I: Lebih susah mana mempertahankan cinta atau jatuh cinta?
S: Lebih susah mengejar cinta.
I: Haha.
Kamis, 30 April 2015
Minggu, 26 April 2015
Lirik Lagu Curhat Buat Sahabat - Dewi Lestari (Dee)
sahabatku...
usai tawa ini, izinkan aku bercerita
telah jauh kumendaki sesak udara
di atas puncak khayalan
jangan sampai kau di sana
telah jauh kuterjatuh
pedihnya luka di dasar jurang kecewa
dan kini sampailah aku di sini
yang cuma ingin diam duduk di tempatku
menanti seorang yang biasa saja
segelas air di tangannya, kala kuterbaring sakit
yang sudi dekat, mendekap tanganku
mencari teduhnya dalam mataku
dan berbisik "pandang aku, kau tak sendiri oh dewiku"
dan demi Tuhan
hanya itulah yang... itu saja kuinginkan
telah lama kumenanti
satu malam sunyi untuk kuakhiri
dan usai tangis ini aku kan berjanji
untuk diam, duduk di tempatku
menanti seorang yang biasa saja
segelas air di tangannya
kala ku terbaring sakit
menentang malam tanpa bimbang lagi
demi satu dewi yang lelah bermimpi dan berbisik
"selamat tidur tak perlu bermimpi bersamaku"
wahai Tuhan jangan bilang lagi itu terlalu tinggi
jangan bilang lagi itu terlalu tinggi
usai tawa ini, izinkan aku bercerita
telah jauh kumendaki sesak udara
di atas puncak khayalan
jangan sampai kau di sana
telah jauh kuterjatuh
pedihnya luka di dasar jurang kecewa
dan kini sampailah aku di sini
yang cuma ingin diam duduk di tempatku
menanti seorang yang biasa saja
segelas air di tangannya, kala kuterbaring sakit
yang sudi dekat, mendekap tanganku
mencari teduhnya dalam mataku
dan berbisik "pandang aku, kau tak sendiri oh dewiku"
dan demi Tuhan
hanya itulah yang... itu saja kuinginkan
telah lama kumenanti
satu malam sunyi untuk kuakhiri
dan usai tangis ini aku kan berjanji
untuk diam, duduk di tempatku
menanti seorang yang biasa saja
segelas air di tangannya
kala ku terbaring sakit
menentang malam tanpa bimbang lagi
demi satu dewi yang lelah bermimpi dan berbisik
"selamat tidur tak perlu bermimpi bersamaku"
wahai Tuhan jangan bilang lagi itu terlalu tinggi
jangan bilang lagi itu terlalu tinggi
Sabtu, 25 April 2015
Kacang Ijo 25
Bermula Sabtu kemarin, saat Muti ngajakin anak angkatan ARENA 2013 buat masak-masak bareng. Udah di-sms-in anak-anak, tapi eksekusinya yang datang ada enam orang: aku, Muti, Anis, Faksi, Fa'i, dan Amri. Kegiatannya dilaksanakan di kosku, Jl. Kusbini 43 Pengok. Acaranya nggak masak tapi malah rujakan. Gelonya ngrujaknya beli jadi, nggak ngulek, haha. Bantingan beli rujak, es batu, nutri sari, dan roti. Kabar gembira juga Amri bawa biji kacang hijau, gula jawa, dan dodol duren. Aku sama Anis masak bubur kacang hijau. Aduh, kalau disuruh masak itu wagu.e :D
Sembari nunggu kacang hijau mateng, kita ngobrol-ngobrol. Tujuan utamanya kan itu: kebersamaan. Sayangnya Faksi pergi karena ada agenda LeKFiS (Lembaga Kajian Filsafat Sosial). Jadi cuma berlima. Yaudah... acara makan tetap berlanjut, bubur kacang hijau rasa duren jadi. Kita makan berlima. Trus Faksi datang lagi sama rombongannya anak-anak LeKFiS, Faksi bawa tiga teman baru. Dan... diskusi LeKFiS diadakan di halaman kos yang hijau di atas rumput-rumput Jepang. Kita mbahas tentang Sigmund Freud.
Begini poin yang aku dapatkan:
Sembari nunggu kacang hijau mateng, kita ngobrol-ngobrol. Tujuan utamanya kan itu: kebersamaan. Sayangnya Faksi pergi karena ada agenda LeKFiS (Lembaga Kajian Filsafat Sosial). Jadi cuma berlima. Yaudah... acara makan tetap berlanjut, bubur kacang hijau rasa duren jadi. Kita makan berlima. Trus Faksi datang lagi sama rombongannya anak-anak LeKFiS, Faksi bawa tiga teman baru. Dan... diskusi LeKFiS diadakan di halaman kos yang hijau di atas rumput-rumput Jepang. Kita mbahas tentang Sigmund Freud.
Begini poin yang aku dapatkan:
- Ada tiga tokoh yang (kata Zizek) melecehkan kemanusiaan, tiga itu ada Darwin, Copernicus, dan Freud.
- Ada tiga aparatus dalam psikis manusia: id (terkait hasrat melawan kita), super ego (yang moralis, agamis, menghalangi id), dan ego. Jika id tak tersampaikan, ia akan hadir dalam mimpi atau lewat bicara yang keseleo.
- Dasar setiap aktivitas manusia adalah hasrat libido/seks (seks bukan makna sempit!) -> Amri curiga, apa benar semuanya terkait libido (seks)? Masak mau sholat, mau makan juga karena itu?
- Freud punya masa kecil, Faksi menekankan pada epistemologi ini.
- Semakin maju sebuah peradaban, semakin orang-orangnya menindas. Para kapitalis menindas, proletar bekerja padanya selama 10-an jam sehari. 8 jam tidur. 6 jam untuk memulihkan tenaganya lagi menjadi budak.
- Sekarang yang kita alami itu apakah benar-benar realitas atau hanya sekedar mimpi?
- Kebebasan hanya dapat diperoleh dengan dua cara: memberontak atau menindas.
Senin, 20 April 2015
Pentas Sanggar Nuun Di Festival Budaya dan Bahasa SPBA 2015
Semalam (19/4) pentas sama keluarga Sanggar Nuun di acara Festival Budaya dan Bahasa gitu. Tema festivalnya: with language we connect, with culture we grow. Sepanggung sama Havid, Madam, Ilham, Mbak Isti, Mita, Isnaini, Faruqi, Dayat, Syamsul, Fuad, vokalis anak Al Mizan, Yayan yang baca puisi, dan Mas Oyot yang jadi MC. Hehe, kalian keren.
Ini pentas musik ketigaku sama anak sanggar, haha. Rasanya senang. Kita nampilin dua reportoar (opening dan komposisi Bali) serta tiga lagu (Suara, Cermin, dan Tuhan). Dua komposisi pertama aku megang saron, tiga lagu selanjutnya megang tamborin.
Prosesnya sendiri sekitar tiga mingguan, tiap hari. Belajar nada, tempo, rasa, dan spiritual itu sendiri. Aku merasa, aku lemah di tempo, di sanggar sedikit-sedikit belajar. Aku yang dulu tak bisa mainin kentongan nada C yang dipegang Fuad, aku mulai bisa. Lebih merasakan lagi nada-nada dalam saron ada G Gis A Ais B C D Dis E F.
Juga tentang bagaimana mengisi ruang-ruang kosong yang aku pelajari dari tamborin. Alat yang bagiku unik... Pikiranku melayang pada suatu malam aku pernah nonton pentas Summer In Vienna di Jogja Nasional Museum, ada salah satu personilnya megang tamborin. Dia cewek dan sangat menikmati permainannya, terlihat asyik sekali, meriah, aku pengen seperti dia. Malam itu terasa terbayar tuntas. Senyum puas.
Semua foto dari koleksinya Mas Juli :D
Yeah! So far, I can feel that!
Ini pentas musik ketigaku sama anak sanggar, haha. Rasanya senang. Kita nampilin dua reportoar (opening dan komposisi Bali) serta tiga lagu (Suara, Cermin, dan Tuhan). Dua komposisi pertama aku megang saron, tiga lagu selanjutnya megang tamborin.
Vokalis |
Bass: Faruqi Munif |
Gitar: Isna (Bibit) |
Jimbe: Syamsul |
Poetry Reading: Yayan |
i'm----don't be in party, be a party!! |
Semua foto dari koleksinya Mas Juli :D
Yeah! So far, I can feel that!
Minggu, 19 April 2015
Teknik Kepenulisan Berita Cepat (Straight News)
Sebelum ke straight news,
saya akan menjelaskan pengetahuan dibagi menjadi dua:
Pertama, “pengetahuan tacit” yaitu pengetahuan yang masih
ada dalam benak dan pikiran saja. Kedua, “pengetahuan eksplisit” yaitu
pengetahuan yang sudah mewujud dalam bentuk tulisan. Pilihan dalam menulis pun ada
banyak, misalnya:
1) Menulis sastra (prosa: cerpen, novel, naskah drama, puisi, dll).
2) Menulis pengetahuan (panduan, catatan pembelajaran, media, video, dll)
3) Menulis informasi (berita, feature, indpeth, dll)
Nah, sekarang saya akan membagi ilmu yang saya dapatkan dari
kursus kilat dari Om Lamuk (di PKSI, 12/4/2015) dan proses yang lumayan panjang
di LPM Arena tentu saja tentang kepenulisan straight
news.
Secara singkat straight
news berarti berita cepat yang berisi informasi/kejadian/kegiatan yang di
sana menggambarkan peristiwa. Sebelum mengarah lebih jauh kita harus tahu apa
itu “informasi”? Secara sederhana informasi adalah sebuah siklus. Begini
bagannya:
siklus informasi |
Jadi, informasi itu bermula dari kejadian atau PERISTIWA
yang peristiwa tersebut diamati melalui panca indra dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan mendasar dengan rumus (5W+1H: what, who, when, where, why, how). Dari pengamatan didapatkanlah
FAKTA, dari fakta dicatat menjadi DATA, dari data diolah menjadi INFORMASI,
dari informasi diambillah sebuah keputusan mau ditulis atau tidak? Setiap
keputusan tentu mengandung akibat bagi media/penulisnya kaitannya dengan konten
dan efek yang akan timbul di masyarakat. Jika ia ditulis maka akan tersimpan
dalam PENYIMPANAN, tercipta artefak berupa tulisan. Dari keputusan akan memutar
lagi kembali ke kejadian/peristiwa dan seterusnya.
Mengenai penyimpanan sendiri, sistem yang diterapkan di
Puskesmas menjadi contoh yang baik dalam metode pengarsipan. Jadi, tiap kali
pergi ke Pusekesmas petugas hanya tinggal menanyakan nama pada pasien setelah
itu dicari dalam arsip. Muncullah daftar riwayat pengobatan kita. Pun dalam
pengarsipan berita, perlu dibuat semacam itu. Agar sistematis.
Kita akan merujuk pada hal inti. Tentang menulis straight news. Secara sederhana
dijelaskan melalui bagan piramida terbalik berikut:
straight news |
Penjelasan:
#P1 (Paragraf 1): Ditulis 5W+1H nya, tentang apa? Siapa?
Dimana? Kapan? Mengapa? Bagaimana?
#P2 (Paragraf 2): Paragraf ini mendetailkan APA. Masuk pada
fokus dan angle yang dibidik.
Misalkan kronologi kejadian, proses, dan lain-lain. Misalkan: Pentas Noktah Merah dimulai dengan penamilan
musik etnik dari Gorong-gorong Institute……….
Jangan lupa cantumkan sumbernya, misalkan: pernyataan proses
ini menurut Jevi, pimpinan produksi. Atau menurut Harik, ketua Gorong-gorong
Institute.
#P3 (Paragraf 3): Ini lebih gampang lagi. Ia kutipan dari pernyataan
narasumber di paragraph 2. Misal:
“Noktah Merah merupakan proses perjalanan berkesenian
Sanggar Nuun di usianya yang ke-22,” kata Mumun.
Intinya tulis bagian penting yang diomongkan narasumber yang
mendukung angle kita. Jangan lupa
sertakan diski: kata, ungkap, papar,
ucap, tukas, jelas,dll.
#P4 (Paragraf 4): lebih kepada HOW, paragraph penutup, pengharapan, dan info-info yang mungkin
belum dimasukan.
#JUDUL. Tak harus di akhir sebenarnya. Yang pasti judul
adalah nyawa sebuah tulisan, pertaruhan mau dibaca atau tidak. Ketentuannya
judul maksimal delapan kata.
Hal-hal yang perlu
diperhatikan:
- · Pastinya harus paham Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Tentang penggunaan titik, koma, huruf kapital, dan lain-lain.
- · Tentang pemilihan fokus & angle proses ini gampang-gampang susah. Intinya: aktifkan radar. Prosesnya seperti kamu duduk dalam sebuah ruangan dan kamu pilih satu benda untuk kamu kupas. Kalau kamu pintar dalam satu ruang bisa jadi banyak judul.
- ·
Prisnipnya media/informasi itu berpihak dan
punya kepentingan. Analisis wacana dan analsisis framing kuncinya terletak pada diksi yang digunakan. Kalau ingin
mengabarkan sesuatu yang positif gunakan kata kerja aktif. Kalau ingin
mengabarkan yang negative, pakai kata kerja aktif. Contoh:
Pariyem (31), pekerja rumah tangga asal Wonosari Gunung Kidul dianiaya majikannya…. (diksi “dianiaya” lebih nonjok daripada menganiaya, subjek ditempatkan sebagai korban). Kalau yang positif misal: Sanggar Nuun menggelar pentas TUK….. - ·
Tentang atribut (seperti keterangan kedudukan,
posisi jabatan, atau sebagai apa) bisa diberikan sebelum atau sesudah nama, misal:
Ahmad Jamaludin Pemimpin Umum LPM Arena mengatakan….. (rumus: nama + atribut)
Pemimpin redaksi LPM Arena, Lugas Subarkah……. (rumus: atribut + nama) - · kalau bisa di belakang nama ada umur dari narasumber. Agar pembaca bisa menggambarkan (berimajinasi) sendiri orangnya kira-kira seperti apa. Misal Ulfa (21) -> rumusnya: nama (umur)
- · Gelar dan sapaan sepeti S. Si, Dr., Prof., atau ibu, bapak, tak usah ditulis. Ini untuk mengantisipasi karena pembaca itu beragam. Ketika kita mencantumkan sapaan bapak Jamal misalnya, pembaca yang lebih tua dari Jamal apa patut memanggil Jamal bapak? Nah untuk itu kita “netral” dalam gelar dan sapaan.
- · Dalam penulisan unsur DIMANA harus lengkap tempatnya dimana. Jika bisa se-detail mungkin. Harus rinci. Misalkan: Pentas kolosal Noktah Merah Sanggar Nuun dilaksanakan di gerbang budaya Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga. Tidak boleh cuma ditulis di UIN Sunan Kalijga, atau di Yogyakarta (ini sangat luas) apalagi di Indonesia.
- · Unsur KAPAN, terkait waktu, bisa diletakkan setelah kejadian (setelah unsur APA) dan untuk menyingkatnya digunakan kurung dan angka. Masing-masing media berbeda formatnya, lebih sering memakai rumus (tanggal/bula), contoh (19/4) atau (tanggal/bulan/tahun), contoh (19/4/2015).
- · Hindari penggunaan istilah asing! Jurnalis dan dunia akademik tugasnya bukan memiskinkan bahasa Indonesia! Misal: support bisa ditulis dalam dukungan, lighting padanannya tata cahaya, rund down sinonimnya jadwal, dan banyak lainnya. Kalaupun mentok harap dikurung miring! Misal: dalam jaringan (online).
- · Kalau ada kepanjangan/singkatan, tulis dulu panjangnya apa baru dikurung agar lebih sistematis dan jelas. Misal: Bahan Bakar Minyak (BBM), Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM), dan lain-lain. Tujuan lain juga agar tidak ada kata yang hilang, misalkan dalam kasus diksi sinetron, itu sudah menjadi seperti diksi yang utuh padahal ada kepanjangannya yakni sinema elektronik.
- · Setiap menulis berita usahakan selalu berikan solusi. Ini bukan opini, tapi kita bisa menggunakan corong lain dari pendapat narasumber atau sesorang yang ahli.
Contoh sederhana:
Film Rebelion, The Other of ARENA
Minggu (19/4), Lembaga Pers
Mahasiswa (LPM) ARENA UIN Sunan Kalijaga mengadakan acara nonton bareng film dan
bedah film “Rebelion”. Acara yang diadakan di gedung pusat mahasiswa (student
center) UIN-Suka ini berlangsung selama tiga jam. Mendatangkan sutradara
film Sabiq Ghidafian Hafidz (26), pembedah film Gore Verbinski (51), filsuf dan
analis sosial Slavoj Zizek (66), dan jurnalis Ryszard Kapuscinski (82).
Film yang berkisah tentang sejarah
LPM Arena dari awal pendirian, pembredelan, hingga zaman postmomdern sekarang mencoba
mengungkap kembali sejarah ARENA yang tercecer. Mengambil latar belakang tahun
1998 di masa keruntuhan Soeharto, film ini menguak wacana independensi media
dan kembang kempis media di masa itu.
“Film bengal ini sebagai wujud
pengabdian total ARENA tehadap dunia pendidikan dan untuk jurnalisme pada
khususnya,” kata Sabiq. Film ini mendapat pujian dari Gore akan idenya yang
radikal dan pemain-pemainnya yang berbakat. “Idealismenya mengingatkan saya
pada masa muda, saya juga sangat terkesan pada akting Jamaludin si jurnalis,
juga Opik si provokator, mereka benar-benar menghayati perannya,” ucap Gore.
The
Other menjadi stempel yang dikatakan Zizek untuk ARENA. The Other sebagai konsep pemikiran ARENA
yakni “kancah pemikiran alternatif” terejawentahkan dalam film ini. Namun,
Zizek mengkritik film ini sangat Marxist sekali. Sedangkan jurnalis Perang
Dunia II asal Belarusia Kapuscinski lebih menekankan pada konsep eksistensi
jurnalis akan dia dan beritanya.
“Untuk menilai sesuatu, Anda harus
mengalaminya secara langsung. Ini semboyan mutlak yang harus dipegang oleh
semua jurnalis handal, anak-anak ARENA harusnya juga seperti itu,” harapnya.
Dalam ceritanya juga sepanjang
karirnya Kapuscinski memegang teguh semboyan itu,meski ia harus melalui bahaya
besar dan pengasingan yang tidak banyak dari rekannya sanggup melewatinya. “Di
film ini saya seperti melihat aku yang lain,” tambahnya. (Isma Swastiningrum)
Sabtu, 18 April 2015
Menulis Adalah Caraku Menjadi Normal
keluhanku di waktu dan ruang ini:
ada satu rasa sakit yang setiap hari aku rasakan
penyakit itu "jika aku tidak menulis"
penuangan ini tak sekedar ritual
bahkan untukku sudah menjadi darah
aku boleh tak punya apa-apa
asal jangan buku dan pena
dan sekarang aku malas menulis
"kenapa akhir-akhir ini aku malas menulis?!"
lalu tersusun pondasi alasan tak meyakinkan:
sibuk, capek, belum baca, takut jelek
lebih sering apologi tak ada waktu
atau malas?
itu memukulku jadi duka tersendiri
sakiiit rasanya, hatiku luka, sirahku pusing, jiwaku ngambang
aku tak akan menjadi normal sebelum aku menulis
karena menulis adalah caraku menjadi normal
dalam hidup yang bengal-binal, tak masuk akal
caraku agar tak terasingkan
caraku bersetubuh dengan apa yang kusebut sahabat dekat
karena di situ ada Tuhan, ada kenangan, ada pengalaman
ada keseharian, ada pikiran
pun ada kamu cintaku
aku ingin normal lagi
tangisku pada pena dan buku
juga kenangan-kenangan yang berpendar belum tertuliskan
aku sakit menangisi
kamu yang abadi tapi hilang
buku dan pena datang bagai obat
pada diri yang sakit tak terawat
jangan biarkan aku sekarat
_ruang stress, plat IS 18042015 YK
ada satu rasa sakit yang setiap hari aku rasakan
penyakit itu "jika aku tidak menulis"
penuangan ini tak sekedar ritual
bahkan untukku sudah menjadi darah
aku boleh tak punya apa-apa
asal jangan buku dan pena
dan sekarang aku malas menulis
"kenapa akhir-akhir ini aku malas menulis?!"
lalu tersusun pondasi alasan tak meyakinkan:
sibuk, capek, belum baca, takut jelek
lebih sering apologi tak ada waktu
atau malas?
itu memukulku jadi duka tersendiri
sakiiit rasanya, hatiku luka, sirahku pusing, jiwaku ngambang
aku tak akan menjadi normal sebelum aku menulis
karena menulis adalah caraku menjadi normal
dalam hidup yang bengal-binal, tak masuk akal
caraku agar tak terasingkan
caraku bersetubuh dengan apa yang kusebut sahabat dekat
karena di situ ada Tuhan, ada kenangan, ada pengalaman
ada keseharian, ada pikiran
pun ada kamu cintaku
aku ingin normal lagi
tangisku pada pena dan buku
juga kenangan-kenangan yang berpendar belum tertuliskan
aku sakit menangisi
kamu yang abadi tapi hilang
buku dan pena datang bagai obat
pada diri yang sakit tak terawat
jangan biarkan aku sekarat
_ruang stress, plat IS 18042015 YK
Minggu, 12 April 2015
Randu dan Rindu
Aku menceritakan padamu mimpi burukku malam tadi, saat aku kembali ke desa bersama sahabatku. Ada orang meninggal disana Dan anehnya kuburan itu ramai sekali, orang-orang bukan membacakan doa-doa, tapi malah bikin pentas musik untuk orang meninggal. Ada suara gitar, gamelan, menyatu dan aku menikmatinya. Secara absurd aku bilang pada sahabatku:
Refleks aku dan sahabatku membantunya, badanku panas dingin. Di tanganku tiba-tiba saja aku menarik-narik kain putih yang panjang. Aku gemetaran. Aku bertanya ini kain apa? Aku begitu ketakutan. Aku tak ingat lagi teorinya Barthes tentang mitos atau Saussure dan Peirce bahkan tentang teori mimpinya Freud yang aku pelajari jauh dari kampungku ini.
Tiba-tiba aku bangun dengan nafas kerenggosan seperti dikejar-kejar. Aku membalikkan bantal dan segera duduk. Yang aku lihat pertama adalah sebuah foto di atas meja. Foto yang membuatku tenang dan merasa di perantauan ini aku tak sendirian. Aku mengambilnya dan memeluknya erat. Aku ceritakan ulang mimpiku pada foto itu. Sambil berkata, "Buk, pak, aku takuut..."
Aku kembali mengingat desa...
Aku baru sadar yang berdiri di tempat itu bukan pohon randu tapi pohon kluwih (sukun). Yang daunnya besar-besar. Yang dipakai kostum Mahar saat ikut karnaval di film Laskar Pelangi. Aku ingat lagi, ada dua pohon randu di desa yang kukenal, pertama dekat rumahnya Yanti yang sudah lama ditebang karena pohon itu kata para tetangga angker. Kedua di dekat rumahnya Rita dan mungkin masih ada sampai sekarang. Semua melemparkanku pada masa kecil.
Saat aku bermain-main badminton memakai triplek kayu (bukan raket) dengan khok yang mberedel bulu-bulunya. Di samping rumah Yanti yang luas, yang di belakangnya ada pohon mangga yang rasanya kecut dan banyak seratnya. Pohon mangga itu di dekat pohon randu. Zaman berganti, tempat itu sekarang sudah didirikan rumah yang nyaris menutup jalan menuju Serut (pertigaan yang ditandai pohon beringin tua yang berdiri miring ke bawah) yang kadang tempat itu digunakan untuk minum-minum. Di sana juga ada tulisan "gerombolan wedhi mati". Dulu tempat itu penuh mitos dan diangkerkan, tapi makin hilang karena lagi-lagi sudah ada rumah.
Aku mencoba meng-intrepertasi sendiri arti mimpiku. Aku bertanya, kenapa pohon dasar pembuat kasur itu diberi nama randu? Apa kaitannya dengan rindu? Rinduku akan rumah, rinduku akan masa kecil, rinduku pada sabahat-sahabat kecil yang telah menikah dan punya anak, rinduku pada tempat-tempat yang sekarang tak ada? Atau justru alarm pada kuburan, pada kematian, pada tidur panjang?
"Lebih baik penguburannya seperti itu, orang yang meninggal lebih bahagia," aku mengucapkannya antara sadar dan tidak sadar.Lalu kita berdua sampai di sebuah jalan menurun yang dulu ada pohon randunya. Tempat ini lebih dari sekali hadir dalam mimpiku dan selalu menakutkanku. Suasana gelap, suara dari pemakaman masih berisik, aku menengok di rumah dekat pohon randu itu. Aku melihat gantungan baju bergerak-gerak sendiri seperti ada yang menggerakkan. Yang punya rumah lalu berteriak "tolong-tolong..."
Refleks aku dan sahabatku membantunya, badanku panas dingin. Di tanganku tiba-tiba saja aku menarik-narik kain putih yang panjang. Aku gemetaran. Aku bertanya ini kain apa? Aku begitu ketakutan. Aku tak ingat lagi teorinya Barthes tentang mitos atau Saussure dan Peirce bahkan tentang teori mimpinya Freud yang aku pelajari jauh dari kampungku ini.
Tiba-tiba aku bangun dengan nafas kerenggosan seperti dikejar-kejar. Aku membalikkan bantal dan segera duduk. Yang aku lihat pertama adalah sebuah foto di atas meja. Foto yang membuatku tenang dan merasa di perantauan ini aku tak sendirian. Aku mengambilnya dan memeluknya erat. Aku ceritakan ulang mimpiku pada foto itu. Sambil berkata, "Buk, pak, aku takuut..."
Aku kembali mengingat desa...
Randu.. rindu.. |
Saat aku bermain-main badminton memakai triplek kayu (bukan raket) dengan khok yang mberedel bulu-bulunya. Di samping rumah Yanti yang luas, yang di belakangnya ada pohon mangga yang rasanya kecut dan banyak seratnya. Pohon mangga itu di dekat pohon randu. Zaman berganti, tempat itu sekarang sudah didirikan rumah yang nyaris menutup jalan menuju Serut (pertigaan yang ditandai pohon beringin tua yang berdiri miring ke bawah) yang kadang tempat itu digunakan untuk minum-minum. Di sana juga ada tulisan "gerombolan wedhi mati". Dulu tempat itu penuh mitos dan diangkerkan, tapi makin hilang karena lagi-lagi sudah ada rumah.
Aku mencoba meng-intrepertasi sendiri arti mimpiku. Aku bertanya, kenapa pohon dasar pembuat kasur itu diberi nama randu? Apa kaitannya dengan rindu? Rinduku akan rumah, rinduku akan masa kecil, rinduku pada sabahat-sahabat kecil yang telah menikah dan punya anak, rinduku pada tempat-tempat yang sekarang tak ada? Atau justru alarm pada kuburan, pada kematian, pada tidur panjang?
Selasa, 07 April 2015
Muncak Ke Merbabu 3119 mdpl
Hari Jumat-Sabtu, 3-4 April kemarin HMGI UIN Suka ngadain acara ndaki ke Gunung Merbabu. Tujuan utamanya adalah makrab. Ketuanya dari angkatanku, geofisika 2013 si Mahendra Risky Habibi. Kumpul di depan poliklinik jam 8 am, berangkat sekitar jam 9 am. Go! Kita lewat jalur Wekas. Aduh, sampai sana udah terasa dinginnya. Rombongan berjumlah 26 orang. Sebelum basecamp yang cowok pada Jumatan dulu. Trus naik ke basecamp dan saat itu hujan.
Sampai basecamp makan siang sama nasi telur. Jam 2 pm naik, kondisinya gerimis. Kita dibagi menjadi lima kelompok. Aku kelompok IV sama mas Ifun, mbak Nindy, mbak Firoh, mbak Tira, dan Andri. Waktu itu mas Ifun nyusul malam, leader-nya mbak Nindy, sweeper-nya Andri, breaker-nya aku sama mbak Tira, haha. Dan kita naik, awal track bikin jantungan aja soalnya mesthi naik tinggi dengan kemiringan curam, untuk awal ini cukup menyesakkan nafas.
Cuaca tak mendukung, hujan mengiringi perjalanan kita sampai pos II. Gila dah, masak ya, jam 2 pm sampai mau Isyak baru sampai pos II dan itu hujan nggak berhenti-henti. Waktu itu mbak Nindy keren mbimbing kita dan paling semangat (jadi ikutan terpacu). Ya, alhasil pas sampai di pos II kita mati rasa. Dinginnya setengah mati dan bareng-bareng mendirikan tenda sampai se-jam-an lebih. Di kondisi seperti ini, hal yang mudah nampak begitu sulit.
Di saat seperti ini yang diingat dan dirasa cuma dingin, semua personil nyaris hipotermia. Kunci agar tetap kuat dan waras cuma satu: bergerak! Gerakkan tubuhmu! Bahkan si Kharina sampai pingsan dan dititipkan di tenda pendaki lain.
Akhirnya tenda jadi. Pasang matras, siap-siap sleeping bag (bagi yang bawa). Bisa nggak bisa dipaksakan istirahat dan tidur. Dan malam itu kebanyakan pada nggak bisa tidur. Akhirnya membuat forum bercandaan dan saling bully, haha. Di sini makrabnya terasa sekali. Masing-masing angkatan melebur.
Paginya, sekitar jam 7 pagi, kita naik ke puncak. Sayang, ketua Risky nggak ikut karena dia jaga tenda (berhati besar kau Ris). Okey, ekspedisi dimulai. Masih bersama kelompok IV. Awal jalan tekanan darahku serasa anjlok, tubuh lemas (belum sarapan-tadi malam nggak makan), dan rasanya pengen muntah, tapi aku kuat-kuatkan. Aku ingat seseorang dan kuat lagi.
Aku nggak tahu Gunung Merbabu itu punya berapa pos? Nggak ada tulisan yang jelas, menurut kabar burung ada V. Track Merbabu cukup licin, kebanyakan tanah. Di Wekas ciri khasnya ada pipa-pipanya cah, ada mata air. Sampai juga di menara. Kita banyak foto di sana dan kebetulan hari itu yang ndaki banyak dan ramai banget. Trus perjalanan lanjut lagi. Untuk mencapai puncak naik turun bukit sekitar tiga kali. Track-nya wuuw, batu, curam, tanah, tinggi, sempit, haahaa.
Sampai di pertigaan puncak pukul satu-an siang. Lima jam lebih. Istirahat di sana, rembukan puncak mana yang mau dipilih? Puncak Syarif (3119 mdpl) atau puncak Kentheng Songo (3145 mdpl). Nunggu kesepakatan bersama, dan kita memilih untuk ke puncak Syarif, menimbang kondisi rombongan. Ya, setapak lagi coy, pucuk udah kelihatan, jangan nyerah! Dan berhasil!!! Alhamdulillah.
Di puncak aku melihat awan yang bayak di atas kota. Di sini serasa kecil. Kabut datang dan pergi. Ah, nikmat Tuhanmu mana lagi yang kau khianati? Duduk. Meresapi. Damai rasanya.
Trus kita turun jam dua-an. Sampai pos II jam 4-an, beres-beres sampai jam 5-an. Kita turun malam dan kebetulan sedang terjadi gerhana bulan. Berulang kali aku jatuh. Gaya berjalan udah kayak nenek-nenek. Sampai basecamp jam sembilan-an malam. Sampai Jogja jam setengah satu pagi. Terima kasih Ya Allah, pulang dengan selamat. Terima kasih juga buat mas A'la untuk ceritanya juga terima kasih dibolehin nebeng di motornya, kasian dia carier-nya beratnya 20 kg, katanya :D
And others big thanks and regard ketua kita Risky, anggota kelompok IV mbak Nindy, mbak Firoh, mas Ifun, mbak Tira, Andri, juga kelompok 1, 2, 3, dan 5... Hyshom, Maya L, Maya A, Ila, Desti, Dewi, Risbay, Adek, Pak Faizal, Ian, mas Saipul, Iin, Aida, Aryani, Coy (Wulan), Sule, teh Afni, mbak Fiqih.... Kalian hebat!
Wekas, Merbabu. In memorial.
Isma Swastiningrum.
kebersamaan di basecamp |
Cuaca tak mendukung, hujan mengiringi perjalanan kita sampai pos II. Gila dah, masak ya, jam 2 pm sampai mau Isyak baru sampai pos II dan itu hujan nggak berhenti-henti. Waktu itu mbak Nindy keren mbimbing kita dan paling semangat (jadi ikutan terpacu). Ya, alhasil pas sampai di pos II kita mati rasa. Dinginnya setengah mati dan bareng-bareng mendirikan tenda sampai se-jam-an lebih. Di kondisi seperti ini, hal yang mudah nampak begitu sulit.
Di saat seperti ini yang diingat dan dirasa cuma dingin, semua personil nyaris hipotermia. Kunci agar tetap kuat dan waras cuma satu: bergerak! Gerakkan tubuhmu! Bahkan si Kharina sampai pingsan dan dititipkan di tenda pendaki lain.
Akhirnya tenda jadi. Pasang matras, siap-siap sleeping bag (bagi yang bawa). Bisa nggak bisa dipaksakan istirahat dan tidur. Dan malam itu kebanyakan pada nggak bisa tidur. Akhirnya membuat forum bercandaan dan saling bully, haha. Di sini makrabnya terasa sekali. Masing-masing angkatan melebur.
Paginya, sekitar jam 7 pagi, kita naik ke puncak. Sayang, ketua Risky nggak ikut karena dia jaga tenda (berhati besar kau Ris). Okey, ekspedisi dimulai. Masih bersama kelompok IV. Awal jalan tekanan darahku serasa anjlok, tubuh lemas (belum sarapan-tadi malam nggak makan), dan rasanya pengen muntah, tapi aku kuat-kuatkan. Aku ingat seseorang dan kuat lagi.
Aku nggak tahu Gunung Merbabu itu punya berapa pos? Nggak ada tulisan yang jelas, menurut kabar burung ada V. Track Merbabu cukup licin, kebanyakan tanah. Di Wekas ciri khasnya ada pipa-pipanya cah, ada mata air. Sampai juga di menara. Kita banyak foto di sana dan kebetulan hari itu yang ndaki banyak dan ramai banget. Trus perjalanan lanjut lagi. Untuk mencapai puncak naik turun bukit sekitar tiga kali. Track-nya wuuw, batu, curam, tanah, tinggi, sempit, haahaa.
spot menara |
buat keluarga di UIN YK "aku sayang kalian" :D |
Subhanallah. |
Sholat di puncak. |
puncak! |
negeri di atas awan |
Ila Ambon Manise |
jangan lupa sholat |
berantakan |
Geofisika UIN Suka 2013 |
Wekas, Merbabu. In memorial.
Isma Swastiningrum.
Senin, 06 April 2015
Sepuluh Kutipan #14
1. If you want to get laid, go to college. If you want an education, go to the library. (Frank Zappa)
2. Janganlah engkau menceritakan isi jiwamu kepada orang lain, karena sungguh jelek orang yang menaruh hartanya di rumah dan memerkan isinya. (Sokrates)
3. Menyapu lantai dan mencuci pispot sama mulianya seperti menjadi presiden. (Richard M. Nixon)
4. Lebih baik mengerti sedikit daripada salah mengerti. (A. France)
5. Some people hot, and some people cold, some people not vary, swift to be hold, some people do it, some see right through it, some wear po-jams, if only they knew it... (Frank Zappa)
6. Remember there's a big difference between kneeling down and bending over. (Frank Zappa)
7. Orang yang bercita-cita tinggi adalah orang yang menganggap teguran teguran keras baginya lembut daripada sanjungan merdu dari penjilat yang berlebih-lebihan. (Thales)
8. Sebelum menulis, belajarlah berpikir dulu. (Boileau)
9. Manusia mudah dibohongi oleh orang yang dicintainya. (Molire)
10. Kesedihan membuat akal terpana dan tidak berdaya.jika anda tertimpa kesedihan, terimalah dia dengan keteguhan hati dan berdayakanlah akal untuk mencari jalan keluar. (Sokrates)
2. Janganlah engkau menceritakan isi jiwamu kepada orang lain, karena sungguh jelek orang yang menaruh hartanya di rumah dan memerkan isinya. (Sokrates)
3. Menyapu lantai dan mencuci pispot sama mulianya seperti menjadi presiden. (Richard M. Nixon)
4. Lebih baik mengerti sedikit daripada salah mengerti. (A. France)
5. Some people hot, and some people cold, some people not vary, swift to be hold, some people do it, some see right through it, some wear po-jams, if only they knew it... (Frank Zappa)
6. Remember there's a big difference between kneeling down and bending over. (Frank Zappa)
(Sumber gambar: FP FB Frank Zappa) |
8. Sebelum menulis, belajarlah berpikir dulu. (Boileau)
9. Manusia mudah dibohongi oleh orang yang dicintainya. (Molire)
10. Kesedihan membuat akal terpana dan tidak berdaya.jika anda tertimpa kesedihan, terimalah dia dengan keteguhan hati dan berdayakanlah akal untuk mencari jalan keluar. (Sokrates)
Kamis, 02 April 2015
Tentang Pentas "Mantra 2" di PKKH UGM
Awal masuk sudah disuguhi ublik-ublik kecil yang banyaak banget
kayak lilin-lilin kecil yang membentuk irama. Saya tak menyangka, PKKH
penuh dan saya datang telat. Aroma dupa menyengat, panggung tampak
begitu magis dengan seperangkat gamelan dan orang2nya. Karena lantai
satu penuh, saya nonton di lantai dua.
Pertunjukan dimulai dengan seorang wanita menari dengan gemulai (seperti tarian kecak Bali). Lalu datang penari-penari berpakaian putih2 berjumlah 12 orang yang kayak kerasukan roh menarinya, mantra2 'hong wilaheng' digetarkan. Penonton di lantai 1 beberapa kesurupan, lalu di lantai dua datang petugas bilang "nontonnya jangan serius" (biar gak kesurupan). Namun saya terlanjur menikmati pentas itu. Pentas yang menarik. Dengan jiwa sadar saya nonton, insha allah tak kesurupan, haha.
Alurnya berkisah tentang perjalanan manusia dari dia ada di kandungan
sampai dia meninggal.Adat Jawa terlihat sekali disana, lalu juga
tembang2 seperti Asmarada, Mijhil, Gambuh, Durma, Megatruh, Pucung
dikumandangkan. Saya suka tari-tariannya. Aktingnya juga pas, keluar
masuk aktor rapi, lighting oke, blocking matuk, kostum borjuis sekali
(khas ningrat), hanya sayang di akhir cerita pas si tokoh utama
meninggal dia dibungkus kafan penontonnya malah ketawa dan tepuk tangan
coba? Hm, padahal itu paling sakral untuk dihayati. Nanti kita juga
seperti itu. Meregenerasi dan berulang lagi. Tentang hidup adalah
siklus.
Pertunjukan dimulai dengan seorang wanita menari dengan gemulai (seperti tarian kecak Bali). Lalu datang penari-penari berpakaian putih2 berjumlah 12 orang yang kayak kerasukan roh menarinya, mantra2 'hong wilaheng' digetarkan. Penonton di lantai 1 beberapa kesurupan, lalu di lantai dua datang petugas bilang "nontonnya jangan serius" (biar gak kesurupan). Namun saya terlanjur menikmati pentas itu. Pentas yang menarik. Dengan jiwa sadar saya nonton, insha allah tak kesurupan, haha.
Hong Wilaheng |
Kata MC, Mantra 1 dipentaskan tahu 1993, setelah 22th
kemudian Mantra 2 malam ini dipentaskan. Pemainnya dari gabungan teater2
Jogja. Yah, good job, menurut saya cukup masterpiece. Hong wilaheng.
Langganan:
Postingan (Atom)