Film ini satu genre dengan Flipped di ranah coming age-nya, sepasang remaja sedang jatuh cinta dan kabur ke Venesia hanya untuk membuat legenda cinta mereka sendiri: Berciuman di bawa jembatan di atas gondola dengan lonceng berbunyi kalau sanset dengan golden light-nya menghujani, di Italia.
Dua tokoh remaja itu: Daniel (Thelonious Bernard) dan Lauren (Diane Lane). Keduanya punya kelas sosial yang berbeda. Daniel anak piatu, hanya memiliki ayah yang seorang sopir taksi yang tak kaya-kaya amat. Berbeda dengan Lauren, anak seorang bos atau raja (king)? Yah, Lauren adalah anak seorang aktor yang kaya raya, yang apa saja punya. Lauren punya IQ tinggi, 146 seingatku. Dia tak punya banyak teman, hanya satu teman yang sering bersamanya, Natalie (Ashby Semple). Lauren lebih banyak menghabiskan waktu dengan membaca-baca buku berat tapi dianggapnya ringan. Misal dia membaca Heidegger sebagai bacaan hiburan, tentu ayahnya yang perhatian itu kaget.
Sementara Daniel tak kalah cerdinya dengan pelajaran-pelajaran yang dia dapat dari menonton film-film Hollywood. Berkat menonton film bahasa Inggrisnya jago, dan dia bisa berbicara dan sepik-sepik dengan Lauren. Dia pun kalkulator ulung karena sebagian lotre pacuan kuda dia menangkan, dia tulis hasilnya di belakang sebuah poster.
Suatu hari Daniel dan Lauren bertemu dengan seorang pria pencuri, Julius Edmond Santorin (Laurence Oliver), yang entah memiliki gangguan emosi apa mendongengi keduanya dengan kisah asmara seputar Venice. Ciuman di bawah jembatan saat golden time akan membuat cinta dua insan manusia abadi. Lauren yang hendan pindah dari Paris ke Amerika Serikat pun ingin mencetak sejarahnya sendiri bersama Daniel.
Berawallah petualangan itu, mereka nekat pergi ke Italia dengan mengajak Julius karena masih anak-anak. Mereka menggunakan dana hasil lotre, meski sebenarnya uang hasil curian Julius, haha. Akhirnya Julius dan Lauren menjadi buronan polisi atas dakwaan penculikan. Di Italia lah petualangan sesungguhnya terjadi, mereka ikut lomba sepeda, dikejar-kejar polisi, nonton film (lagi), dan the best moment terjadi pula: ciuman di bawah jembatan! Itu worth it banget, setelah usaha keras kan ya. Meski jika dikaitkan remaja sekarang, kisah itu hampir too good to be true, haha.
Ada ulasan menarik tentang film ini dari New York Times dan Roger Ebert. Film ini sendiri diangkat dari sebuah buku dan melihat tahun pembuatnya memang cukup keren sinematografinya. Kesan dari film ini adalah hangat. Pesan moralnya: "Biar pun orang lain di luar membual, ini legenda kita, dan legenda kitalah yang valid."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar