Oh Tuhan, dari awal sampai akhir film ini super menghibur. Saya rela memberi angka 8.5/10 untuk film ini secara keseluruhan: aktor, wardrobe, musik, alur, sinematografi, dll. Sederhana dan indah. Ide Wes Anderson memang harus saya apresiasi dengan memberinya banyak emoticon jempol. Bagaimana dia kepikiran untuk menjadikan anak 12 tahun sebagai simbol kegelisahan orang-orang dewasa yang tak cukup dewasa? Dan jujur, saya benar-benar menemukan diri saya yang lain kala menonton film ini melalui tokoh Suzy Bishop (Kara Hayward) dan Sam Shakusky (Jared Gilman). Saya tak henti mengucap "gila, gila, gila......." pada ceritanya.
Sam adalah seorang anak laki-laki bengal yang barus saja kehilangan orangtuanya. Dia menjadi yatim piatu tapi nekat ikut perkumpulan pramuka yang seharusnya dapat izin orangtua. Namun Sam adalah anak cerdas yang mampu membaca peta, menguasai ilmu pramuka, mahir menggunakan tali, dan terbiasa hidup survival di alam. Sedangkan Suzy tak kalah bengalnya. Anak perempuan yang hobi bersedih, sering membawa teropong, sering memainkan peran aneh, dan suka membaca. Suzy memikili orangtua yang boleh dibilang berantakan, ibu dan Bapaknya tidak baik-baik saja secara relasi. Orangtua yang saling menyalahkan diri sendiri dan sudah lelah dengan komitmen rumah tangga, sedangkan anaknya masih empat: Suzy dan ketiga adik laki-lakinya yang seperti seumuran.
Yang saya tak habis pikir, ketika Sam dan Suzy janjian untuk kabur dari masing-masing kediamannya dan mengeksplorasi pulau, ketika Sam abot membawa tas besar berisi tenda, alat masak, dll-nya; eh Suzy malah membawa koper berisi buku fairytale, alat musik/perekam milik adikya, hingga hal-hal yang semestinya tak perlu kamu bawa ketika akan kabur! Tapi anehnya, semua barang-barang yang saya kira tak berguna untuk dibawa itu justru berguna! Suzy membacakan kisah buku ketika Sam santai di tenda; alat musik berguna saat mereka berdansa di sebuah pantai dengan mengikuti cara-cara orang dewasa ketika france kiss dan pelukan; hingga gunting kidal untuk menyerang musuh, hahaha.
Belum lagi ekspresi Sam yang merupakan paduan antara jiwa polos, cerdas, cerdik, dan rupawan. Dia menguasai jalur New Penzance, New England, Amerika tahun 1965. Saya takjub dengan cara Sam dan Suzy meninggalkan dunia membosankan dan menyedihkan mereka. Membuat sinergi kesepian mereka jadi lebih bermakna. Mereka kalau diibaratkan lirik sebagaimana yang dinyanyikan Alex Turner: "Fingers dimming in the lights/Like you're used to being told that you're trouble/And I spent all night/Stuck on the puzzle...."
Jika saya diberi kesempatan dunia lain atau jam kemana saja, saya ingin mengarungi petualangan serupa Sam dan Suzy dengan parner in crime saya (halah). Begitu indahnya berpetulangan di hutan berdua, mengarungi sungai, berdansa di pantai, membacakan buku cerita favorit, menghadapi tantangan berdua, dan tidur berdua saling berpelukan hingga pagi. Mereka hidup dan berpetualangan dengan cara mereka sendiri.
Dan yang penting pula, film ini mengubah pandangan saya terkait dunia Pramuka yang membosankan. Jujur saya tidak suka ekskul Pramuka yang isinya baris berbaris dengan banyak hal-hal otoriter yang saya benci. Namun melalui film Moonrise Kingdom, dunia Pramuka ditampilkan Wes Anderson dengan sebegitu menariknya.
Jadi ingat kalimat ini: Kalau tersesat baru petualngan, kalau gak tersesat ya itu travelling.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar