Rabu, 28 Juli 2021

Mencari Timur dengan Konservatif

Beberapa hari ini, aku mendengarkan lagu-lagu The Adams. Lagu-lagu mereka seperti meminangku dengan cara yang sangat sopan. Ia masuk ke telingaku dan membuatku bahagia, entah karena liriknya atau karena melodinya. Lima lagu teratas yang kusuka: "Timur"; "Konservatif"; "Hanya Kau"; "Pelantur"; dan "Masa-Masa". Ntahlah, tiga lagu pertama ini seperti mewakili keadaan dan fase hidupku sekarang. Bahwa: Aku sedang mencari Timur dengan cara yang konservatif, karena dia memberiku jalan bagaimana menjadikan hidup lebih indah.

Kalau boleh jujur, fase hidupku adalah fase yang lelah dengan pola-pola yang kujalani sekarang. Dan sudah tak menggebu-gebu lagi menjadi barisan anak-anak subversif yang ingin mencoba dan melawan ini-itu. Justru tahap menjadi konservatif mungkin jadi pilihan paling stabil dan riil. Konservatif dalam artian KBBI: "bersikap mempertahankan keadaan, kebiasaan, dan tradisi yang berlaku" dan bisa jadi "kolot" untuk sikap dan prinsip tertentu saat ini.

Lagu "Konservatif" The Adams begitu indah menurutku. Segala kesederhanaan lagu itu membumikan sukmaku yang ndakik-ndakik. Sungguh, kau yang mengenaliku akan paham kalau aku ini sebenarnya hobi dengan yang ndakik-ndakik, suka yang tinggi-tinggi, senang yang sulit-sulit; kalau ada yang lebih sulit, mengapa harus yang mudah? Kadang begitu cara pandangku.

Dan ketika kumendengar lagu "Konservatif" rasa terharu itu tak bisa kutahan, dan aku tak keberatan menjadi medioker; meluruhkan kedakikanku; dan menjadi biasa-biasa saja. Aku ingin ngobrol dengan Timurku, menyuguhkannya gelas berisi air putih, dan kita berbicara tentang apa saja di Jogjakarta. Lalu jam sembilan malam dia akan pulang. Prosesi apel yang suam bukan?

Oh, sungguh indah kata itu, "Berbicara tentang apa saja!" Aku kadang mengatakan pada diri sendiri, "Kalau ada orang yang mau dan tahan mengajakku ngobrol tentang apa saja, aku ingin menjadikan orang itu sebagai Timurku." Dan ketika nanti kami menikah, aku akan menyetel lagu "Timur" The Adams ini untuknya. Aku ingin mengatakannya dengan sungguh-sungguh bahwa: aku tak bisa menjanjikan surga, atau bahagia untuk selamanya, tetapi jika Timur percaya, pasti ada jalan.

Hingga saat ini aku ingin menangis ketika mendengar lagu "Hanya Kau"... Aku tak bisa berkata-kata lagi. Lagu yang lebih cocok diperuntukkan untuk diriku sendiri daripada untuk Timur. Ya, terima kasih untuk diriku yang sampai saat ini masih sanggup diajak berjuang meski rasa telah mati. Dan tetap mencari yang terbaik di dalam hati ini. Dengan ketemu siapa, ketemu siapa, ketemu siapa, dari situ aku akan berkembang.

Dan kau melihat kan Timur, aku mulai melantur seperti kritik The Adams di lagu "Pelantur". Timur, mataku sudah lelah memandangi layar sehari-hari hanya demi memastikan kantongku tak kosong seperti biasanya terjadi berkali-kali. Masa depan begitu menakutkan Timur, dan akan percuma jika aku selesai di tengah jalan.

Namun tiap kudengar namamu, makin terbayang masa depanku...

Semakin jelas tujuan dan yang harus aku lakukan...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar