Tiap barisnya saya ambil dari buku antologi puisi karya Adin Hysteria berjudul Lobang Pertama:
seperti tiang listrik yang dipukul dini hari
kita, yang muram dan tak terpahami
betapa banyak luka yang disimpan di angka-angka
kata-kata sedang mengajarimu
memahami sesuatu
apa kabarmu hari ini? sedang aku tak pernah baik-baik saja
mencintaimu seperti cuaca buruk malam hari
subuh yang berdebar ketika menunggu pagi
laut yang gelisah memahami ombak
dipermalukan mimpi-mimpi yang dulu gagah berani
dilahirkan lagi, menjadi orang lain
rindu telah dibaringkan pada tidurnya yang pulas
tidak ada lagi penantian pada kereta yang datang terlambat
kita pun tidur seperti bepergian jauh
segala pedih diigiring di tepi (kabung dan murung)
sedang waktu amatlah runcing
kesedihan terbaik yang dibagi-bagi tapi kita selalu suka
segala yang sementara, termasuk cinta
ada jarak kecemasan, yang tak bisa diselesaikan dengan jembatan
kita sedih tapi tak perlu berjujur
rodaku kemana-mana lagi
Semarang, 15 Oktober 2023
Tidak ada komentar:
Posting Komentar