Baca berita soal kembalinya kader Nasdem jadi tersangka korupsi, tiba-tiba langsung keingat awal jadi Maba dulu ada kuliah umum. Pengisinya saat itu Surya Paloh (Ketua Partai Nasdem), aku dan banyak maba lain mendengarkan di ruang utama Masjid UIN Sunan Kalijaga yang juga dianggap sebagai "laboratorium agama". Waktu itu dia kasi ceramah soal perjalanan hidupnya, yang tentu hal-hal seperti itu juga pernah dia ceritakan entah puluhan atau ratusan kali di tempat yang lain.
Sebagaimana watak pejabat/politisi yang malas membaca (tolong, membaca gak cuma soal buku tapi juga lingkungan) argumennya seperti kaset yang selalu diputar-putar ulang. Kini aku mengingat itu sebagai keabsurdan lain: kenapa kok ya UIN dari sekian banyak tokoh milihnya dia? Apa hubungan UIN dengan politisi lingkar Senayan?
Aku lebih suka membayangkan jika yang mengisi kuliah umum adalah orang-orang yang ahli atau expertise di bidang jurusan atau paling enggak fakultas. Barangkali, kalau saat itu yang dipanggil jadi narasumber adalah Yohanes Surya bukan Surya Paloh, barangkali ketika menghadapi hari-hari berat di Fisika, aku tak sefrustasi itu, ada pilar lain yang bisa kujadikan pijakan. Namun begitulah, para sosok besar di Gedung Rektorat tak berpikir sejauh itu. Koneksi-koneksi tanpa substansi.
Takdir mengizinkanku pernah ketemu dengan keduanya: Yohanes Surya dan Surya Paloh. Jika tak salah itung, tiga kali pernah ketemu Pak YS. Secara penampilan beliau memang kaku, tapi secara pikiran tidak. Beliau membuat satu tradisi baru dalam berhitung yang kini dikembangkan lewat bantuan Jokowi, Luhut, Tito, dkk, sampai lingkar Papua. Lewat metodenya GASING.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar