Senin, 28 Juli 2025

Catatan Film "Eternal Sunshine of the Spotless Mind" (2004)

Usai menonton film ini, jujur aku gak mudeng alur film "Eternal Sunshine of the Spotless Mind". Film yang masuk dalam kategori kultus dan disutradari Michel Gondry ini cukup membingungkanku. Otakku lebih comfort nonton film yang beralur linier. Sementara, kau tahu sendiri jika ingatan sebegitu scattered-nya. Dalam detik satu ke detik lainnya bisa melompat-lompat sesuka dia. Namun, setelah kurenungkan. Ada beberapa hal menarik yang kutangkap. 

Acak dan Bolak-Balik

Mungkin ini kata yang tepat untuk menggambarkan alurnya. Tema yang diangkat adalah penghapusan memori terkait seseorang. Singkatnya, Joely dan Clementine sepasang kekasing yang ingin menghapus memori satu sama lain melalui agensi rumah sakit mental bernama Lacuna Inc. Mereka punya teknologi medis yang cutting edge buat digarap di masa sekarang dan masa depan. Aku tertarik dengan awal film ini ketika Joel bilang, "aku gampang cinta dengan perempuan yang menaruh sedikit perhatian padaku." Joel menganggap gejala ini sebagai suatu masalah. Masalah ini juga di suatu waktu pernah menjangkitiku. 

Setelah Joel mengenal Clementine, hubungan mereka ternyata penuh konflik karena karakter masing-masing. Joel Barish punya kepribadian yang introvert, suka memedam emosinya sendiri, suka menghindari konflik, tidak suka spontanitas, dan punya keterampilan seni menggambar yang baik. Sementara Clementine Kruczynski sebaliknya. Dia ekstrovert, impulsif, ekstrensik, artsy, rapuh, merasa rusak secara psikologi dan takut ditinggalkan. Perubahan warna rambut adalah simbol fase emosional yang dilaluinya.

Kesalahan Joel adalah tidak pernah jujur dengan perasaannya karena sifatnya yang memedam, padahal Clementine membutuhkan komunikasi yang terbuka. Dia juga kurang menghargai keunikan Clementine, pasif dalam hubungan, melarikan diri lewat penghapusan memori, takut akan keterikatan, dan mayan pecundang bagiku. Adapun kesalahan Clementine, dia terlalu impulsif, meledak-ledak, menuntut banyak validasi emosional, tidak sabaran dalam hubungan karena emosinya turun naik dengan cepat, dan satu hal yang khas, dia suka menyalahkan diri sendiri tapi tidak menyelesaikan masalahnya itu. Seperti yang dia katakan: "I'm just a fucked-up girl who's looking for my own peace of mind. Don't assign me yours." Mereka berpisah karena masing-masing tidak tahu bagaimana cara mencintai dengan sehat. Suatu hari, Joel kaget karena Clementine sudah tak mengenal dirinya. Bahkan, Clem sudah jadian dengan pria lain di sebuah toko kaset. 

Sebagian besar film ini terjadi di pikiran Joel, saat dia bermimpi dalam rangka menghapus ingatan-ingatannya akan Clementine. Di ruang ini, segenap hal baik dan buruk satu per satu muncul dan terhapus. Meskipun dia sebenarnya sadar, dia masih mencintai Clementine. Sementara para teknisi Lacuna Inc datang dengan santai, bahkan Dokter Howard Mierzwiak yang merupakan pemilik klinik Lacuna punya riwayat perselingkuhan dengan asistennya, Mary Svevo yang pintar dan suka mengutip puisi. Howard meminta Mary untuk menghapus ingatan itu, karena tidak enak dengan istrinya. Mary dipaksa menghapus ingatan itu. Dia marah dan kecewa lalu mengirimkan rekaman penghapusan memori ke semua pasien Lacuna, termasuk Joel dan Clementine.

Ketika menghapus memori Joel pun, Mary dan teknisi lain, Stan Fink, pun malah berpesta dan menjalin affair di kamar Joel. Bahkan saat Stan kewalahan ketika memori itu perlahan menghilang. Sementara, teknisi lainnya Patrick Wertz, setelah Clementine berhasil menghapus memori, dia mendekati perempuan itu dan menjadikannya pacar. Bahkan Patrick mencuri kenangan yang dimiliki Joel untuk merayu Clementine. Ya, kita bisa berdepat soal konsekuensi etis di sini, terkait pencurian memori dan jangan-jangan di masa depan ada copyright terkait memori. 

Plot twist, Joel dan Clementine bertemu lagi secara kebetulan di pantai. Mereka saling naksir kembali, dan sepertinya film ini berakhir indah. Meskipun keduanya saling melupakan, mereka masih memutuskan untuk bersama. Ya, rasanya ada korelasi sedikitlah dengan film "Sore". Mereka belajar menerima rasa sakit sebagai bagian dari proses mencintai.  

Klasik Modern

Barangkali rating untuk film ini sudah overated. Dia dianggap sebagai film klasik modern dalam genre romansa, fiksi ilmiah, dan drama psikologi. Saat film itu dibuat 21 tahun yang lalu, premisnya dainggap unik, orisinal, dan brilian. Penulis skenarionya Charlie Kaufman memang genius dan nyentrik. Banyak formulasi terkait cinta, tapi kenapa dia memilih yang seperti ini? Bagiku itu pertanyaan menarik. Penonton tidak diberikan timeline yang rapi, tapi suguhan fragmen yang berantakan, seperti kamu menyusun puzzle kamu sendiri. Kelebihan dari metode seperti ini adalah kemungkinannya untuk dianalisis ulang berkali-kali. Film ini juga jadi bahan yang menarik untuk didiskusikan di kelas psikologi, filsafat, dan kahian film.

Entahlah, barangkali ini film Kate Winslet ketiga yang kutonton setelah The Reader dan Titanic, semua film yang dia makinkan bisa menjadi klasik dengan caranya sendiri. Dia memang berani liar, rapuh, dan sekaligus kompleks. Akting ini diimbangi dengan baik oleh Jim Carrey yang menikmati perannya sebagai pria depresif yang ingin hilang ingatan. 

Judul film ini diambil dari kutipan klasik puisi Alexander Pope dalam karyanya "Eloisa to Abelard" (1717). 

"How happy is the blameless vestal's lot!

The world forgetting, by the world forgot.

Eternal sunshine of the spotless mind!

Each pryer accepted, and each wish resigned."

Kau bisa membayangkan dengan menarik, bagaimana puisi bisa dialihwahanakan menjadi karya-karya lain yang tak kalah menarik. Barangkali ini memang tugas penulis dan seniman. Karya ini sebenarnya berkisah tentang biarawati bernama Eloisa yang mencoba melupakan kekasihnya, Abelard, untuk hidup suci. Film ini lewat Mary juga mengutip pemikiran Friedrich Nietzsche dalam buku "Beyond Good and Evil". Si filsuf bilang, "Blessed are the forgetful, for they get the better even of their blunders." (Berbahagialah orang yang pelupa, karena mereka bisa melupakan kesalahan mereka sendiri). Film ini semacam jadi counter, gagasan melupakan kesalahan akan menyembuhkan luka ini tak sepenuhnya berhasil.

Manic Pixie Dream Girl

Ada pemikiran menarik ketika aku mendalami film ini, berkaitan dengan representasi karakter perempuan klise yang dikenal sebagai "manic pixie dream girl" (MPDG). MPDG sederhananya diartikan sebagai karakter perempuan yang tidak punya perjalanan sendiri, dia hanya jadi alat untuk perkembangan tokoh pria. Tokoh Clementine dianggap mewakili gejala MPDG karena sifatnya yang impulsif, quirky, warna-warni, eksentrik. dan seolah hadir untuk "membangunkan" Joel yang pendiam dengan hidupnya yang membosankan. Fokus film berat pada POV Joel, sehingga pandangan pemirsa pada Clementine tidak jelas. Bagiku, saat ini jadi sangat aneh ketika mengharapkan pria datang padaku dan mengubah hidupku. Jika imajinasi romantisku seperti ini, sepertinya memang aku terjebak dalam manic pixie dream boy.

