Okay, alih-alih melabeli kehidupan para ABG dengan kerumitan, saya lebih suka memakai diksi "begitulah". Ketika melihat masa lalu saya kala ABG--sekarang sudah mau 30, haha, duh, Tua!!!--hidup saya tak sehaip tokoh-tokoh yang ada di film ini yang punya aktivitas yang anak muda banget bro: pacaran, pesta, ikut klub sepak bola, atau sesekali minum amer, ngelinting, dan having sex dengan longgar meski akhirnya depresi kemudian.
Tokoh dalam film ini yang membuat saya tertarik ada dua. Pertama, Teddy (Jack Kilmer), dia adalah remaja yatim dengan satu adik perempuan berkarakter cukup pendiam, misterius, dan setia membersamai sahabatanya yang kacau secara emosi bernama Fred (Nat Wolff). Teddy gambaran remaja yang dari wajahnya sebenarnya orang yang baik, penurut, dan tentu imut. Dia punya talenta seni yang dibandingkan oleh gurunya dengan seniman Picasso. Tokoh kedua, April (Emma Roberts), remaja perempuan yang cukup impulsif, merokok, seorang striker tim sepak bola, dan suka coba-coba hal-hal baru khas anak ABG.
Sebenarnya, April dan Teddy saling mencintai, pola rasa suka mereka yang dituturkan secara lambat oleh sutradara membuat saya gregetan. Rasa gregetan ini cukup memberi saya hiburan emosi visual. Cukup menarik di adegan ketika Teddy mengucapkan "I love you"; atau kala mereka saling memberikan pesan melalui ponsel. Meski keduanya dipenuhi kecanggungan dan kecurigaan kala sama-sama menggandeng cowok/cewek lain ke dalam hubungan kamar. Teddy dengan Emily (Zoe Levin), atau April dengan pelatih sepak bolanya, Mr. B (Jamse Franco).
Membaca nama sutradaranya Gia Coppola, film ini sarat dengan pesan-pesan feminis yang menghidupkan elan vital perempuan. Fyi, melihat track record keluarga Coppola di dunia perfilman, memang keluarga ini punya sungai perfilmannya sendiri.
Kalau dibandingkan dengan film Submarine, film ini lebih gelap dengan karakternya yang tersesat, sepi, dan depresi. Melihat latar belakang masing-masing tokoh, masing-masing keluarga memang punya kisah berantakannya sendiri. Kebanyakan dari keluarga mereka menyebalkan, kasih saya yang sepintas, dan pencarian jati diri dalam lautan keombang-ambingan. Score dari saya 5/10. Banyak alur bolong yang saya rasa bisa dirajut dengan lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar