Metode tayang film ini sangat relevan di era gadget seperti sekarang ini yang mayoritas memakainya secara vertikal, bukan horizontal, sedangkan hampir semua film horizontal. Film ini dibagi beberapa batch (6 bagian) yang khas seperti tayangan video TikTok. Cerita sebenarnya simple, ada dua tetangga mahasiswa yang hidup di kos-kosan susun, saling berbagi kabar lewat surat yang dikirim lewat bak kek orang ambil air dari sumur. Tetangga itu bernama Omar (Jourdy Pranata) dan Winda (Arawinda Kirana), keduanya bagai sumbu X dan sumbu Y yang tak pernah ketemu. Suatu perasaan umum yang dimiliki manusia atas manusia lainnya. Dan ya, saya merasakannya, bagaimana relasi X dan Y ini terjalin.
Winda memendam rasa pada Omar (begitu pun sebalinya), Winda memberi buku pada Omar yang malas untuk dibaca padahal buku itu banyak kosongnya, cuma berisi quote-quote. Winda juga memberi hadiah Omar tanaman rosemary yang lumayan susah perawatannya karena ada kadar air khusus. Hingga Winda akhirnya memilih pergi karena kasus nyokapnya yang sakit dan bokapnya yang terlibat kasus.
Omar pun kelabakan menelepon Winda tapi tak diangkat. Hingga kemudian dia membaca buku pemberian Winda yang mengatakan mereka bedua seperti dua sumbu yang berbeda. Dan sumbu itu emang kelihatan di hobi mereka yang beda (Winda suka baca, Omar tidak); harapan mereka yang beda (Winda berharap Omar suka pemberiannya, Omar biasa saja); hingga ideologi, komitmen, dan pribadi mereka yang berbeda. Hal itu-tuh bisa dirasakan gaes, even bukan pacar kamu sekali pun. Dan sekali lagi hubungan perlu kepastian dan komitmen kan, sampai-sampai keduanya gak ketemu.
Di tengah perdebatan antara film vertikal dan horizontal yang sudah diulas baik di Cinema Poetica terkait film X&Y, bagi saya sendiri setidaknya film produksi Studio Antelope dan disutradari oleh Jason Iskandar ini memberi pandangan baru terkait model-model lain perfilman yang cukup segar. Judulnya pun menarik, kayak garap persamaan dan pertidaksamaan dua variabel matemaika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar