Selasa, 08 Juli 2025

Catatan Buku "Mimpi-Mimpi Sepuluh Malam dan Kubur Kucing" Karya Natsume Sōseki

Pak Soseki, saya merasa terkecoh ketika membaca buku "Mimpi-Mimpi Sepuluh Malam dan Kubur Kucing", yang saya kira adalah buku terkait "kucing", haha. Ya, di sekitar kosku banyak sekali kucing Pak Soseki, Anda yang dulu hidup dan dianggap sebagai sastrawan revolusioner Jepang di era Meiji bagi saya termasuk golongan para penulis pesimis dan gelap. Entahlah, saya mendapat kesan itu setelah membaca kumpulan cerpen milik Bapak ini. Seluruhnya ada 11 cerita, 10 bercerita terkait mimpi, satu terkait kucing. Sebenarnya, saya punya kenangan yang mayan dekat dengan tema-tema mimpi dan kucing ini.

Tahukah Bapak, beberapa waktu ini, saya juga mendokumentasikan beberapa mimpi-mimpi aneh yang sering terpotong-potong tidak jelas. Kejadian satu ke kejadian lain seperti berserakan tanpa benang merah, lalu membuat kita tersesat. Lalu, saya membaca di buku ini, justru mimpi Anda punya struktur mimpi yang punya kisah yang lumayan linier dan memiliki benang merah. Ini menarik, tidak seperti mimpi pada umumnya. Saya akan coba bahas mimpi itu satu per satu.

  1. Malam pertama, tokoh utama ada di samping perempuan yang akan meninggal. Dia diberi wasiat untuk dikuburkan di tanah yang digaruk lewat kerang mutiara, memberinya sekeping bintang jatuh, dan menunggunya entah hingga ribuan tahun sampai perempuan itu bangkit.
  2. Malam kedua, semacam pertempuran samurai di sebuah tempat yang tidak jadi. Si tokoh utama seperti tersinggung karena kemampuan samurainya seolah direndahkan, tapi pertempuran itu akhirnya tak terjadi.
  3. Malam ketiga, saya samar mengingat ceritanya Pak, terkait bocah laki-laki berumur enam tahun yang ditinggalkan oleh Bapaknya sendiri (dan itu Anda). Anda seolah tak ingin memiliki anak yang buta dan menyusahkan, dengan kepala tercukur licin. Anda tinggalkan anak itu di hutan, bahkan anak itu bisa membaca pikiran Anda sendiri dan menunjukkan jalannya. Betul-betul kasihan.
  4. Malam keempat, tentang pria tua yang membawa seruling dan ular. Seorang bocah tertarik dengan pria tua itu, tapi dia tak segera memainkan ularnya. 
  5. Malam kelima, Anda berada di sebuah peperangan, dan Anda menjadi seorang tawanan.
  6. Malam keenam, terkait Unkei (pematung mahsyur abad ke-12), yang Anda ingin meniru craftmanship-nya tapi tidak bisa.
  7. Malam ketujuh, Anda berada di kapal dan merasa kesepian, sementara kelasi dan kejadian-kejadian di kapa itu semakin membuat Anda asing.
  8. Malam kedelapan, ketika Anda mencukur rambut saat masih kecil bukan? Latar itu seperti ada di sebuah rumah bordil, atau di lingkungan seperti itu karena beberapa ada geisha lewat. Ini mengingatkanku dengan cerpen AA Navis dengan cerita di penggundulan terakhir.
  9. Malam kesembilan, tentang perang saudara yang saat itu terjadi di Jepang dan menimbulkan ketakutan. Juga ritual O-hyakudo, berjalan seratus langkah sepanjang jalan setapak dengan jarak tertentu yang dilakukan di tempat pemujaan atau kuil.
  10. Malam kesepuluh, yang bagiku sangat virtual, dan paling bisa saya ceritakan dengan sangat jelas. Tentang Shotaro, si penjual buah yang punya kelemahan memandangi perempuan-perempuan cantik. Suatu hari, ada perempuan yang mengajaknya naik ke kendaraan, diajak ke tepi jurang, dia punya dua pilihan: terjun untuk mati atau menggebuki babi yang datang tak henti. Dia memilih pilihan kedua, hingga berhari-hari babi di tepi jurang itu tak habis-habis, mereka jatuh ke jurang tak berujung. Hingga Shotaro kelelahan, dia jatuh sakit, kemudian dia meninggal. Ini seperti peringatan bagi laki-laki yang lebih mengedepankan hawa nafsunya.

Kisah terkait "Kubur Kucing" ini berbeda sendiri. Saya tak tahu apakah itu masuk dalam mimpi Anda atau realita, tapi saya pikir ini nyata. Anda punya kucing yang sedang punya penyakit yang mematikan dan membuat kucing itu kurus. Makanan yang istri Anda sajikan selalu dimakan oleh kucing garong lainnya, dan kucing Anda tak melawan. Hingga akhirnya kucing itu meninggal, Anda menghormati kematian itu dengan ibadah ritual khusus khas Jepang. Di nisan itu Anda juga menulis "DI SINI TERBARING SEEKOR KUCING" dengan sebuah puisi pendek. Saya langsung ingat dengan kucing yang saya tolong dan meninggal Pak, namanya Yeva Serbia. Sedih jika mengingatnya.

Sebenarnya saya tak ada banyak komentar terkait buku Anda, Pak. Kisah yang saya suka adalah terkait Shotaro dan Kucing dan kisah anak yang dicukur. Selebihnya saya seperti out of my zone. Anda menerbitkan buku ini tahun 1908, buku ini menjadi kumpulan mimpi dengan cerita-cerita surealis dan masing-masing punya nada, simbolisme, dan pesan moral yang berbeda. Meski tidak linier, tapi bagi saya masih bisa dilogika. Anda juga seperti menggabungkan antara tradisi mimpi Zen-Buddhist, cerita rakyat Jepang, dan teknik literer modern. 

Anda punya renungan eksistensial spesifik akan kewajiban selama ribuan tahun (malam kesatu), ketidakmampuan memahami kematian, siklus hidup, kekosongan hidup, tanggung jawab, juga kritik bagi masyarakat Meiji lewat seekor kucing yang sinis dan filosofis. Anda melahirkan gaya Sōseki-esque, yang menggambarkan ciri khas gaya Anda sebagai penulis besar Jepang. Namun, saya bisa menangkap idenya secara umum, seperti melankolis substil, filosofis, spiritualis, datar tapi dalam, seperti monolog batin yang intens, juga yang menarik di sini bagaimana pengaruh Zen bekerja (tanpa ego, hidup yang sementara, hening sebagai jawaban).

Saya melihat jika Anda memandang mimpi sebagai jalan sunyi untuk mencapai kebenaran. Pak Soseki, saya telah menulis mimpi-mimpi saya sendiri sekaligus mencoba untuk mengartikannya. Sebagaimana yang kau bilang di buku ini, "Aku pun menanggung pikirannya." (p. 3) Saya juga ikut menanggung berbagai simbol yang Anda ajukan. Barangkali beliau akan berkata, "Nak, mimpi-mimpi yang kau alami bukan gangguan, justru ia adalah undangan yang menunggu Engkau selami. Tak perlu kau tahu semuanya, sedikit-sedikit memahaminya itu langkah kemajuan. Kau bisa memprosesnya dalam sebuah tulisan jika kau siap." Katanya sambil tersenyum.

Judul: Mimpi-Mimpi Sepuluh Malam dan Kubur Kucing | Penulis: Natsume Sōseki | Penerjemah: Lutfi Madiansyah | Penerbit: Pustaka Merahitam Makassar | Penyelaras dan Penata Aksara: Suriadi Bara | Cetakan: Pertama, Januari 2022 | Jumlah Halaman: vi + 60 | Copyright: "Yume Ju-ya" (1908) diterjemahkan dari bahasa Inggris, "Ten Nights Dreams" (1934)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar