Lionel membawa kotak kecil tempat untuk berburu kepiting dan kodok. Ia berburu bersama Papi. Hari ini dia senang Papi mengajaknya menyusuri sungai. Kaki Lionel menyentuh permukaan pasir, kerikil, dan air yang mengalir pelan. Di sekelilingnya tanaman-tanaman hijau. Sesekali Lionel takut dia akan jatuh terpeleset.
"Pi, aaaa," teriak anak laki-laki umur 7 tahun itu pada Papinya yang memantau dari belakang sambil membawa jaring kecil, Lionel merasa akan terpeleset tapi tubuhnya bisa menjaga keseimbangan.
"Jatuh ya, jatuh," ejek Papi.
"Gak jadi, wek," ejek Lionel balik dan Papinya cuma ketawa. Si Papi begitu senang bisa melihat putra semata wayangnya itu tumbuh dari dekat. Memantau perkembangan Lionel dan memberikan respon cepat terhadapnya adalah komitmen yang ingin dia usahakan sungguh-sungguh.
"Pi..."
"Iya?"
"Kenapa sungai berkelok-kelok ya?" tanya Lionel penasaran.
"Karena ada arus."
"Kenapa ada arus Pi?"
"Karena air mengalir dari tempat tinggi ke tempat rendah."
"Kenapa dari tempat tinggi ke tempat yang rendah ya, Pi?"
"Emm," Papinya bingung menjelaskan fenomena gravitasi dengan bahasa yang sederhana. "Sama kayak Lionel nuang air, airnya jatuh ke bawah kan? Bukan ke atas?"
"Oh, iya-ya, terus kenapa ada batu?" tanya Lionel mengikuti atensinya yang berubah-ubah sesuai dengan visualnya. Apapun yang baginya menarik akan ditanyakan. Papi jadi guru yang serba tahu yang menjawab apapun yang ditanyakan Lionel.
Papi kemudian menunjukkan pada Lionel seekor kepiting kecil di pinggiran sungai yang diam-diam merayap.
"Papi dapat!"
"Yah, Lionel belum nih."
"Itu-itu!"
Lionel pun menangkap kepiting yang ditunjukkan Papinya. Gak hanya kepiting, akhirnya Lionel juga menangkap kodok kecil. Lionel merasa senang
"Pulang nanti, kamu rawat di akuarium ya, Nel."
"Oke."
"Jangan lupa dikasi makan," pesan Papi. Lionel dan Papi tengah istirahat di bawah pohon yang teduh dekat sungai. Papi asyik memijat-mijat pundak Lionel pelan.
"Kamu udah ngerjain PR dari Bu guru buat besok belum?"
"Udaaah."
"Beneran?" Papi menginterogasi dan Lionel menegaskan apa yang sudah dia lakukan.
"Hehe," Lionel puk tak pandai berbohong, jika dia belum mengerjakan PR.
"Biar apa bohong gitu?"
"Gak papa Pi, gak papa."
"Lionel gak boleh bohong meski Papi marah."
"Iya, Lionel minta maaf." Tangan Lionel dan Papi pun saling bersalaman.
"Yuk pulang, makan masakan Mami."
"Siap!"
Mereka pulang dengan riang.
Jogja, 17 Februari 2021