Jika ada kehidupan lain di muka bumi, kisah di mana hidup ingin kujalani, aku ingin menggantikan tokoh Han Ji-eun. Seorang perempuan yang selalu bisa membuat orang-orang di sekitarnya jadi gembira, seorang penulis yang tidak mudah menyerah meski dibilang beberapa kali ceritanya payah, dan dengan segenap keluguan-kenaifan, dia begitu menghargai dunia ini. Dia memiliki jiwa resiliensi yang sebegitu kokohnya untuk bisa memaafkan kejadian-kejadian yang merugikannya atau membuatnya menderita. "Dia adalah wanita yang selalu memiliki harapan dan kebahagiaan bahkan pada hal kecil."
Kekecewaan terhadap sabahat yang rela menjual rumah satu-satunya Han Ji-eun (Song Hye Kyo) dari orangtuanya, membebani Han Ji-eun dengan tarikan kartu kredit, dan menguras semua uang Han Ji-eun; bisa dikomedikan dengan sebegitu manisnya di film ini. Hingga kita melupakan kejahatan orang-orang terdekat dan masih berhubungan baik dengan mereka.
Hal yang menurutku paling menarik, selain karakter dari Han Ji-eun juga plot yang begitu simple dalam film ini.
Simplicity is the best choice tergambar dari adegan yang terjadi di situ-situ saja (ruang-ruang rumah (ruang tamu, kamar mandi, kamar tidur, dapur, halaman, gazebo), kafe, kantor, taman); tidak ada penambahan karakter lain seiring perubahan kejiwaan; dan komedi yang dibangun dengan memanfaatkan rasa bersitegang antara mau-tidak mau begitu menarik diikuti.
Dan harus kuakui, kedua pasangan di drakor ini mampu membangun
chemistry dengan baik; tak salah jika keduanya mendapat penghargaan Pasangan Terbaik di ajang KBS Drama Awards 2004. Lee Young-jae (Rain) dengan karakter tengilnya, keras kepalanya, sensitifnya, kepeduliannya, kakunya, sifat cool-nya, dan cerdasnya benar-benar akan mencuri atensimu ketika melihatnya. Di lain itu, Lee Young-jae sangat menyukai kebersihan, rajin berolahraga setiap hari untuk kesehatan, dan tekun membaca buku. Kau lihat kan, betapa berhamburannya adegan membaca buku di Full House yang dilakukan Lee Young-jae.
Lalu perhatikan kebiasaan Han Ji-eun yang seorang penulis. Dari episode 1 s.d. 16, tak pernah kuperhatikan Han Ji-eun
literally membaca buku seintensif Lee Young-jae membaca buku. Padahal Han Ji-eun ini kan penulis! Lebih sering adegan Han Ji-eun duduk di depan komputer, mengerjakan naskah untuk film yang diproduseri Yoo Min-hyuk (Kim Sung Soo), atau yang relevan terkait karier menulisnya adalah ketika Han Ji-eun pergi ke Shanghai kemudian dia melakukan potret-potret seorang diri, juga melakuan observasi kemudian menulisnya dalam notes kecil. Sungguh
part itu aku sekali!
Di sisi diriku yang lain, aku merasa Han Ji-eun ini tokoh yang ambivert. Dia bisa jadi orang yang sangat penyendiri, tapi juga bisa bergaul dengan orang lain seperti keluarga Lee Young-jae dengan mudah. Dia bisa terlantar dan tersesat seorang diri di luar negeri, tapi punya inisiatif untuk merepotkan orang lain guna menyelamatkan diri sendiri secara konyol (tapi cukup manjur). Trik dan tips Han Ji-eun kapan-kapan jika sangat kepepet bisa untuk ditiru, hahaha.
Ah tentu, secara kekayaan dan kecerdasan, dibanding Han Ji-eun yang dipanggilnya Unggas, atau Ayam, atau Kukuk bertolak belakang. Han Ji-eun sebelum Lee Young-jae datang adalah gadis yang berantakan, agak bodoh, eskpresif, dan tentu lucu. Han Ji-eun lucu bukan hanya karena dia suka menyanyikan lagu Tiga Beruang, tapi juga sifat konyolnya yang begitu naif--dan kau melihatnya juga, jika Lee Young-jae ikut-ikutan naif: dia pergi ke Taman Safari, dia memakan makanan yang serupa makanan anjing, hingga puncaknya Lee Young-jae memutuskan ke daratan tinggi Korea untuk meditasi, untuk meneladani Buddha.
Bagian spiritual lainnya menurutku adalah ketika berseda. Plis, ini moment yang paling aku suka tiap kali mereka beradegan menggunakan sepeda. Saat Lee Young-jae mengajari Han Ji-eun naik sepeda, saat Han Ji-eun dibonceng sama Lee Young-jae pas mereka bulan madu, saat Han Ji-eun dan Lee Young-jae bersatu kembali. Moment sakral lainnya adalah ketika bersih-bersih, memasak, dan sikat gigi bareng. Duh, itu moment sejuta umat yang terasa bedaaaa jika mereka yang melakukan.
Tentu kegiatan bersih-bersih menjadi hal paling membosankan di rumah, tapi kenapa Lee Young-jae sebegitu terobsesinya dengan kebersihan (juga ketenangan) membikin adegan menyapu, mengepel, mengelap kaca, mencuci baju, membersihkan WC, membersihkan meja, mengelap instalasi, mengelap foto, jadi sebegitu berkesan? Juga terkait kegiatan menulis. Argh! Aku tak kebayang kalau memiliki tape recorder itu penting banget bagi seorang penulis karena bisa menjadi penunjang dan alat produksi dalam berkarya. Dan sepertinya, agar bisa "sedikit sukses" aku mesti bekerja sekeras Han Ji-eun sampai dia tertidur di depan komputer berhari-hari. Ah, aku belum sekeras itu.
Terkait mencintai, duh Tuhan, apa manusia memang begitu ya. Dia menginginkan apa yang tidak bisa dia dapatkan. Sebagaimana Kang Hye-won (Han Eun Jung) pada Yoo Min-hyuk, sebagaimana Yoo Min-hyuk pada Han Ji-eun, sebagaimana Lee Young-jae pada Kang Hye-won, dan sebelum bersama sebagaimana Han Ji-eun pada Lee Young-jae. Tentu menunggi seseorang adalah hal yang melelahkan. Meski begitu, semua mantranya sama kan: AJA-AJA FIGHTING!
Harus kukatakan, jika Full House adalah drama Korea terbaik yang pernah kutonton, mengalahkan semua drakor yang pernah kusaksikan. Aku merasa engage secara personal di film ini. Sebab rumah itu, sebab profesi menulis itu, sebab sepeda itu, sebab kekonyolan itu, sebab kebersihan itu, dan rasa aneh yang tak bisa ditarikan oleh kata-kata.