Kemah Seni V (Dok. Sanggar Nuun) |
Pernah denger
istilah “dramaturgi” sebelumnya? Mungkin masih asing ya di Indonesia, heehee.
Dari Mbak Resty (anak ISI Jogja) kemarin saya belajar tentang dramaturgi. Orang
yang melakukan kegiatan dramaturgi disebut dramatur. Trus apa itu dramatur??
Dramatur itu teman sutradara, pengontrol pertunjukkan, supervisor, sharing
partner sutradara, dll. Kalau dari kacamata mbak Resty ia meyebutnya sebagai
jembatan yang menghubungkan sutradara dengan elemen-elemen artistik. Dramatur
merupakan mata ketiga sutradara. Tugasnya menganalisa naskah, mensinkronkan,
controller sebuah pertunjukkan agar pertunjukkan itu bisa diterima atau enggak?
Meski begitu seorang dramatur tidak boleh ikut campur dalam hal pembuatan.
Jelasnya gini, dramatur itu menganalisa naskah, me-riset, apa-apa saja yang
akan dipertunjukkan. Dari setting, bentuk, genre, dan elemen-elemen aktor dan
aritistik lainnya di-combine agar bisa DITERIMA. Jadi seorang dramatur dituntut
memiliki wawasan luas dan berinteraksi dengan banyak orang.
Trus
teman saya si Hafidz nanya: Dramatur itu perlu nggak sih?? Dijawab sama mbak
Resty: tergantung sutradara. Dia perlu nggak? Karena proses penciptaan itu ada
dua: dari sutradara dan dari dramatur. Trus, proses panjang dramatur itu
seperti apa? Baca buku, riset, mencari referensi, berkomunikasi dengan banyak
orang, dll.
Satu hal penting
yang harus dipegang oleh seorang dramatur adalah KOMITMEN. Ini jadi alasan
jelas yang menjadikan dramatur tidak hanya menonjolkan pengalaman empirisnya
aja. Hal pertama yang paling penting dalam sebuah pertunjukkan adalah pesan.
Kamu mau nyampein apa? Kowe ape matur opo? Gagasan, pesan, bentuk harus kuat
dulu maka elemen-elemen yang lain (seperti musik, kostum, lighting, dll) akan
mengikuti.
Trus, gimana sih
cara membuat pertunjukan yang menarik? Dijawab sama mbak Resty, semua pertunjukan
itu menarik tergantung bagaimana kita mengemasnya.Mbak Resty menuturkan, “
Dimulai dari hal-hal yang dekat dengan saya, dan menarik jika saya kupas. Bukan
tergantung orang lain melihatnya kemudian senang. Karena kalau kita saja yang
membuat itu merasa menarik dan YAKIN maka orang
lain akan terpengaruh dengan energi kita”. Dicontohkan mbak Resty, dia pernah
membuat film yang judulnya “Beautiful Nail”. Dimulai karena kecintaannya pada
kuku, perempuan cantik kalau memakai cat kuku. Dari ide sederhana ini,
bagaimana mengangkatnya menjadi sebuah film? Trus mbak Resty keinget pas SD
dulu, dia nggak boleh manjangin kuku. Kemudia ia riset sepanjang pantai selatan
Jogja tentang film ini. Dan tak diduga, film yang simple, sederhana,
berkualitas ini mendapat sambutan dari berbagai festival dan disambut idenya
oleh Aditya Gumay.
Then.. yang
penting lagi, jangan minder. Jangan khawatir kalau gagasan itu nggak fresh,
karena nggak ada hal orisinil di dunia ini. Tonton pertunjukan yang banyak,
cari referensi yang banyak, MEMPERKAYAI DIRI SENDIRI :)
Yogyakarta, 29 Desember 2013
Depan Kantin Dakwah