Buku ini hasil pinjaman dari
medanku LPM Arena :D Dan ini buku pertama Dee yang aku baca, menarik sekali. Buku
ini terdiri dari kumpulan cerpen dan
prosa berjumlah 18 biji. Udah 5 hari yang lalu aku baca, daripada ntar lupa..
mending sebagai pengingat aku tulis saja isinya (karena kebiasaan, habis baca
buku itu banyak yang terselip trus gak bisa balik). Oke, cukup segitu
prolognya.. langsung saja…
Filosofi Kopi |
“Pak Seno bilang, kopi itu mampu menghasilkan reaksi macam-macam. Dan
dia benar. Kopi tiwus telah membuatku sadar, bahwa aku barista terburuk. Bukan
Cuma sok tahu, mencoba membuat filosofi kopi lalu memperdagangkannya, tapi yang
paling parah, aku sudah merasa membuat kopi paling sempurna di dunia. bodoh!
Bodoooh!” (Hal 23)
Lalu ia ingin memberikan cek 5o
juta itu kepada pak Seno, tapi Jody melarangnya. Terjadilah ketegangan antara Ben
dan Jody hingga kedai kopi mereka ditutup. Hingga akhirnya, Jody memahami Ben,
ia pergi ke warung pak Seno dan memberikan cek itu. Jody mendekati Ben yang
masih kalut. Jody membuatkan secangkir kopi tiwus dan mendekatinya. “bahwa uang puluhan juta sekalipun tidak
akan membeli semua yang sudah kita lewati. Kesempurnaan itu memang
palsu…”—“orang-orang ini tidak menuntut kesempurnaan seperti Ben’s Perfecto.
Mereka mencintaimu dan Filososfi Kopi, apa adanya”. Ben kembali bangkit dan
kedai itu pun kembali mengepul. Di tempat yang jauh dari Jakarta sana, pak Seno
bingung cek itu buat apa.
Cerpen kedua berjudul “Mencari
Herman”. Singkatnya, cerpen ini berkisah entang Hera yang berambisi mencari
sosok bernama “Herman”, sebuah nama yang dilontarkan dari seorang pria yang
diam-diam mencintainya. Bertahun-tahun ia mencari. Bahkan kefanatikannya akan
“Herman” ini mengakibatkan hidupnya hancur, dari drop out kuliah, hamil di luar
nikah, aborsi, hingga akhirnya ia meninggal tersangkut di tengah jurang karena
pria tak dikenal bernama Herman Suherman. “Bila
engkau ingin satu, maka jangan ambil dua. Karena satu menggenapkan, tapi dua
melenyapkan” (Hal 31).
Cepern ketiga berjudul “Surat
yang Tak Pernah Sampai”. Belum bisa ku pahami seutuhnya, sekilas menceritakan
tentang seorang yang memendam cinta tapi tak pernah tersampai. Ia menulis surat
untuk orang yang dicintainya itu tapi kembali dikonsumsi sendiri. (Ada yang mau
menambahi??)
Prosa keempat berjudul “Salju
Gurun”. Menurutku lebih mirip puisi :) bagus banget nilai moralnya. Kasarannya
jangan jadi “orang kebanyakan”.. jadilah berbeda dan istimewa. Seperti kaktus
dalam gurun yang serba serupa. Seperti oase di lanskap gurun yang serba luas.
Seperti salju di tengah gurun (jadi ingat lagunya Anggun :D). “Dan setiap senti gurun akan terinspirasi
karena kau berani beku dalam neraka, kau berani putih meski sendiri, karena
kau… berbeda” (Hal 49).
Prosa kelima (yang kembali mirip
puisi-puisinya Kahlil Gibran) berjudul “Kunci Hati”. Tentang sebuah ruang yang
hanya bisa kita isi sendiri dan kita yang memegang kuncinya. Ruang itu bernama
inti hati. Orang lain hanya berhak ada di terasnya.
Cerpen keenam berjudul “Selagi
kau Lelap”.Bercerita tentang seorang yang jatuh cinta selama tiga tahun. Suatu
malam saat orang yang dicintainya itu tidur, ia ekspresikan cintanya itu ke
dalam sebuah lamunan: “Terkadang,
benda-benda mati justru mendapatkan apa yang paling kita inginkan, dan tak
sanggup kita bersaing denganya. aku iri pada baju tidurmu, handukmu, apalagi
pada guling…” (Hal 54). Haha, kisah ini mengingatkanku dengan pengalaman
pribadiku, aku iri pada sandal yang dipakai orang yang aku sukai, sampai ku
ajak dia ngomong, “Sandal, andai aku jadi kamu”.
Cerpen ketujuh berjudul “Sikat
Gigi”. Mengisahkan tentang seorang Tio yang mencintai gadis filsuf eksentrik
bernama Egi. Namun, cinta Tio bertepuk sebelah tangan. Egi mencintai pria lain,
dan pria yang dicintainya itu tidak mencintai Egi. Egi mempunyai hobi menyikat
gigi, hanya dengan menyikat gigi ia bisa lupa sejenak dengan dunia dan pria
yang dicintainya itu. “Waktu saya
menyikat gigi, saya tidak mendengar apa-apa selain bunyi sikat. Dunia saya
mendadak sempit… Cuma gigi, busa, dan sikat. Tidak ada ruang untuk yang lain.
Hitungan menit, Tio, tapi berarti banyak” (Hal 59).
Prosa kedelapan berjudul
“Jembatan Zaman”. Kasarannya bercerita tentang umur. Waktu kita kecil sampai
kita tua semua memiliki masanya sendiri-sendiri. Yang kadang saat kita menua,
kita tak mampu mendengar bahasa-bahasa anak kecil . “Setiap jenjang memiliki dunia sendiri, yang selalu dilupakan ketika
umur bertambah tinggi. Tak bisa kembali ke kacamata yang sama, bukan berarti
kita lebih mengerti dari yang semula. Rambut putih tak menjadikan kita manusia
yang segala tahu” (Hal 69). Tercipta kutub-kutub pemahaman yang berbeda,
yang tak akan bersua jika tidak dijembatani. Jembatan itu adalah RENDAH HATI
bukan KESOMBONGAN DIRI.
Prosa kesembilan berjudul “Kuda
Liar”. Intinya, mari kita belajar arti kebebasan pada kuda liar :) “Hidup mereka indah dalam keinginan bebas.
Hari ini ke padang, esok ke gunung, tak ada yang bingung. Kebimbangan tak
pernah hadir karena mereka tahu apa yang dimau. Yakin apa yang diingin. Lari
mereka ringan karena tak ada yang menunggangi” (Hal 71). Yaa, seperti kata
Dee, melambungkan mutu dalam hidup yang
cuma satu.
Cerepn kesepuluh berjudul
“Sepotong Kue Kuning”. Tentang Indi (seorang guru musik biola) dan
selingkuhannya bernama Lei yang sudah beristri. Dan aku masih belum mengeri,
metafor apa yang tersembunyi dalam diksi “kue kuning” itu?
Prosa kesebelas berjudul “Diam”.
Tarik nafas. Mungkin tentang seorang yang berduka, ia ada di ruang berukuran 4
x 6 neter. Ia berkata-kata dalam diamnya. “Diammu
menginfeksi udara…” -_-
Prosa ke-dua belas berjudul “Cuaca”.
Yang ku tangkap… ini bercerita tentang satir keadaan kita. Biasanya, kalau
sedih itu selalu ditutupi. Kenapa? “…karena
awan mendung tak pantas jadi pajangan” (hal 87)
Cerpen ke-tiga belas berjudul
“Lara Lana”. Berkisah tentang Lana manusia unik yang mempunyai kacung
intelektual (seseorang yang sekaligus dicintai Lana). Namun, seseorang itu
menikah dengan orang lain.
Prosa ke-empat belas berjudul
“Lilin Merah”. Tentang ulang tahun yang dirayakan melalui kesunyian. “Berbahagialah, sesungguhnya engkau mampu
berulang tahun setiap hari” (Hal 97)
Prosa ke-lima belas (menarik
sekali menurutku) berjudul “Spasi”. Tentang sesuaatu yang bernama “jeda”. Bahwa
manusia akan bergerak jika ada jarak. Tulisan akan mampu dibaca jika ada jeda.
So, mari… berkelana tapi tidak dibebat dan berjalan secara beriringan.
Prosa ke-enam belas berjudul
“Cetak Biru”. Mungkin (pandanganku) berkisah tentang nasib dan usaha seseorang.
Bahwa sejak lahir kita diciptakan dengan cetak birunya masing-masing, yang
memiliki rancangan dan bangunan yang berbeda-beda. Saat kita gagal, pondasi
kita tidak hancur, hanya menunggu uluranmu, kekuatan hatimu, dan rancangan
cetak biru. Rancangan cetak biru disini apa berarti sebuah tulisan atau
planning gitu yaa????
Cerpen ke-tujuh belas berjudul
“Buddha Bar”. Jujur, sekali membaca aku nggak dong. Berkisah tentang lima
sahabat: Nelly, Probo, Omen, Jack, Bejo. Dengan karakter dan sikap mereka
masing masing. Dan Nelly menjadi satu-satunya anggota wanita. Probo dalam
mitologi Yunani itu kayak dewa Hermes. Omen, seorang lesbi yang tenang tapi
nggak nyambungan. Jack, seorang humoris yang hidup penuh dengan keceriaan dan
positivitas. Bejo, orang lugu yang menstabilkan teman-temannya yang lain, tapi
Bejo tanpa teman-temannya seperti sebatang kayu.
Dannn.. cerpen terakhir berjudul
“Rico de Coro”. Banyak ketawanya aku membaca ini cerpen :D Ada saja imajinasi
Dee. Tentang kecoak yang bernama Rico de Coro yang mencintai gadis bernama
Sarah. Namun, Sarah memiliki kakak-kakak nakal bernama David dan Natalia yang
sering memburu para kecoak untuk disiksa atau sebagai santapan ikan arwana
mereka yang bernama Michael dan Meil. Suatu hari Natalia membawa binatang
eksperimen sekolah yang nggak jadi untuk memburu para kecoak, ia mirip monster
kecoak yang nggak jadi bernama Tuan Absurdo. Ia mengandung racun, niatnya….
kerajaan kecoak ingin memanfaatkan tuan Absurdo untuk membalas David dan
Natalia karena mereka telah membunuh saudara-saudara kecoak. Tapi, tuan absurdo
membidik orang yang salah bernama Sarah. Namun, Rico datang sebagai pahlawan
bagi Sarah. Ia rela kena racun tuan absurdo dan rela mati untuk melindungi
Sarah. So sweet banget nih kecoak, haha. Jangan-jangan, di dunia lain sana ada
semut kecil bernama Kevin de Ant yang
naksir sama aku, hahaha :D
Yogyakarta, 30 Januari 2014 jam
11:11 pm.