MPDG sendiri istilah yang lahir dari kritikus film Nathan Rabin (2007) saat dia melukiskan Ramona Flowers dari film "Scott Pilgrim vs. the World". Inti fundamental di sini, perempuan jarang digambarkan punya tujuan hidup sendiri, seolah hidupnya hanya untuk menghidupi pria. Terlepas dari kualitas luar terkait warna-warni rambut, pakaian-pakaian aneh, atau hal permukaan lain. MPDG lebih cocok untuk menggambarkan peran naratif alih-alih selera pribadi. Namun, aku juga bisa menangkap pesan jika Clementine muak dengan konsep menjadi penyelamat bagi pria. Perempuan seolah hadir yang berputar para cinta, penyelamatan, perawatan, dan keindahan.

Ini jelas problematik karena mengobjektifikasi perempuan sebagai alat pertumbuhan emosional laki-laki, mengabaikan kompleksitas perempuan, dan menciptakan ekspektasi palsu. Perempuan tak harus jadi obat untuk hidup pria yang menyebalkan. Perempuan juga tak harus bertanggung jawab atas perasaan pasangan dan dia punya narasi hidupnya sendiri. Seolah perempuan tidak punya motivasi independen dan berbahaya bagi otonomi pria. Seolah, seperti dosa asali, perempuan "ideal" (Hawa) itu hadir untuk mengubah hidup laki-laki atau sekadar menemaninya biar tak kesepian. Selain Clementine, karakter Summer yang cantik, cerdas, dan free spirit ini juga kategorit MDPG.

Dari film ini, aku juga belajar terkait "trope" atau pola cerita umum yang sering kita lihat di film, buku, fiksi, dan media-media populer. Trope berkaitan dengan karakter, alur, setting, dan perangkat narasi yang mudah dikenali. Dari bahasan sekilas terkait ini, aku jadi punya prinsip baru, kayak, aku gak mau buat karakter yang perempuannya menderita MPDG. Kalau pun ada, itu lebih kutempatkan sebagai satir dan kritikku. Semacam, aku mau menciptakan karakter yang punya tujuan dan konfliknya sendiri. Perempuan yang tak selalu memenuhi ekspektasi lingkungan, tak haru cantik, kuat, dan bijak; tapi dia juga bisa berantakan. Untuk memastikan ini, perlu ada tes: Ketika tokoh laki-lakinya kuhapus, apakah dia masih punya cerita?

Jebakan "trope" juga menarik, karena aku jadi lebih sadar terkait struktur dan pola-pola yang sangat mudah akan hidup, semisal cinta segitiga (love triangle), punya ide menyelematkan dunia (chosen one), orang kaya yang jatuh cinta dengan gadis miskin. We have seen itu a thousand times, right? Pola-pola ini kayak menyederhanakan kenyataan, merusak representasi, membangun dilusi romantis, perlu dibongkar. Dengan menghindari trope, bisa menghindari klise. Dengan tahu trope, kita bisa membalikkan ekspektasi. Kalau aku tahu struktur, tentu aku bisa membongkarnya.

Judul: Eternal Sunshine of the Spotless Mind | Sutradara: Michel Gondry | Durasi: 1 jam 48 menit | Tahun: 2004 | Genre: Roman, drama, fiksi ilmiah | Pemeran: Jim Carrey, Kate Winslet, Kristen Dunst, Elijah Wood, Mark Ruffalo, Tom Wilkinson 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar