Selasa, 16 November 2021

Sikiater

Detik ini, aku merasa sangat padang hati dan pikiran. Kupikir aku akan gila, sering lupa, dan kembali hampa. Atau tak nafsu makan, tak meminati hobi, dan tak ingin apa-apa lagi.

"Kau butuh ke sikiater," katanya. "Setidaknya kau nanti akan diberi obat yang membuatmu lebih tenang."

Meski dalam hati aku ingin berkata, "Bolehkah sikolognya kamu saja? Aku sulit percaya pada orang lain." Namun kata-kata itu tertambat karena aku takut merepotimu. Lalu kujawab, "Iya."

Aku mulai pusing lagi.

Paginya, kamu bilang, "Nggak papa berantakan, nggak papa. Biar sekalian berantakan asal kamu pulih."

"Kamu telah melakukan sebaik yang kamu bisa. It's worth to try," nadamu bersahabat sembari kusimpulkan satu pelajaran berharga hari itu: Nyatanya, orang hanya akan berubah pada moment-moment tertentu saja. Moment yang membuatnya "kesetrum", dan katamu, aku butuh "disetrum". Ha-ha.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar