerja sama, si istri dimintanya berada di garis akhir, sehingga secepat apa pun marmot lari, istri landak lah yang tiba duluan, sambil bilang. "Sudah lama betul aku menunggu engkau di sini!" Haha.
14. Dua Orang Pedagang: Ada pedagang besi yang menitip dagangannya ke pedagang kaya. Saat pedagang besi pergi, si pedagang kaya menjual besi-besi itu. Saat pemiliknya kembali, si pedagang besi bilang besinya digerogoti tikus hingga habis. Tentu itu alasan bodoh. Lalu, si pedagang besi akhirnya menculik anak si pedagang kaya. Lalu si kaya blingsatan mencari anaknya, ditanyailah si pedagang besi dan bilang, "Anakmu dibawa elang." Si kaya bilang, "Tidak mungkin elang bisa bawa anak." Si pedagang besi menjawab, "Ya, sama tidak masuk akalnya besi dimakan tikus." Akhirnya si kaya tahu kesalahannya, dan mengembalikan kerugian si pedagang besi dua kali lipat. Baru, anaknya dikembalikan.
Pak Tolstoy, meskipun buku ini kebanyakan tentang hewan, tapi sejujurnya adalah tentang manusia. Kau menyampaikan kritis dengan cara yang ironis dan lelucon. Kumpulan dongeng ini ditulis dengan sederhana tapi sangat mudah dipahami, dan tak kalah penting, buku ini kaya makna, tentang kejujuran, kerja keras, kecerdikan, belas kasih. Apalagi ini juga sejalan dengan falsafah hidupmu yang menolak kemewahan, menyuarakan kehidupan rohani, dan hidup selaras dengan alam.
Ya, meskipun jika dibaca ulang, cenderung untuk menjadi didaktik dan moralistik. Semisal yang serakah pasti celaka, jadi kurang substil. Tapi aku sangat belajar bahwa, cerita tidak perlu rumit untuk menyentuh hati, kau sangat membuat dongeng-dongeng ini sederhana. Kejernihan Pak Tolstoy bagiku lebih penting daripada sekadar hiasan kata-kata. Aku juga percaya, bahwa Pak Tolstoy menulis ini untuk tujuan besar: mendidik anak-anak dan rakyat. Anda tak sedang menghibur, tapi membentuk karakter.
Pak Tolstoy mungkin akan bilang, "Nak, biasakan membaca bukan dengan mata, tapi dengan hati dan nurani. Kamu menulis bukan untuk membuat orang terkesan, tapi juga untuk menggetarkan jiwa-jiwa yang butuh cahaya. Kebenaran terdalam tidak selalu dalam labirin filsafat yang berat, tapi juga bisa dari kesederhanaan sehari-hari, dia yang memberi meski tak punya, yang jujur meski takut, yang lembut meski terluka." Aku pun mengangguk.
Judul: Puteri Berambut Emas | Penulis: Leo Tolstoy (Diceritakan Ulang Aoh K. Hadimadja dan A. Wakidjan) | Penerbit: Penerbit Pustaka Jaya Jakarta | Cetakan: Pertama, 1973 | Jumlah Halaman: 40

Tidak ada komentar:
Posting Komentar