Rabu, 01 Desember 2021

Hijab (2015): Kemandirian Perempuan, Kemandirian Istri

Gokil, satu kata untuk film ini. Diawali dengan intro film yang akan membuatmu tertawa terpingkal-pingkal sangking lucunya para tokoh utama pemakai hijab ini mengatakan alasan mengenakan hijab. Misal Bia (Carissa Putri) memakai hijab karena 'kecelakaan' ketika masuk ke dalam suatu pengajian hidayah. Dirinya merasa salah kostum dan ketika datang lagi dia mengenakan hijab, sang ustazah kemudian bersyukur dan mengira Bia mendapatkan hidayah. Tapi berkat hijab tersebut Bia diundang kemana-mana dan jadi pembicara, dia punya panggilan khusus hijab hidayah. Bia bersuamikan seorang aktor sinetron terkenal bernama Matnur (Nino Fernandez).

Beda lagi dengan Tata (Ratu Tika Bravani), sang aktivis kampus yang sangat berapi-api ketika pidato. Di suasana ospek, tak dinyana rambutnya botak dan Tata tak pede sehingga mengenakan semacam bandana, lalu kemudian memutuskan untuk memakai hijab bergaya turban. Kala pidato itu, ia bertemu dengan suaminya yang seorang fotografer. Sang suami terkesan dengan pidato Tata, perkenalan berlanjut, hingga menikah, hingga memiliki anak bernama Faiz. Nama suami Tata adalah Ujul (Ananda Omesh).

Tokoh paling Islami mungkin memang ada di Sari (Zaskia Adya Mecca). Dia menikah dengan seorang keturunan Arab yang sangat Islami bernama Gamal (Mike Lucock), dia juga digambarkan memiliki keturunan dengan para habib. Mike adalah tokoh partriarkis yang melarang istrinya bekerja, yang sering sedikit-sedikit judge haram, meski sosoknya digambarkan kocak pula. 

Lanjut tokoh paling liberal di antara semua tokoh perempuan di sini adalah Anin (Natasha Rizki). Dia tidak memakai hijab, belum menikah, menyukai Prancis, dan alhamudlillahnya pacar Anin adalah lelaki yang berpikiran terbuka, yang tidak membatasi perempuan, yang paham kesetaraan, dan dewasa. Namnya Chaki, dia merintis karier sebagai sutradara film idealis. Cukup terpingkal kala dia membuat film terkait babi dan kambing yang diperankan manusia, hahaha. 

Singkat cerita, keempat sahabat perempuan ini membuat sebuah usaha fashion dan butik dengan brand Meccanism. Filosofinya adalah kota Makkah yang didatangi semua umat Islam seluruh dunia, mereka berharap merk itu pun sebagaimana Makkah yang didatangi para hijaber dari berbagai penjuru tempat. Namun Meccanism dimulai dengan main-main kucing, sembunyi-sembunyi. Para perempuan hijaber ini takut dengan suaminya masing-masing. 

Dalam budaya arisan yang ditampilkan dalam film ini, disebutkan bahwa uang arisan berasal dari suami yang berarti pula arisan tersebut arisan suami, karena suami yang mencari uang. Hal itu dikatakan Gamal dan mayoritas pada diam, hingga salah satunya segera menggantikan suasana jadi happy lagi. Hingga suatu hari konflik terjadi, Gamal, Matnur, dan Ujul sedang ditimpa masalah dalam kariernya masing-masing yang membuat perekonomian keluarga jadi terguncang. Masing-masing istri pun membantu tapi malah menimbulkan kecurigaan.

Konflik memuncak, Meccanism goyah, Anin terlibat pertengkaran dengan tiga temannya yang hijaber. Anin menilai semenjak jadi istri mereka tidak menjadi diri mereka sendiri. Mereka kehilangan akses dan kebebasan, terutama ketika berkarier. Hingga akhirnya para suami ini pun memahami istri mereka, perubahan yang cepat sekali haha. Yang heboh ketika Anin putus sama Chaki kemudian dimarahi oleh Bia dan Tata, salah satunya bilang: "Rumah tangga gak cuman didasari oleh cinta dan hidup dengan cowok idaman doang." Hingga akhirnya Anin menyadari cinta Chaki, Anin berubah dan kembali, dan dia memutuskan berhijab. 

Last, agak kaget pas nonton film ini, gak nyangka sutradaranya Hanung Bramantyo. Film ini gokil banget ngritik tren hijab masa kini dan isu rumah tangga bahwa istri gaboleh kerja--karena ego laki-laki kebanyakan terlalu tinggi ketika melihat istrinya lebih tinggi. Trus mikir, jadi mayan paham sama pesan-pesan film yang dibuat oleh Hanung. Melihat karyanya yang lain dari Bumi Manusia; Soekarno; Kartini; ?; Habibie Ainun; Perempuan Berkalung Sorban; sampai jadi kameo di film Ziarah, Hanung salah satu sineas yang gak bosen ngomong soal kesetaraan (perempuan dan laki-laki), toleransi, dan khasnya pula, biopik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar