Isbah, M.F., & Prabowo, E.F. (2022). Algorithmic
Exploitation: Understanding Labor Process and Control among Ride-Hailing
Platform Workers.
Jurnal Sosioteknologi, 21 (2), 164-181.
Studi ini menganalisis terkait proses ketenagakerjaan
pekerja ojek dan bagaimana perusahaan platform mengontrol mereka. Metodenya menggunakan wawancara mendalam dengan sopir
Go-Jek dan Grab antara bulan Juni 2020 dan Juni 2021 di Yogyakarta, Kediri, dan
Jakarta. Setidaknya ada 15 driver yang diwawancara.
Artikel ini menganalisis bagian yang paling relevan dari
gig ekonomi yang berkembang di Indonesia. Berfokus pada platform yang dimediasi
oleh layanan transportasi dan pengiriman makanan. Go-Jek dan Grab merupakan dua platform terbesar yang
memberi layanan penumpang di ekosistem digital. Mereka menghubungkan antara
pekerja, konsumen, restauran, toko, dlsb.
Tahun 2016, sektor ini mampu menyerap tenaga kerja
sebanyak 9,78%.
Dari data Perkumpulan
Prakasa (2016), tiga alasan mengapa
driver bergabung pada platform digital:
waktu yang fleksibel (24,2%), menambah pendapatan (19,2%), dan bonus yang
tinggi (10,9%). Fleksibilitas dan otonomi bagi pekerja ini menjadi keuntungan
vital di masa ekonomi berbagai seperti sekarang ini.
Riset ini menggunakan Teori Proses Ketenagakerjaan (Labour
Process Theory, LPT). LPT menyelidiki
"gerakan konversi" yang mengubah pekerja ke dalam komoditas,
untuk memberikan penjelasan tentang metode manajerial dan pengawasan yang
ditegakkan oleh digital platform, serta peran teknologi dalam mentransformasi
pekerjaan menjadi komoditas.
Dalam LPT, prioritas manajemen utama dalam ekonomi
kapitalis adalah pekerja. Aktivitas produktif mengizinkan adanya ekstrasi
surplus nilai yang ada dalam struktur kontrol yang hirarkis. Riset ini menunjukkan, pekerja diubah menjadi komoditas,
di mana permintaan dan penawaran kerja dimediasi oleh platform digital.
Dalam konsep ekonomi-politik Marx, proses kerja adalah
transformasi atau perubahan gerak dari proses produksi menuju komoditas konkret
atau layanan yang menciptakan nilai; di mana keuntungan ini berguna bagi
kapitalis. Dalam sistem kapitalis, kerja dianggap sebagai tema eksploitasi yang
menguras nilai dari pekerja.
"Work processes can be traced back to the struggle
for autonomy, and they can be opportunistic or even supportive of managerial
objectives."
Manajemen algoritma digunakan dalam industri ojol ini serta
memainkan perna signifikan, termasuk dalam mekanisme kontrol dan pengawasan di
tempat kerja. Seperti penggunaan sistem timbal baik (feedback), bintang
(rating), dlsb.
Studi ini memperlihatkan adanya ketidakseimbangan relasi
kuasa yang menimbulkan ketidakpuasan dan konflik. Proses kerja yang mengalienasi, perusahaaan
mempromosikan eksploitasi pekerja di bawah bingkai retorika kebebasan,
fleksibilitas, dan kemtiraan.
Proses tersebut yang dinamai oleh peneliti sebagai
"eksploitasi algoritma", di mana perusahaan platform secara bebas
menggunakan teknologi dan melakukan proses kontrol melebihi operasi pada
pekerja dengan menerapkan standar pelayanan yang tinggi. Sementara pekerja
terjebak dalam kata-kata manis "partner" (mitra).
"The relationship between the platform and the
driver as a partner relationship and not as a worker and employer, makes the
platform party the beneficiary."
Kontrak yang bias juga berisiko bagi pekerja. Seperti
terkait perlindungan kerja, gaji yang di bawah standar, sedikit jaminan kerja,
dan menghadapi ketidakamanan dalam pekerjaan. Pekerjaan ojol ini juga berhubungan dengan emotional
labor yang tinggi. "Upon receiving an order for food, the location was
far away, the queue was long, and the customers were occasionally
impatient...." A, driver Jakarta, yang tentu ini berdampak pada kesehatan
mental.
Kerja emosional ini didefinisikan sebagai proses di mana
pekerja mesti memberikan emosi mereka dalam mengikuti standar organisasional
dan guideline yang ditetapkan oleh pemberi kerja. Seperti driver harus
mengendalikan kontrol emosi mereka secara positif, driver harus sopan, driver
harus berkata baik, dll.
Proses ojol terdiri dari: tahap registrasi, mendapat
orderan (tawaran)--dalam proses ini, pemilihan konsumen ditentukan oleh
platform berdasarkan pada elaborasi algoritma yang tak bisa diakses oleh
driver--, hingga tahap evaluasi menggunakan rating/bintang.
Selain itu, driver juga dikontrol melalui GPS atau data
GPS, yang memperlihatkan lokasi dan tujuan. Serta dapat diawasi kecepatan
mengendarai, tidak lebih dari 50 km/jam. Data ini bisa dipakai oleh perusahaan
platform untuk kepentingan mereka. Pada proses-proses tersebutlah, terjadi asimetri
informasi yang menciptakan mekanisme kontrol yang berdampak pada proses kerja
dan pekerja.
Sistem manajemen kerja samaran diterapkan dengan dua
cara, manajemen pelanggan dan penerapan metode gamifikasi. Driver akan
diberikan prioritas berdasrkan rating performa mereka, yang berimbas pada
kuantitas orderan. Gamifikasi dibuat untuk menguasai pekerja.
Sementara untuk gamifikasi merupaka proses di mana pekerja
"seolah-olah" menciptakan sendiri aturan mereka, sering berbentuk
tujuan personal, untuk memotivasi pekerja dan mengurangi tekanan dengan
mengikuti regulasi perusahaan. "Setting a personal goal may motive workers
to work harder to meet the next goal."