Dinda Bestari
Hati tenang melamun, oh dinda juwitaku
Ingat beta riwayat yang dulu
Waktu beta bertemu
Hati rindu berduri sayang tidak tersampai
Retak patah jiwa tak bernyali
Ingat dinda bestari
Maafkan dindaku beta lama tak bersua
Karna sedang membela negara
Yang terserang bahaya
Do'a puji juwita
Ku harapkan bersama
Sampaikanlah dindaku segera
Untuk medan teruna
Karna sedang membela negara
Yang terserang bahaya
Do'a puji juwita
Ku harapkan bersama
Sampaikanlah dindaku segera
Untuk medan teruna
Lalu saya dengarkan khusus lagu Dinda Bestari berulang kali, lagu ini meski dengan nada mayor isinya sangat sedih. Saya membayangkan riwayat lagi yang mungkin menceritakan seorang prajurit pada masa perang tengah merindukan kekasihnya yang bestari. Bestari berarti seseorang yang memiliki budi pekerti yang baik dan pengetahuan yang luas. Sayang rindunya tak sampai, meski begitu doa yang dengan segenap ketulusan dia panjatkan pada si juwita. Prajurit ini lama tak berjumpa karena negara sedang bahaya dan harus dia bela sampai medan taruna. Lirik yang bagi saya begitu mengiris: "Hati rindu berduri sayang tidak tersampai. Retak patah jiwa tak bernyali. Ingat dinda bestari."
Lagu ini memang tenar pada zamannya, umur penyanyinya tak beda jauh dengan Bapak. Bapak kini berusia 70 tahun, sedang Pak Rama berusia 64 tahun ketika meninggal. Melihat status Bulek kayaknya bukan Bapak saja yang menyukai lagu ini, tapi juga keluarga besar Bapak di Bojonegoro, anak-anak Mbah Kung. Lagu ini menorehkan sejarah khususnya tersendiri dalam relung ingatan.
Isinya mengajari saya pula tentang pengorbanan, ketulusan, cinta, rindu, kasih sayang, sampai jika ingin belajar tentang nasionalisme sepertinya orang harus mendengarkan lagu ini. Salam Pak Rama, semoga hidup indah di alam sana. Aamiin.
Taman Budaya Raden Saleh, Semarang, 17 Maret 2020