Minggu, 23 Januari 2022

Review A Way Station (2021): Stasiun Kenangan Akhir Bagi Pasangan Alzhaimer dan Kanker

Keputusan saya untuk mendownload film A Way Station (2021) barangkali tepat, karena film ini memberi saya sudut pandang lain dari kisah cinta sejati pasangan penderita alzhaimer dan kanker perut. Awalnya saya tertarik dengan posternya yang dilukiskan di rel kereta api yang dipayungi pohon-pohon hijau di kedua sisinya. Kemudian sepasang remaja SMA saling bergandengan tangan menyusuri rel itu. Suatu rencana kencan yang cukup berkesan.

Han Ji-Ah (Kim Jae-Kyung) adalah orang penyakitan yang suka ambil cuti kerja dan istirahat di kasur karena sakit kankernya. Sementara Baek Seung-Hyun (Kim Dong-Joon) adalah orang yang sering sekali lupa, lupa nomor telepon, lupa alamat rumah, lupa ninggalin payung, sampai lupa ninggal kartu ATM di minimarket. Tapi ada yang tak dilupakan oleh Seun-Hyung, nomor absen Ji-Ah ketika SMP dan SMA, ulang tahun Ji-Ah, dan makanan yang tak disukai Ji-Ah yaitu wortel. 

Rel Kereta dan pohon-pohon
Seung-Hyun menderita alzhaimer yang menurut keterangan di web kesehatan mengatakan sebagai "Penyakit progresif yang menghancurkan memori dan fungsi mental penting lainnya. Koneksi sel otak dan sel-sel sendiri merosot dan mati, akhirnya menghancurkan memori dan fungsi mental penting lainnya." Tak dinyana melalui film ini masalah ingat mengingat ini jadi hal yang sangat serius. Seung-Hyun harus mencatat hal-hal penting tiap hari di notes.

Dan yang romantis tentu ingatan tidak akan membuang semuanya meski dia penderita alzhaimer. Apalagi yang menimbulkan emosi, kenangan, dan memory. Seperti awal Seung-Hyun mencium Ji-Ah di bawah pohon pas ceweknya sedang baca buku, juga kenangan-kenangan kala memberi hadiah. Kedua anak manusia ini kalau boleh saya bilang dipertemukan oleh penyakit, sehingga mereka saling melengkapi. 

Penyakit tak ada hubungannya dengan cintamu
Yang menarik dari penderita alzhaimer adalah meski ingatan mereka yang payah itu merugikan, tapi juga barangkali adalah tahap survival ekstrem untuk menghilangkan semua kenagan buruk yang pernah dialami. Yang saya salut dari tokoh Seung Hyun adalah usahanya dalam bergigih mengingat, passionnya akan cake dan roti makanan yang amat disukai Ji-Ah, dan energi setianya. Seung Hyun bahkan membuang nomor telepon gadis cantik yang datang di toko cake-nya, Dorothy.

Segala yang berpenyakit akan selalu menyimpan rasa bersalah, dan Ji-Ah mengalaminya. Ia menolak lamaran Seun-Hyun karena tak sanggup melukai pria anteng yang sesungguhnya lemah itu. Padal Seun-Hyun telah terlatih menderita bahkan sejak dia kecil ditinggal kedua orangtuanya, hidup sendiri di tengah penyakit alzhaimer. Namun Ji-Ah luluh juga oleh pria yang mengajak bolos dari sekolah dan lebih menikmati rel kereta api di bawah payung pohon dibandingkan dengan mengikuti kelas guru yang membosankan.

Village Scenery
Kemudian mereka hidup bersama sebagai pasangan suami-istri, menjalani sisa-sisa hidup Ji-Ah. Saya suka dengan arsitektur rumah minimalis yang ditinggali oleh pasangan ini, beserta ruangan-ruangan, dan halamannya. Juga dekorasi toko bunga ibu Ji-Ah, toko kue itu, dan pemandangan desa alami Korea itu. Namun kisah ini berakhir dengan sedih, salah satu dari mereka tetap pergi. Namun cinta tetaplah cinta, dan cinta akan membuat getaran di mana pun dia berada.

Petojo Enclek XI

Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar