Nonton film "Parasite" tengah malam, tertarik nonton karena popularitasnya yang dikatakan berkualitas ibu jari. Tipe film Korea bergenre dark pertama yang kutonton. Gelapnya lebih ke kepahitan kelas sosial yang dibungkus dengan sangat rapi oleh sutradaranya. Nonton film ini 2 jam lebih gak terasa, tahu-tahu, loh, kok selesai.
Film dibuka dengan adegan sebuah keluarga miskin yang hidup di kolong basemen. Keluarga miskin ini berisi: Kim Ki-taek (ayah), Choong-sook (ibu), Ki-woo (anak laki-laki aka Kevin), dan Ki-jung (anak perempuan aka Jessica). Mereka menipu keluarga kaya dengan dokumen palsu agar bisa bekerja menjadi guru les bahasa Inggris, guru les seni, sopir, dan Asisten Rumah Tangga pada keluarga kaya. Sanak konglomerat ini berisi: Yeon-kyo (ibu), Mr. Park Dong-ik (ayah), Da-hye (anak perempuan), Da-song (anak laki-laki).
Keluarga Ki-taek |
Sutradara Bong Joon-ho terampil menggambarkan kondisi sosial dua keluarga beda kelas ini. Bagaimana saat Ki-jung mencari sinyal hingga di atas WC-lah wi-fi itu kencang; bagaimana bau badan orang-orang miskin; bagaimana kondisi rumah kolong tanah ketika hujan; bagaimana nasib ratusan orang yang mengungsi di gymnasium karena rumah terendam; bagaimana perlakukan orang kaya terhadap pembantu dan sopir mereka; bagaimana orang kaya dan orang miskin memperlakukan makanan; bagaimana strategi survival hingga manusia harus bertingkah seperti tikus yang hidup di lorong-lorong bawah tanah, pengap, tanpa cahaya, dengan beban psikologi inferior; dan lain-lainnya.
Pertanyaan Ki-woo (Kevin) pada Da-hye |
Ada beberapa adegan yang bagiku dark comedy. Pertama ketika Ki-jung salah makan kudapan. Dia makan snack yang ternyata adalah makanan anjing. Ki-jung tahu ketika membaca bungkusnya. Kedua, ini yang pahit banget, saat pesta Indian Da-song dilakukan di taman rumah, Ki-woo bertanya pada Da-hye, kira-kira seperti ini sambil melihat orang-orang kaya itu berpesta: "mengapa mereka (orang-orang berada) begitu alami (sebagaimana mereka yang menawan, keren, berkualitas, berkelas bahkan untuk suatu pertemuan dadakan)?" Pernah gak sih ngrasa kayak gitu juga? Misal kalian ada di pihak orang miskin ketika melihat orang kaya, kenapa ya penampilan mereka seperti itu? Ini pertanyaan besar buatku yang sering mikirin itu. Ketiga, saat si ayah Ki-taek bilang, hidup ini sebaiknya gak ada rencana, jadi gak ada hal yang perlu disesali. Kalau dipikir-pikir benar juga. Meski tatapan Ki-taek jadi kosong kemudian. Keempat, bau seseorang memang tak bisa bohong. Menggambarkan kelas sosial, bagaimana keluarga Ki-taek disebut berbau lobak busuk, pakaian yang direbus, atau orang yang ada di kereta bawah tanah. Kelima, di akhir film, saat Ki-woo bermimpi ingin membeli rumah kaya milik Mr. Park. Bukankah itu mimpi-mimpi miliaran kaum miskin lainnya pula di muka bumi? Alegori ini semacam menuntun pada diriku sendiri, dan tragedi-tragedi betapa tak adilnya kenyataan bahkan sejak dari dalam mimpi. Banyak harapan-harapan indah yang berakhir tak sesuai rencana, saat seseorang bisa mencapainya dengan lurus-lurus saja macam red carpet, lebih banyak orang mencapai dengan ngesot-ngesot di semak belukar.
Manajemen kesan yang dibangun Bong Joon-ho lewat film ini memang keren. Tiga tujuan instrumental strategi dari: menjilat, intimidasi, dan suplikasi digarap dengan apik. Serta adegan realis yang jarang ditampilkan layar kaca berkantong tebal: ketika tai keluar dari kloset secara bertubi-tubi dan salah satu tokoh utama perempuannya mengambil rokok yang disembunyikan, lalu sedat-sedut di atas WC itu. Bagaimana Bong Joon-ho mau menampilkan adegan semacam ini? Adegan pembunuhan beruntun yang terjadi dalam film ini juga sangat tega, tapi ini riil, hidup memang setega itu kalau dirasa-rasa.
Terkait pertanyaan Ki-woo pula kenapa kelas sosial atas begitu alami, baik, keren, dan berkualitas? Bahkan di level yang paling kecil dan tiba-tiba, karena mereka kaya, yang berarti berada, yang bermakna bermateri. Dan hal yang paling buruk ketika seseorang menonton film ini, ketika yang disebut sebagai parasit adalah keluarga Ki-taek (keluarga miskin yang hidup di piramida sosial bawah). Mereka menipu, membunuh, malas, bau, jahat, iri, serakah, dan tak tahu diri. Orang kaya bisa melakukan kebaikan sesukanya, lalu dielu-elukan dan ditinggikan. Bukan hanya baik secara literally, tapi juga soal penampilan, pendidikan, karya, dan lain-lainnya. Oh Tuhan, betapa berat sebelahnya, bahkan tuduhan-tuduhan di balik mereka yang dilabeli penjahat, penipu, pemalas, even, pembunuh! Siapakah parasit sesungguhnya?
Semarang, 27 Juli 2020