Selasa, 22 Juni 2021

Pernikahan Adalah Bisnis?

Usai nonton film ini, ada satu pertanyaan yang mengganjal: "Bagaimana jika hidup kita sebenarnya memang telah diatur oleh suatu agensi yang entah darimana?" Sebagaimana kisah Arya (Marcell Darwin) dan Lia (Yuki Kato) dipersatukan berkat agensi yang diatur orangtua. Mereka adalah dua anak yang berteman sejak kecil ketika masih SD, lalu chemistry datang kembali ketika dewasa awal. Arya yang sedari kecil dimanja oleh orangtuanya, hingga ketika besar segala apa yang dia capai seperti bukan dari hasil kerjanya sendiri, tapi dari orangtuanya. Ya, begitulah sisi-sisi kejam meritrokasi bekerja.

Film Yuki Kato dan Marcell Darwin terkait pernikahan dalam film "Nikah Yuk!" (2019)

Orangtua selalu menginginkan yang terbaik untuk anaknya dalam banyak hal, termasuk jodoh, hingga melakoni pura-pura mati pun dilakukan. Atau masuk rumah sakit; tapi sejak kapan ketika seseorang masuk rumah sakit gak terjadi apa-apa? Tapi anak dan setiap manusia di mana pun memiliki dunia mereka sendiri, meski hati orangtua akan selalu tetap: gak ada orangtua yang mau melihat anaknya sedih, bahkan orangtua jauh lebih sakit ketika melihat anaknya sakit. Ya, sakit keras. Keras kaki, keras tangan. 

Lalu kawan-kawan Arya menghibur selesai dirinya mengadakan pameran fotografi, ketika Arya sedih bahwa pamerannya dinilai oleh wartawan sebagai pameran yang berantakan dan kebanyakan pesanan sponsor. "Ada banyak hal yang bisa jatuhin lo, yang penting kita have fun. Cheers!" hibur kawan Arya.

Arya sadar pula, dia dan pacarnya Neyna yang tak suka dengan hal kotor dan jorok itu tak saling klop dalam banyak hal. Terebih ketika Arya mengajak Neyna menikah, "Nikay Yuk!" Bagi Neyna pernikahan adalah bisnis. Jika dua orang tak saling menguntungkan, kenapa dilanjutkan? Sedang Lia menentang argumen menikah adalah bisnis, karena dalam pernikahan pasti ada yang akan mengalah. 

Bagi Arya cinta itu rumit, bagi Lia cinta itu sederhana, "Kalau bisa sederhana ngapain dibuat rumit?" begitu kata Lia yang iri ketika melihat acara besar seperti pernikahan, tapi dilaksanakan dengan tidak mewah dan heboh. Cukup sederhana, karena cinta terlahir dari hal yang sederhana. Dan saya suka dengan mimpi Arya, mimpi yang sederhana pula mungkin, katanya pada Lia: "Mimpi aku adalah ngebahagiain kamu." 

Tentu, setiap perempuan jika dikatakan kalimat itu akan terdiam mekar pelan-pelan. Ditambah ketika seorang perempuan tengah mengejar mimpinya tapi tak berhasil-hasil. Atau ketika seseorang ingin menikah tapi menunggu sukses, rasanya seperti diskak ketika aktor dari agensi bilang: "Nikah enggak, sukses juga enggak." Ha-ha. Dan bisa menikah saja itu sudah jadi ukuran sukses sendiri. Atau sukses yang bisa terjadi karena perpanjangan tangan seorang sahabat, sahabat Lia yang mengirim karya komik Lia ke kedutaan Jepang dan diapresiasi--sungguh langka mungkin ada kawan yang seperti itu. Suatu tindakan sembunyi-sembunyi.

Lia jika dalam kehidupan nyata merupakan sosok yang berkarakter, tomboi, kocak, tidak sungkan, ceria--ditambah outfit-outfinya yang asyik dan berseni. Dia juga berani melakukan hal yang di luar kotak. Seperti datang ke kondangan orang yang tak dikenal. Berbeda dengan Arya karakternya. Arya orang yang cool, pendiam, sedikit sendu, dan seperti robot--dengan outfit-outfitnya yang formal dan classic. Atau hal lucu lagi ketika orang ini berdua adalah "kayaknya kita perlu ngreka ulang adegan-adegan film." Ha-ha. Boleh juga idenya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar