Semalam gw tidur malam terlalu malam, pagi terlalu pagi (iya-iya lagunya Payung Teduh). Di sela-sela itu gw mengatur ulang pikiran gw biar benar, sehingga langkahnya juga benar.
Malam itu gw dan Bu Magda sama-sama melakukan editing buku penyintas 65 Bu Moehajati. Lalu di proses itu Bu Magdalena Sitorus menghubungi Bu Uchi Dialita, kemudian Mbak Truly di Prancis. Dari Bu Uchi gw mendengar cerita-cerita yang "anjaaay, kok bisa ada ya cerita kesadisan manusia macam ini!!!" Yap, terkait Luweng Grubug yang jadi tempat pembantaian PKI dan Luweng Jomblang tempat pembuangan korban Petrus, keduanya ada di Gunungkidul, Jogja. Ke Jogja lagi, gw mesthi ziarah kesana.
Usai itu cerita sama Mbak Lita, Mbak Ayu, dan Mbak Sri, bestie-bestie kos terkait film "27 Steps of May" yang bercerita tentang korban pelecehan seksual dan pemerkosaan. Dari cerita Mbak Lita, si korban sampai gak keluar rumah sampai 7/8 tahun melakukan rutinitas yang sama. Hingga suatu hari bolongan kecil dan pesulap membantu melerai traumanya. Film ini slow motion, banyak diamnya, dan dari diam itu penonton diajari untuk merasakan sedih, sepi, dan tersiksanya korban. Film ini banyak dapat penghargaan.
Trus cerita lagu-lagu Amigdala yang "Kukira Kau Rumah" atau "Tuhan Sebut Sia-Sia". Si vokalisnya Aya Canina mengalami kekerasan seksual juga sama mantan pacarnya yang juga anggota band Amigdala. Gw rasanya mau meledak-ledak sama cowok-cowok kagak punya otak kayak gini. Bisa-bisanya itu dilakukan orang terdekat yang kerja, berkarya, dan berproses bareng. Babi sih itu. Gw bangga si Aya setidaknya punya power akan ilmu, puisi, dan karya-karya diciptakannya. Great job, Ya! Dari lu dan teman gw sastrawan Jogja yang sekarang jadi dosen di UNY itu (yang ngikuti elu), gw jadi terlecut untuk lebih berkarya dengan baik lagi. Gak peduli gimana pun kondisinya.
Usai cerita-cerita ditemani kerupuk upil dari kampung Jombang Mbak Ayu, kami pun ke kamar kos masing-masing. Gw pun terpantik buat ngatur hidup gw ulang, yoii man, karena gw gabisa hidup atas dasar rutinitas aja. Gw perlu gairah pengetahuan yang besar biar jiwa gw terus hidup. Akhirnya gw bikin step-step mimpi kecil-kecilan. Mikir apa yang gw lakukan setelah ini dan ini?
Gw buka ulang akun Academia gw yang banyak diisi sawang, ternyata selama di Jakarta gw gak pernah ngurus ini akun. Trus gw buka notifikasi yang buat gw penasaran, yang buat gw penasaran tentu sesuatu yang gw suka. Gw nemu akun-akun sobat edgy gw yang bikin ngiri, iya, misal itu si kolega gw Dipa yang dapat beasiswa Anthro ke Belanda. Yang tulisan panjangnya terbit di ISEAS sama Inside Indonesia. Sedang gw masih di sini-sini aja, wkwk.
Gw download tulisan Mas Geger Riyanto yang judulnya menarik "Lima Belas Tahun Pencarian Pengakuan". Tulisan ini selain jadi refleksi juga ngingetin gw untuk semakin menjadi lempung yang terus menempa diri jadi bentuk terbaik yang gw ingini. Tulisan sebenarnya obituarinya Mas Geger tentang Radhar Panca Dahana, meski jujur agak aneh kalau Mas Geger nulis soal perasaan gitu (karena masih serasa kaku), tulisan itu rasanya nyentuh.
|
Mimpi gw setidaknya sampai umur 80th
|
Gw juga tiba-tiba kirim message ke Prof. Keith Hart, yang sebagian besar mendedikasikan dirinya melajari ekonomi informal di dunia. Gak disangka dia balas e-mail gw paginya. Balesnya cepet. Sumpah gw terharu banget:
Isma,
I will be 80 next year. I am active as a writer, but no longer teach. I have over 220 pieces on Academia, many of them concerning the informal economy. If you any questions or points after reading some of this, I will be happy to engage with you. If you want to send me something to read, you should contact me .....
Gokils sih semangat belajar ini orang, bagi gw dia adalah guru. Dan gw pengen jadi scholar yang tekun belajar, riset, neliti, baca, dan nulis kek dia sampai umur gw 80 tahun. Prof. Keith, thank you!!! Gw akan coba niru map hidup elu Prof!!! Makasi udah ngasi gw peta dan cita-cita hidup yang menyenangkan, yang kiranya akan terus gw syukuri seumur hidup.
Gw hari ini juga buka IG-nya Mbak Dewi Candraningrum yang dari namanya aja macam kembaran gw yang lain, haha. Gw follow dia dan demi apa blio folback gw, hiks. Gw ngefans sama Mbak Dewi sejak dulu, menurut gw dia perempuan dan ibu yang keren. Gw pengen jadi perempuan yang cerdas, pintar, dan nyeni juga kek dia.
Dan hari ini gw baca tulisan yang to the bone banget soal cita-cita yang harus dilepaskan dari Mas Geger di web Deutsche Welle. Tulisan ini seolah bilang ke gw: "It's okay lu berpisah sama cita-cita lu Is, it's okay. Yang penting lu senang dengan apa yang lu lakuin sekarang, yang penting jiwa lu hidup, you love what you do and you do what you love!" Dan itu cita-cita hidup gw sekarang.
Ps: Kalau gw nanti lupa sama cita-cita gw, gw akan ke tulisan ini lagi. Tulisan yang akan jadi penanda kalau gw pernah punya mimpi, hidup, dan cita-cita. Terinspirasi dari sosok-sosok yang gw suka.
Kementerian Dalam Negeri
Lantai V Pusat Penerangan
Jakarta