Usaha untuk lepas dari normatifitas rasanya hanya
membuang-buang energi. Ceramah perubahan menyuruh dari negatif ke positif, dari
jahat ke baik, dari bajingan menuju sholeh rasanya akan mengabadi diserukan.
Bahkan oleh lagu-lagu
folk,
sastra-sastra kiri, sampai filsafat kritis sekalipun. Semua harus dimaknai
secara linier pada arah kemajuan, pada sesuatu yang menggugah, meskipun itu
kritik. Semua orang dasarnya hanya memburu terang dan tenang, tak peduli
dia ateis, agamis, anarkis, sosialis, komunis, atau kapitalis. Dimana-mana
orang-orang memburu guna dan manfaat, kembalinya pasti ke kepentingan dirinya
lagi. Hal haram adalah semua hal yang tak berguna, hal yang tak menunjang
kepentingan. Di luar misi kepentingan adalah jalang. Pantas dikebiri,
dipermalukan, diserapah, ditakut-takuti, dikutuk, diinjak-injak, dan di satu
sisi juga mensucikan yang lain. Tai yang sok suci atau aku yang sok antipati yang kehabisan pil penggugah.
Aku tengah bermimpi berada di ruang yang bebas dengan nilai.
Ruang yang bukan serupa manusia. Aku mencari ruang baru itu. Dan, tak ada yang
bisa kutemui di sana, kecuali aku tak tahu apa-apa. Aku lari… lagi-lagi aku
terjebak pada terang. Pada ruh yang dicari orang-orang. Di sana aku pasti
dikucilkan. Mereka tak menerima gelap yang sepertiku. Aku ingin memberontak,
lari, lari, lari…
Hai terang. Benar kataku, anomali hanya quote-quote bullshit. Usaha untuk lepas dari normatifitas hanyalah
kesia-siaan.