Selasa, 20 Juli 2021

Wedding Agreement (2019): Janji Dibuat, Janji Juga Diingkari

Film ini memang khas film-film kelas menengah atas yang "Islamis". Di mana semua tokohnya tak ada masalah seputar finansial dan makanan, serta memiliki rumah yang bisa dikatakan "sangat layak dan ideal". Ya, meski bumbu konfliknya ala sinetron-sinetron: perjodohan dan yang dijodohkan salah satunya berontak.

Jika film ini meniru "Full House", drama percintaan antara Lee Young Jae dan Han Ji Eun, oh, sangat TIDAK. Dengan dalih kearifan lokal pun tidak sama. Sebagaimana narasi film sejenis yang predictable "Wedding Agreement" yang diangkat dari novel berjudul sama karya Mia Chuz ini memang memberi kesan religi pada saya, tapi tak kuat. Cenderung lebih bersifat formalis dan normatif. 

Petuah seputar pernikahan akan berhamburan: "Cerai itu bisikan setan, setan menyukai orang yang bercerai"; "Isri punya kewajiban berbakti pada suami."; yah kecuali guyonan Ami (Ria Ricis), "Mau ditaruh di mana muka gue yang pas-pasan ini Taaar."

Wedding Agreement

Baiklah, Byan (Refal Hady) yang kecelakaan menikahi Tari (Indah Permatasari) karena orangtua ini mengarungi bahtera rumah tangga bersama. Diceritakan masing-masing orang memiliki karakternya sendiri yang keduanya sama-sama keras kepala, mandiri, dan keukeuh pada keputusannya sendiri. Tari ingin jadi istri sholehah bagi Byan; sedangkan Byan ingin menikahi pacarnya Sarah (Aghiny Haque) yang sudah lima tahun menjalin hubungan.

Dan Tari adalah representasi perempuan sejuta umat yang dimiliki Indonesia. Perempuan yang halus, memiliki niat mulia, berbakti pada orangtua, mengabdi pada Tuhannya, dan sering membaca Al-Qur'an ini tentu jadi sosok yang diidam-idamkan segala mertua dan calon suami. 

Tentu, film ini berakhir sebagaimana telah kita ramalkan di awal, film yang sangat sinetron ini pun niscaya akan membuat haru. Perjanjian pernikahan yang dibuat setelah menikah tidak terlaksana, dan malah dilanggar. Hingga masing-masing suami-istri ini saling mengenal: nonton bersama, makan bersama, jalan bersama, belanjar bersama, dan tentu hidup bersama. 

Bukankah itu akhir yang indah? Akhir yang diinginkan orang-orang? Agar semua sama-sama senang?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar