tag:blogger.com,1999:blog-34669709697437624242024-03-19T13:04:07.737+07:00Senandung AmigoBerlaku santun. Berhati bersih. Berjiwa luas. Berpikir melampaui kedalaman.Isma Swastiningrumhttp://www.blogger.com/profile/05536645550639669153noreply@blogger.comBlogger788125tag:blogger.com,1999:blog-3466970969743762424.post-79789992360710102092024-03-19T13:03:00.000+07:002024-03-19T13:03:13.115+07:00Palm Oil Wealth and Rumour Panics in West Kalimantan - Pujo Semedi<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi06fvnoA8Tgn6bwE4TwUVmcEsHupOJCLbzJlhsibEgBDhrILF9GtZ91CvPfnrMrJoVOHvwY3rGZXjcntvNHTw8e6u3tUAvwiiH2PtadEes_uTdvKcVzivZ_XMy2NJ33vETQ1SbZv2tc4BeRynG3ANvXVAbKxMvLw0s7Iww_E_ofTlz5cSCU4Q504diwcs/s1080/1.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1080" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi06fvnoA8Tgn6bwE4TwUVmcEsHupOJCLbzJlhsibEgBDhrILF9GtZ91CvPfnrMrJoVOHvwY3rGZXjcntvNHTw8e6u3tUAvwiiH2PtadEes_uTdvKcVzivZ_XMy2NJ33vETQ1SbZv2tc4BeRynG3ANvXVAbKxMvLw0s7Iww_E_ofTlz5cSCU4Q504diwcs/s320/1.png" width="320" /></a></div><p>Saat mendarat di dermaga muara Buayan, tumpukan logam terbakar, tak salah lagi pecahan badan minivan menarik perhatian Pujo Semedi. Mobil penjual yang naas. Enam dari mereka dibunuh oleh orang Dayak di Lombok bulan lalu. Satu orang ditembak, satu lagi dipukuli sampai mati, mayatnya dimutilasi dan dimasukkan ke dalam minivan sebelum dibakar. Hal ini dijelaskan Kepala Dusun Doak dengan tenang. Di Enkadu, lebih jauh ke hulu, seorang penjual buku yang bepergian dari dusun ke dusun dengan sepeda motor menemui akhir tragis yang serupa.<br /><br />Dia dipukul sangat keras, tubuhnya diseret di sebelah motor dan mati di rumah sakit Sanggau. Pembunuhan ini dinyalakan oleh rumor atau kabar angin "korek", penculik yang menjelajahi daerah pedalaman mencari korban untuk dibunuh, dalam rangka mengambil organ dalam mereka seperti hati, ginjal, dan jantung, untuk dijual keluar negeri.<br /><br />Walaupun panas yang intens dari mentari katulistiwa melumuri tubuh saya, bagaimana bisa kegilaan ini terjadi di pedalaman yang kaya, di mana kehidupan terlihat indah dan menyenangkan? Jawabannya Pujo hubungannya dengan pengenalan terhadap kenaikan kelapa sawit ke daerah ini.<br /><br />Pada awal 1990-an, masuklah perusahaan perkebunan ke area Sungai Buayan, anak sungai Kapuas di Kalimantan Barat. Awal-awal tahun yang begitu lambat, peningkatan mereka akhirnya membawa petani, orang-orang asli, dan imigran pada pendapatan tunai yang stabil dan berkelanjutan pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya. Berdasarkan refleksi para petani, kehidupan hari ini lebih baik, mereka telah tergantung kepada sumber pendapatan dan akses yang mudah terhadap pasar dan layanan publik di kota. Sepeda motor dengan brand yang baru dikendarai pemuda bawah umur ke jalan-jalan di dusun dan gang, armada truk dimiliki oleh pengusaha lokal, membelah jalan dengan debunya. Tak hanya itu, rumah-rumah bergaya urban dengan lantai keramik dan atap genteng sudah menjamur di setiap dusun. Tatanan ini mengubah gaya lama, gaya desa dengan rumah kayu yang berpanggung. Bergerak ke dalam, TV berlayar datar dan DVD player tengah dimainkan, rice cooker listrik, kulkas, juga telah menjadi standar dapur yang lebih baik.<br /><br />Hampir setiap orang mulai meninggalkan HP model lama mereka, meskipun mereka menggunakan itu utamanya untuk mendengarkan musik dan menonton film. Selama beberapa dekade terakhir, semakin sedikit petani yang berpindah-pindah, pemberian uang tunai dari perkebunan kelapa sawit telah memudahkan masyarakat untuk mengakses pasar, cerita kelaparan hanya menjadi cerita di masa lalu. Tampaknya, ambisi Indonesia untuk menjadi produser kelapa sawit dunia telah membawa kemakmuran bagi petani-petani di Kalimantan Barat.<br /><br />Dalam kondisi seperti itu, Pujo menanyakan, bagaimana bisa ancaman rumor terjadi pada para petani makmur tersebut? Selain itu, rumor tidak menyisakan rumor, tetapi ledakan pembunuhan yang gila. Rumor ini juga bukan yang baru di Indonesia, interpretasinya bervariasi. Richard Drake (1989) mengonseptualisasi rumah penculikan di Kalimantan sebagai "rumor dalam yang berulang kali terjadi" sejak akhir abad 19. Rumor ini menurut Drake, menggambarkan orang-orang Dayak sebagai korban dari kebutuhan pemerintah. Di sisi lain, menggunakan data dari Flores, misionaris Eropa malah bertanggungjawab terhadap bangunan nyata di pulau ini, sebagaimana yang dilakukan Maribeth Erb di konflik Manggarai. <br /><br />Pujo dalam artikel jurnal ini tidak setuju dengan pandangan penggambaran petani sebagai korban, menurut data yang dimilikinya menunjukkan bahwa petani Indonesia telah diuntungkan dari program pembangunan. Mereka menerima sedikit keuntungan dari harapan mereka, mereka secara keras dikarakterisasi sebagai korban. Pemahaman petani sebagai korban juga mengabaikan inisiatif petani sendiri dan kemampuan mereka untuk memajukan kesejahteraan dengan eksploitasi kesempatan melalui tekanan pasar, agensi pembangunan, atau keduanya.<br /><br />Pada awal 1990an, petani menerima pengenalan kelapa sawit dengan keprihatinan, jika tidak kebencian, karena panen yang sedikit dan harga jual yang murah selama berperiode. <br /><br />sejak pertengahan 2000an, panen dan penjualan mencapai harga yang cukup stabil, dengan penambahan Rp350 dari hingga Rp 1.400 pada tahun 2011, atau Rp11.000 pada tahun 2011. Petani mulai termotivasi mengubah tanah terbengkalai ke dalam perkebunan kelapa sawit melalui inisiatif pribadi dan modal yang dimiliki. <br /><br />Pujo memulai penelitiannya dengan pandangan yang negatif terhadap kenaikan kelapa sawit. Faktanya, mayoritas pertani menerima kelapa sawit sebagai sumber baru kekayaan mereka. Tanpa diragukan, sebagian besar petani menyatakan kelapa sawit baik. Pujo kaget, memasuki tahap produksi, industri kelapa sawit memproduksi kekayaan yang besar. <br /><br />Sungai Buayan, jalur kelapa sawit memproduksi antara 20.000-30.000 ton buah segar tiap bulan, ini setara dengan 26-39 miliar rupiah tunai per bulan pada tahun 2010. Sebagian besar, 60 persennya lari ke petani yang mengerjakannya sehari-hari. Namun, kemajuan ekonomi ini bukan tanpa biaya. Para petani kehilangan kurang lebih 5.000 hektare tanah mereka kepada perkebunan dan transmigran. Sebagaimana kita tahu, tanah pertanian bukan hanya lapis tanah untuk meningkatkan pertanian, tapi juga hidup dan matinya petani. Fondasi bagi seluruh konstruks ekonomi petani. Ini adalah dasar fisik dari identitas sosial dan batas politis kelompok pentani berdiri. <br /><br /><i>"Losing farmlands is a loss that comes with heavy consequences for the farmer’s production activities, social relations and cultural codes."<br /></i><br />Tentu, rumor penculikan organ tubuh yang beredar di antara petani kelapa sawit di Kalimantan adalah fantasi dalam fantasi. Salinan sebagian dari perdagangan organ manusia secara global disisipkan untuk membuat rumor yang tambah terpercaya dan masuk akal, karena menggunakan bahasa yang akrab, memberi efek interpersonal, dan sangat abstrak dalam tekanan sosial. Rumor panik penculikan (tidak nyata) di antara para petani di Sungai Buayan telah menjadi gejala bentrokan nyata antara pertumbuhan ekonomi melawan gaya hidup agraris dan struktural, yang tak terpisah dari pertumbuhan populasi pedesaan.<br /><br />Secara metodologi, data penelitian ini utamanya diambil dari Sungai Buayan, Kecamatan Meliau, Kalimantan Barat, daerah yang bertransformasi secara cepat dari dusun pertanian yang berpindah menjadi tanah kelapa sawit sejak lebih dari dua dekade yang lalu. Kerja lapangan ini juga dirancang oleh mahasiswa yang tengah melakukan penelitian etnografis antara tahun 2010-2011, termasuk sekitar 50 mahasiswa tiap sesi. Mereka terdistribusi pada 25 dusun sepanjang Sungai Buayan, bertanya hingga mengumpulkan data setiap hari melalui pengamatan partisipatif. <br /><br />Pada tahun 1920an, perkebunan karet swasta, NV Kapoewas Rubber Maatschappij didirikan. Hal ini mengakibatkan terjadinya komoditisasi tanah secara besar-besaran yang mengguncang sistem kepemilikan tanah tradisional di wilayah hilir Buayan.<br /><br />Perusahaan ini berhasil mendapatkan sewa selama 75 tahun baik dari pemerintah kolonial atau Sultan Sanggau atas lahan seluas 12.257 hektar di kedua sisi Sungai Kapuas, 9.000 hektar di sisi Selatan dan 3.000 hektar di sisi Utara. Secara resmi, sewa tersebut merupakan lahan terlantar, tetapi kemungkinan besar merupakan lahan persewaan milik penduduk dusun Buayan dan Mayam, dan sama sekali bukan lahan terlantar. Ketika depresi ekonomi terjadi, perusahaan ini masih bisa jalan. Namun, kemudian pada bulan Desember 1975, perusahaan tersebut dinasionalisasi, dan mengalami kebangkrutan pada tahun 1970-an.<br /><br />Perjumpaan langsung petani Sungai Buayan dengan kelapa sawit pertama kali terjadi pada awal tahun 1980an, ketika Perusahaan Perkebunan Negara XIII membuka lahan konsesi NV Kapoewas sebelumnya untuk ladang kelapa sawit. Perusahaan merekrut para petani dari dusun yang jauh dan transmigrasi dari Jawa untuk menjalankan kerja tersebut. Menurut pengalaman orang-orang kebun, terjadi penilaian yang bias, orang transmigran dianggap disiplin, mudah diorganisasikan, dan rajin, sedangkan para petani lokal tidak. Para transmigran ini juga mendapat gaji yang membuat anak-anak mereka bisa bersekolah hingga kuliah, mereka sesederhananya dianggap sebagai contoh petani dari keluarga yang maju dan makmur.<br /><br />Lalu, pada tahun 1992, dua perusahaan swasta, PT Harapan Dharma dan perusahaan keluarganya PT Sinar Permata memperoleh izin dari pemerintah untuk mendirikan perkebunan kelapa sawit pada lahan seluas 39.000 hektar di bawah skema perkebunan inti. Namun karena ketidakadilan pembagian lahan bagi para petani, terjadi pula perlawanan. <br /><br />Kelapa sawit telah membuat para petani di Sungai Buayan menjadi kaya, namun juga menimbulkan rasa kehilangan yang mendalam atas cita-cita kesetaraan sosial. Melalui kelapa sawit, para petani di Sungai Buayan secara umum telah menikmati kehidupan ekonomi yang baik. Pada tahun 2010, seluruh wilayah tersebut menerima pendapatan kotor sekitar Rp 21 miliar per bulan dari ladang kelapa sawit saja. Jika disalurkan ke 30 dusun, baik besar maupun kecil, berarti rata-rata tiap dusun menerima 700 juta rupiah per bulan.<br /><br />Namun ada dua masalah utama hubungannya dengan kekayaan minyak sawit ini. Pertama, menyebabkan petani melakukan konsumsi berlebihan. Kedua, kekayaan tidak terdistribusikan secara merata ke seluruh kelompok sosial. Dusun kecil mereka diubah menjadi "Las Vegas kecil" setiap Sabtu malam di sepanjang Sungai Kapuas.<br /><br />Pendapatan yang besar ini mengubah konsumsi para petani menjadi peminum alkohol. Petani ada yang minum tuak, yang dibuat dari fermentasi beras. Uang juga digunakan untuk berjudi, minum, dan dihabiskan di tempat-tempat prostitusi. Konsumsi yang sangat boros berhubungan dengan "kemudahan uang", mereka tidak punya cukup pengetahuan dan kesempatan menggunakannya. Kebanyakan menggunakannya untuk renovasi rumah, mengganti gadget dan mobil, yang dikira akan meningkatkan produktivitas. Mengirimkan anak-anak ke sekolah sebagai investasi manusia tidak dilihat sebagai gagasan baru bagi para petani. Bahkan beberapa gadis meninggalkan sekolah untuk menikah muda. Kelapa sawit menyediakan petani kesempatan besar untuk mengembangkan kualitas hidup, tetapi pada saat yang sama, mereka sadar bagaimana kesempatan itu lepas karena perjudian, arak, balap motor, dll.<br /><br />Poin yang ingin ditekankan Pujo, peningkatan kekayaan karena kelapa sawit tidak menciptakan jarak sosial-ekonomi baru, bahkan membuat jarak itu semakin lebar dan menyakitkan. Di sisi lain, konflik antar transmigran dan orang asli Dayak juga membuat segregasi sosial terjadi. <br /><br />Seperti yang sudah Pujo kemukakan, rumor kepanikan di kalangan petani Kalimantan Barat bisa saja muncul kapan saja. Naskah dari kepanikan ini sudah diketahui oleh para petani dalam bentuk cerita mengenai praktik pengayauan tradisional, dan yang diperlukan untuk memicu kepanikan tersebut hanyalah tekanan sosial kolektif di antara para petani. Selama peninjauan lapangan, tekanan muncul dari rasa kehilangan yang menyertai perluasan budidaya kelapa sawit. Secara simbolis, bukanlah suatu kebetulan bahwa kepanikan yang terjadi saat ini melibatkan cerita-cerita perdagangan organ untuk pasar eksternal.<br /><br />Dalam konteks komunitas pertanian tradisional, tanah tidak kalah berharganya dengan organ internal petani, karena hilangnya salah satu organ tersebut akan berdampak buruk pada pijakan hidup seseorang. Pujo berargumentasi bahwa para petani di Sungai Buayan mempunyai beberapa masalah yang harus mereka hadapi, namun keliru jika menganggap mereka sebagai korban kebijakan pemerintah atau terjebak dalam kemiskinan. Sebaliknya, saya telah menyatakan bahwa mereka adalah para pemenang yang telah menemui kesulitan-kesulitan yang parah dan nyata dalam menangani hasil eksploitasi mereka sendiri. Para petani lokal telah membayar mahal atas kekayaan kelapa sawit yang baru mereka peroleh, yang diperoleh melalui hilangnya ribuan hektar lahan pertanian yang diambil alih oleh perkebunan.<br /><br /><b>ABSTRAK:</b><br /><br />Ekspansi pengolahan kelapa sawit ke pedalaman Kalimantan Barat telah membawa kekayaan baru pada tingkat yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Namun akhir-akhir ini ditemani oleh perluasan kepanikan moral, khususnya pada Suku Dayak. Peribahasa lampau mengatakan, kemiskinan adalah teman terdekat iblis. Bagi orang Dayak, pertumbuhan kesejahteraan melalui perkebunan kelapa sawit diperoleh melalui proses penghilangan tanah tradisi yang sulit dan menyakitkan, kenaikan konsumerisme yang cepat, dan menyisakan perasaan termarjinalisasi dalam ekonomi baru. Janji kesejahteraan dari kelapa sawit mungkin telah terealisasi, tetapi beban lama masih tak terlupakan, yang membuat orang-orang meyakini bahwa mereka selalu mendapatkan pembagian kesejahteraan karena pengurangan akses masyarakat terhadapnya. Kesejahteraan yang besar juga dapat dicekokan ke masyarakat jika masyarakat tidak disaranai dengan saluran kesejahteraan yang tetap terhadap sistem produksi. Dikombinasikan dengan kenangan kolektif yang panjang terkait kekerasan yang nyata dan terbayangkan, masalah-masalah ini dapat menggiring pada kepanikan moral, salah satunya tampak pada bentuk lama, yang dimunculkan kembali oleh sebab-sebab yang baru.<br /><br />Semedi, Pujo. "Palm oil wealth and rumour panics in West Kalimantan." Forum for Development Studies. Vol. 41. No. 2. <i>Routledge,</i> 2014.<br /><br />Link: <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/08039410.2014.901240">https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/08039410.2014.901240</a> <br /><br /><br /><b>PROFIL SCHOLAR:</b><br /><br />Pujo Semedi Hargo Yuwono merupakan dosen di Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (UGM). Pada 28 Februari 2023, dia dikukuhkan sebagai Guru Besar dengan pidato berjudul "Kontestasi Rasionalitas Substantif Ngasak di Jerman Selatan" (yang juga bisa teman-teman tonton di YouTube UGM). Judul ini diangkat dari pengalamannya sendiri ketika mengamati kegiatan "ngasak" (mengambil sisa-sisa bahan buangan). Pujo menyelesaikan S1 di UGM, S2 di Universitas Ateneo de Manila Filipina, dan S3 di Universitas Amsterdam Belanda. Pujo bersama Tania Li menulis buku "Hidup Bersama Raksasa“. <br /><br />#31daysofindonesianscholars #palmoil #westkalimantan #noralpanics #rural #plantations #kalbar #indonesia</p>Isma Swastiningrumhttp://www.blogger.com/profile/05536645550639669153noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3466970969743762424.post-50541449419265984352024-03-18T14:30:00.002+07:002024-03-18T14:30:57.581+07:00Muslim Women and Education in Indonesia: The Pondok Pesantren Experience - Eka Srimulyani<p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjw5LW8rA-cx6YqrZAX7z_bVcWPqat9ezxgmPMX2jnh9hanU94AX8M58WNQMwzzxnWptr9I3KegsoC92rQAHyQgLs63VM3nLN8QYudScn7oADRRlD-Z5GAUA4i6VyZC0hLWp2hZVAC21OPEfujZ78smuOn3KLwNfJYR7tND9kRWq-TgOPLGDHiEq02tCTE/s1080/1.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1080" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjw5LW8rA-cx6YqrZAX7z_bVcWPqat9ezxgmPMX2jnh9hanU94AX8M58WNQMwzzxnWptr9I3KegsoC92rQAHyQgLs63VM3nLN8QYudScn7oADRRlD-Z5GAUA4i6VyZC0hLWp2hZVAC21OPEfujZ78smuOn3KLwNfJYR7tND9kRWq-TgOPLGDHiEq02tCTE/s320/1.png" width="320" /></a></div>Secara bahasa, pesantren berasal dari kata santri, yang digunakan secara khusus untuk merujuk siswa-siswi pesantren. Pesantren berarti tempat santri belajar Al-Qur'an. Kata lainnya seperti pondok pesantren diturunkan dari kata Arab, funduq, yang berarti tempat tinggal. Istilah pondok ini populer digunakan di pusat pendidikan pesantren di Jawa dan Madura sebelum tahun 1960-an.<br /> <br />Santri memulai kehidupan dalam pendidikan yang kompleks, untuk menunjang pendidikan dasar mereka. Ada dua kategori santri: santri kalong (yang tidak menetap) dan santri mukim (santri yang menetap). Mereka yang menetap, 24 jam menghabiskan waktunya di pesantren. Kegiatan itu seperti solat bersama, membaca Qur'an, ngaji kitab kuning, dan berbagai kegiatan ekstra-kurikuler. Dalam hal ini, tidak ada begitu perbedaan antara pesantren perempuan dan laki-laki, misalnya terjadi di Pesantren Tebuireng di Jombang. <br /><br />Hampir semua pesantren merupakan pesantren untuk laki-laki. Hingga awal abad 20, tidak ada program pendidikan pesantren yang dirancang bagi siswi putri. Seiring dengan perubahan sosial, seperti kemunculan madrasah, muncul kebutuhan bagi perempuan untuk mendapatkan pendidikan yang sama. Menurut penelitian Dhofier (1982), kemajuan pesantren untuk perempuan sejak 1910 telah menunjukkan kesadaran bagi para kiai dan pemimpin agama untuk memberikan pendidikan yang lebih tinggi pada perempuan Muslim. <br /><br />Pesantren pertama perempuan ditemukan di Denanyar tahun 1930. Ini menjadi embrio sejarah pesantren, termasuk sesi pendidikan informal yang dilakukan pada sekelompok perempuan muda yang dimulai pada tahun 1919. Upaya Pesantren Denanyar ini diikuti oleh pesantren lain, seperti Pesantren Seblak yang berdiri tahun 1939, juga untuk perempuan. Juga Pesantren Tambak Beras, dengan pendirian al-Fatimiyyah tahun 1948, dan Walisongo Cukir tahun 1957. Statistik santri putri juga semakin meningkat menyamai jumlah laki-laki. Meskipun secara sistem pendidikan, perempuan masih menghadapi berbagai tantangan yang signifikan, hubungannya dengan konsep ideologis gender di tengah nilai patriarki yang ada di struktur kepemimpinan pesantren itu sendiri.<br /><br />Penelitian Srimulyani ini didasarkan pada penelitian lapangan terkait pesantren di Jombang, Jawa Timur, yang juga dikenal sebagai kota santri. Di Jombang ada berbagai pesantren terkenal berlatar belakang orang asli maupun non-asli. Di kota ini pula, Pesantren Tebuireng berlokasi. Jombang pula menjadi tempat Srimulyani menghabiskan studi doktoral dalam penelitian "Negotiating Public Space: Women and Pesantren in Jombang East Java". Dia berfokus pada bagaimana perempuan di dalam pendidikan kepemimpinan membuat kontribusi yang penting bagi pendidikan pesantren dan melampauinya. Dia meneliti beberapa figur perempuan dari berbagai pesantren di Jombang dengan wawancara mendalam. Dia juga berkunjung ke tempat ibadah komunal selama Ramadan yang dipimpin oleh seorang nyai, atau menghadiri kelas kitab kuning atau kitab jawi.<br /><br />Karakter umum dari pendidikan pesantren adalah sistem pendidikan yang satu jenis kelamin, atau pemisahan antara laki-laki dan perempuan sebagaimana nilai ajaran Islam. Azyumardi Azra (2003) juga mencatat bagaimana periode awal Islam, pemisahan pendidikan ini diaplikasikan di dalam komunitas Muslim. Salah satu asumsi mengapa terjadi pemisahan ini karena dikhawatirkan akan memberikan dampak yang negatif. Nilai moral ini juga menjadi dasar pesantren dalam mengadopsi pemisahan pendidikan. Tak hanya pendidikan, tapi juga kelas, masjid, pondok, dan fasilitas publik lainnya. Meskipun fleksibilitasnya tergantung pada pemimpin atau kiai masing-masing.<br /><br />Di kalangan Muslim, pendidikan pesantren terkenal kuat dengan penekanan nilai agama dan moral. Santri perempuan khususnya mendapat perlakukan yang berbeda karena nilai moral pesantren yang diturunkan dari aspek religi dan sosial-budaya dalam masyarakat lokal. Secara moral mereka juga dididik menjadi istri dan ibu yang baik bagi generasi di masa depan. Cita-cita ini dianggap mulia, pandangan ini juga diadopsi oleh mayoritas masyarakat di Asia Selatan dan Asia Tenggara. Ini tak lepas dari "kodrat" perempuan yang didukung oleh program rezim Orde baru. Di mana perempuan bekerja sebagai istri dan ibu. <br /><br />Pesantren juga menciptakan peraturan yang dihormati dan dipatuhi oleh semua santri. Setiap pesantren mempunyai peraturannya masing-masing, semisal ada yang mengizinkan santri perempuan mengenakan celana, ada yang tidak. Para santri ini juga bersenang-senang dengan saling membagikan ketertarikan mereka pada idola yang sama, atau majalah remaja seperti Hidayah, Annida, dan Aneka Yes. Meski ada peraturan: tak satu pun santri perempuan yang diizinkan pergi ke bioskop dan kencan. <br /><br />Selama penelitiannya, Srimulyani berkesempatan untuk mewawancara para santriwati secara informal. Semisal kisah dari Sakinah yang ingin menjadi perempuan karier tapi tidak meninggalkan kewajibannya di rumah. Sebab kata nyai: jika kamu telah menyelesaikan tanggung jawab dan tugas utamamu di rumah, mengapa tidak mengambil aktivitas di luar rumah. Sakinah juga memimpikan memiliki suami yang bisa mendukung dan memahami kariernya. Sakinah memiliki mimpi bekerja di perusahaan multinasional, mempunyai NGO tersendiri yang menangani anak-anak nakal, pengguna narkoba, dll, karena banyak anak-anak seperti itu di desanya.<br /><br />Sementara untuk kisah dari Jamilah, dia tidak menempuh pendidikan formal, pendidikannya semua berbasis salaf di pesantren. Fokusnya adalah menghafal Al-Qur'an. Ayahnya tidak ada pemahaman terkait isu gender, dan ibunya menekankan jika hal terpenting dalam hidup adalah menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain (anfa'uhum li al-nas). Cita-citanya sederhana dan tidak muluk-muluk, cukup tidak menjadi beban bagi orang lain. Di pesantren dia juga mengalami pelarangan membaca novel, padahal menurutnya itu bagus untuk meningkatkan budaya membaca.<br /><br />Lalu, kisah dari Maryam, awalnya dia bercita-cita menjadi seorang dokter. Meski lingkungan tak mendukung, Maryam mempunyai keyakinan, "Kalau kita dengerin omongan orang melulu, kita tidak akan maju." <br /><br />Ngaji kitab kuning menjadi karakter utama dalam pembelajaran di pesantren. Di tengah tantangan menghadirkan perspektif gender di kalangan pesantren, diskursus ini terus berlanjut dalam kajian ini. Semisal terkait gagasan patriarki di dalam teksbuk pesantren seperti Uqud al-Lujjayn yang menyebut suami diizinkan memukul istri karena berbagai alasan. <br /><br />Ada pula pembelajaran terkait Qurratul Uyun dan Adab al-Muasharah. Dalam kitab-kitab ini, relasi gender membuat dikotomi yang sederhana yang merefleksikan figur orangtua, seperti ayah bekerja di luar dan ibu di rumah, bergelut pada urusan domestik. <br /><br />Terlepas dari itu, pesantren juga memiliki koneksi dengan berbagai organisasi seperti Nahdlatul Ulama (NU), Muslimat/Fatayat NU khususnya. Bahkan ada pula Yayasan Kesejahteraan Fatayat yang berkonsentrasi pada kesehatan reproduksi perempuan dalam konteks pembelajaran Islam. Juga memberikan pelatihan insentif untuk kiai dan nyai junior. <br /><br /><i>"The existence of pesantren for girls will allow more women to get an education. To make education for women more productive and empowering, a pesantren should consider how the whole framework of pesantren education can support this move. Pesantren should not disregard the criticisms addressed at them. They have to make a response, even making changes, within their particular philosophical framework."</i><br /><br /><b>ABSTRAK:</b><br /><br />Pendidikan pondok pesantren merupakan bentuk pendidikan tradisional Muslim di Indonesia. Sistem pendidikan ini dapat dilacak kembali sejak abad 18 dan setelahnya. Meskipun, pada masa itu, hingga 1930 pesantren secara resmi mengakui santri perempuan. Dimulai dari Pesantren Denanyar di Jombang. Diterimanya santri perempuan di pesantren merupakan terobosan signifikan di dalam konteks Islam Indonesia. Ini menggiring pada persetujuan yang unik dalam pendidikan Muslin yang dipisahkan secara gender, meskipun keketatannya bergantung pada fleksibilitas pemimpin pesantren. Paper ini memberikan cara pandang kualitatif sosio-sejarah terbaru dari pendidikan pesantren putri di Indonesia. Juga tantangan yang dihadapi kaitannya dengan persamaan gender. Didiskusikan dalam posisi, santri perempuan menghadapi akses yang terbatas terhadap ruang publik, sebagaimana harapan sosial terhadap mereka yang masih memusatkan laki-laki sebagai inti dari otoritas institusi. Kontribusi pesantren yang dijelaskan dalam paper ini mendorong santri putri untuk mengenali lebih dalam lagi tekanan internal yang dihadapi untuk mengembangkan kualitas pendidikan bagi perempuan. <br /><br />Srimulyani, Eka. "Muslim Women and Education in Indonesia: The pondok pesantren experience." <i>Asia Pacific journal of education</i> 27.1 (2007): 85-99.<br /><br />Link: <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/02188790601145564">https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/02188790601145564</a> <br /><br />#31daysofindonesianscholars #pesantren #women #education #indonesia #santri #islam<br /><br /><b>PROFIL SCHOLAR:</b><br /><br />Eka Srimulyani merupakan Guru Besar di Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh yang lahir di Latong, 19 Februari 1977. Memperoleh gelar master terkait Studi Islam dari Universitas Leiden, Belanda, dan gelar doktor di bidang studi internasional (Asia-Pasifik) dari Universitas Teknologi Sydney, Australia. Menulis buku "Berjuang untuk Seimbang" sebuah buku autoetnografi terkait cita-cita dan perjuangan perempuan dalam karier - pendidikan. Publikasi lainnya, "Pesantren Seblak of Jombang East Java: Women’s Educational Leadership”, “Negotiating Public Space: Three Nyai Generations in a Jombang Pesantren”, hingga “Inspired by History” (yang terbit di Inside Indonesia).<br /><p></p>Isma Swastiningrumhttp://www.blogger.com/profile/05536645550639669153noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3466970969743762424.post-53426057787447765242024-03-17T15:25:00.004+07:002024-03-17T15:25:35.591+07:00A New Islamic Populism and the Contradictions of Development - Vedi R. Hadiz<p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgE6vuJ-9EgVHFtHTSzOXZs6jsqcTHfdjz-l_vlvlmN8qgGj3qR_7l-xo3rHjc0Fv1-kAFhB05JC7-qFNdPOZWI8mTSaKqQDayyANJiT42LwlOhuLS6fvkkZ5jTHzsylyP1K9I1GSRzGSv4blvC2zIIpTqEnzJq4nQtoZzKHu2IBMFto2S-j6vpITG_sQQ/s1080/1.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1080" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgE6vuJ-9EgVHFtHTSzOXZs6jsqcTHfdjz-l_vlvlmN8qgGj3qR_7l-xo3rHjc0Fv1-kAFhB05JC7-qFNdPOZWI8mTSaKqQDayyANJiT42LwlOhuLS6fvkkZ5jTHzsylyP1K9I1GSRzGSv4blvC2zIIpTqEnzJq4nQtoZzKHu2IBMFto2S-j6vpITG_sQQ/s320/1.png" width="320" /></a></div>Kekacauan yang disebabkan karena serangan Al Qaeda dan kudeta Taliban, membuat publik Barat di negara-negara besar hampir tidak menyadari munculnya kelompok baru yang kuat, meskipun tidak selalu sukses, yaitu bentuk populisme Islam di beberapa negara Islam. Di satu sisi kemunculannya ini menjadi bagian dari fenomena umum dari respons populis terhadap kontradiksi yang ditimbulkan dari rezim kapitalisme global dan neoliberal beberapa dekade terakhir. Di satu sisi merupakan dampak dari konflik Perang dingin dan transformasi masyarakat Muslim sejak runtuhnya kerajaan kolonial dunia. Menekankan pada sokongan sosial terhadap populisme, Vedi berpendapat bahwa varian Islam baru menunjukkan naiknya ambisi, tumbuhnya frustrasi, dari kelas menengah urban di lintas negara Muslim di dunia, dengan bersandar pada politik liberalisme, kegelisahan populasi urban miskin, hilangnya tradisi ideologi kiri, dan juga kelompok borjuasi yang relatif terpinggirkan.<br /><br />Dengan kemunculan koalisi lintas kelas, populisme Islam baru memperoleh kemenangan besar terhadap kekuasaan negara dan sumber daya material nyata untuk umat. Selain itu, umat dipahami mengalami kenaikan secara nasional, alih-alih menggunakan istilah Pan-Islamisme, karena Populisme Islam Baru telah secara dominasi berkembang melawan negara yang otoriter. Yang penting, tidak ada hal yang bersifat anti-kapitalis, terlepas dari retorika egaliter, atau anti-demokrasi dalam agenda yang dihasilkan. Semua ini ditunjukkan dalam artikel ini melalui diskusi tentang Indonesia, negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, dan dengan membandingkannya dengan Mesir dan Turki.<br /><br />Selain merupakan negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam, penting juga bagi ketiga negara tersebut untuk melakukan reformasi ekonomi neo-liberal yang hampir bersamaan di bawah pemerintahan otoriter Mesir di bawah pemerintahan Sadat dan Mubarak pada tahun 1970-80an, Turki di bawah pemerintahan Ozal (yang dimungkinkan oleh kudeta militer tahun 1980_, dan Indonesia di bawah Soeharto yang beralih ke industrialisasi yang berorientasi ekspor setelah berakhirnya booming minyak pada tahun 1980an.<br /><br />Terlebih lagi, ketiga negara tersebut melakukan demokratisasi melalui proses-proses yang telah dilakukan dengan gejolak yang berbeda. Pada titik inilah organisasi-organisasi Islam masuk arena Pemilu, dengan agenda paling suksesnya mempromosikan agenda globalisasi yang pro-ekonomi dan menganut demokrasi. Di Turki, kemudian di Mesir, partai-partai politik yang mendukung agenda tersebut bahkan telah mencapai kesuksesan besar, meskipun hal ini tidak akan bertahan lama akhirnya. Namun di Indonesia, ceritanya adalah kegagalan terus menerus. Salah satu alasannya, seperti yang kita lihat, adalah karena liberalisasi ekonomi di Indonesia tidak membantu menciptakan borjuasi besar Muslim yang saleh seperti yang terjadi di Turki dan Mesir. Didukung oleh koalisi lintas kelas yang kurang kuat dibandingkan rekan-rekan mereka di Turki atau Mesir, partai politik Islam di Indonesia hanya bisa membuat terobosan yang relatif terbatas ke dalam kekuasaan negara.<br /><br />Ada penekanan baru pada politik populis karena tanggapan baru-baru yang dilakukan atas nama "rakyat kecil" terhadap praktik dan dampak sosial dari perkembangan kapitalis dan integrasi global. Di Eropa, politik populis akhir-akhir ini diasosiasikan dengan kecenderungan anti imigrasi yang diwakili oleh politisi senior dan junior Le Pen di Prancis, Fotuyn dan Wilders di Belanda, serta kelompok sayap kanan Swedia. Semua pihak mendapat manfaat dari kekhawatiran mendalam mengenai masa depan, tidak terkecuali di kalangan kelas pekerja, akibat dimulainya perubahan sosial yang besar selama beberapa dekade terakhir. Di sisi lain, kemunculan para pemimpin seperti mendingan Chavez di Amerika Latin dan Ahmadinejad di Iran, yang sama-sama menganut retorika anti-imperialis dan pro-rakyat, merupakan salah satu penyebab utamanya munculnya perhatian baru.<br /><br />Pada waktu yang sama, ada ledakan kepentingan baru dalam politik Islam. Meskipun kajian mengenai Islam dan politik sesudah ada sejak zaman kekaisaran kolonial, dan awal pascakolonialisme, banyak kontribusi baru-baru ini yang diwarnai oleh sempitnya hak prerogatif yang muncul setelah serangan 11 September 2001 terhadap Islam dan politik Amerika Serikat.<br /><br />Hal ini seringkali membahas isu-isu yang berkaitan dengan ekspresi radikal identitas dan politik Islam, di Barat dan di dunia Islam. Seperti halnya populisme, ungkapan-ungkapan semacam itu digambarkan sebagai sesuatu yang tidak rasional, dan lebih jauh lagi, bersifat pra-modern, atau bahkan anti-modern, seperti yang diungkapkan oleh orientalis Bernard Lewis (1990).<br /><br />Hubungan antara populisme dan politik Islam telah diteliti sebelumnya, meskipun ini bermanfaat untuk melihat ekspresi baru dari politik dan identitas Islam hubungannya dengan kemunculan populisme Islam baru di tengah-tengah kontradiksi perkembangan kapitalisme dan tekanan globalisasi.<br /><br />Bentuk baru ini dapat dibedakan dari populisme Islam lama yang fokus utamanya pada perlindungan posisi kepemilikan urban miskin dan kepentingan pedesaan di tengah dominasi penjajahan barat. Selama beberapa dekade, kemunculan organisasi tradisi lama yang menjadi perwakilan dari umat di masa lalu hubungannya dengan negara sekuler, atau pun masa kolonial, pos-kolonial. Di Indonesia, beberapa dari organisasi tersebut masih tetap mengakar, yang paling menonjol adalah Muhammadiyah, yang merupakan kendaraan "reformis" para pedagang perkotaan dan pesaingnya, juga Nahdlatul Ulama, yang secara tradisional dipimpin oleh para ulama pemilik tanah di pedesaan dan para pengikutnya.<br /><br />Di Mesir, contoh lainnya, adalah didirikannya Ikhwanul Muslimin yang didirikan pada tahun 1928 oleh Hasan al-Banna, putra seorang ulama, pemilik properti kecil dan tukang jam tangan. Pendiriannya berkaitan dengan meningkatkan ketidakpuasan di kalangan borjuis kecil terhadap nasibnya di bawah dominasi politik dan ekonomi Inggris, meskipun, seperti yang kita lihat, organisasi ini telah mengalami transformasi internal yang signifikan.<br /><br />Berbeda dengan bentuk populisme Islam yang lebih tradisional dan lebih tua, populisme Islam yang lebih baru lebih bersifat lintas kelas dalam basis sosialnya. Mereka dengan kuat merangkul kelompok kelas menengah perkotaan dan kelompok miskin dan bahkan kelompok borjuasi besar yang relatif terpinggirkan, tak peduli betapa gagapnya hal tersebut.<br /><br />Berbeda dengan bentuk yang lama, yang biasanya melihat gerakan-gerakan yang dipimpin oleh borjuis kecil dan memperoleh banyak pengikut, terutama di kalangan kaum tani, bentuk yang lebih baru cenderung dipimpin oleh para profesional terpelajar, dan ketika sukses, juga para pengusaha yang berkuasa. Karena komposisi dan kepemimpinannya, agenda Populisme Islam Baru sepenuhnya modern: untuk mengatur ulang kekuasaan dengan cara yang memihak pada umat yang semakin beragam dalam hal basis kelasnya. Hal ini mencakup upaya untuk menjamin akses dan kendali yang lebih besar terhadap negara dan sumber daya nyata, termasuk sumber daya yang tersedia melalui partisipasi intensif dalam globalisasi ekonomi.<br /><br />Agenda seperti ini lebih sulit dibayangkan oleh perwakilan dominan dari bentuk populisme Islam lama, yang terdiri dari kaum borjuis kecil yang menghadapi kapitalisme melalui kolonialisme Barat. Meskipun terdapat kritik yang terus menerus terhadap dominasi global Barat, sebaliknya agen-agen sosial Populisme Islam Baru cukup nyaman berada dalam kapitalisme kontemporer. Lebih jauh lagi, meski menyerukan perubahan, mereka tidak memikirkan adanya perombakan sistem ekonomi kecuali melalui seruan terhadap moralitas Islam, sehingga memfasilitasi peningkatan politik dan ekonomi bagi orang-orang saleh. Memang benar, konsepsi umat terlah berkembang menyoroti kelompok "masyarakat biasa" yang terpinggirkan secara sosial dan ekonomi, namun lurus secara moral dan berbudi luhur, yang menentang kelompok elite yang rakus dan tidak bermoral. Konsepsi seperti ini merupakan ciri ideologi populis secara umum.<br /><br />Dengan kata lain, Populisme Islam Baru membayangkan sebuah negara yang dipimpin oleh orang-orang saleh, yang akan memfasilitasi pasar yang beroperasi dengan cara yang menguntungkan umat. Namun hal ini tidak serta merta mengharuskan pembentukan Islam secara terang-terangan, meskipun seruan seperti itu seringkali dilakukan oleh mereka yang paling tidak mempunyai posisi untuk mencapai kemajuan melalui mekanisme politik formal.<br /><br />Oleh karena itu, yang paling umum adalah perwakilan Populisme Islam Baru menginginkan negara dan masyarakat kapitalis yang akan melihat kekuasaan dan sumber daya didistribusikan kembali secara lebih “adil”.<br /><br />Inilah salah satu alasan keberhasilan perjuangan Populisme Islam Baru di Turki berfokus pada isu-isu pemerintahan yang didasarkan pada moralitas Islam konservatif, dan bukan pada negara Islam.<br /><br />Populisme Islam Baru di sini sebenarnya sangat menganut paham ini kebijakan ekonomi neo-liberal yang mengintensifkan keterlibatan perekonomian Turki dengan kapitalisme global.<br />Namun tujuannya tetap untuk menyerang benteng sekuler Kemalisme dengan memberikan peluang bagi kelompok borjuasi dan kelas menengah yang lebih berbudaya Muslim yang sebelumnya dipinggirkan oleh negara.<br /><br />Beberapa perkembangan setelah Pemberontakan Arab juga memberikan indikator penting mengenai bagaimana agenda Populis Islam Baru dapat berkembang. Di Mesir, Ikhwanul Muslimin telah mengalami transformasi internal selama beberapa dekade; lebih dari sebelumnya, partai ini memimpin konstituen yang benar-benar lintas kelas. Pada gilirannya, hal ini merupakan hasil dari perubahan sosial yang besar, terutama sejak perekonomian Mesir dibuka secara bertahap pada tahun 1970an.<br /><br />Ikhwanul Muslimin kurang menekankan pendirian negara Islam, menghindari kekerasan, dan menganut prinsip-prinsip ekonomi pasar kapitalis. Yang paling dramatis adalah perubahan dari aktivitas politik bawah tanah menjadi partisipasi dalam politik elektoral, meskipun pada awalnya hal ini harus dilakukan secara semi-tersembunyi di era Mubarak.<br /><br />Penyusunan ulang strategi tersebut bukan sekedar masalah oportunisme atau internalisasi nilai-nilai yang terkait dengan globalisasi. Yang lebih mendasar, hal ini berkaitan dengan perubahan basis sosial populisme Islam akibat transformasi kapitalis dan kebutuhan untuk merespons urgensi baru yang ditimbulkan oleh perubahan lingkungan sosial, ekonomi, dan politik.<br /><br />Oleh karena itu, terdapat tumpang tindih yang jelas antara populisme, dalam hal seruan terhadap gagasan “rakyat” yang tertindas secara universal dan ekspresi politik Islam terkini, dalam hal seruan terhadap umat yang terpinggirkan.<br /><br />Namun, bagi negara-negara lain di Indonesia, akses terhadap kekuasaan yang memungkinkan reorganisasi perekonomian dengan cara yang memberikan keistimewaan bagi umat masih sangat jauh. Namun demikian, seperti halnya di Mesir dan Turki, tidak ada penolakan langsung terhadap ekonomi kapitalis, yang ada hanyalah dominasi pihak-pihak di luar umat, dalam hal ini khususnya bisnis yang dimiliki oleh etnis Tionghoa.<br /><br /><b>ABSTRAK:</b><br /><br />Bentuk baru populisme Islam telah berkembang di berbagai bagian dunia Muslim. Kemunculannya merupakan fenomena umum dari respons populis terhadap kontradiksi dari kapitalisme global. Ini juga sebagai dampak dari konflik sosial era Perang-Dingin dan transformasi struktur sosial dalam masyarakat Muslim abad ini. Khususnya hal berkaitan dengan meningkatnya ambisi dan tumbuhnya frustrasi dari kelas menengah urban Muslim dunia. Kegelisahan populasi urban miskin yang tumbuh dan bagian yang relatif terpinggirkan dari borjuis. Hal ini menunjukkan koalisi lintas kelas, Populisme Islam Baru bertujuan untuk menyediakan akses terhadap kekuasaan dan sumber daya yang nyata terhadap umat yang dianggap tertindas dan homogen, meskipun kenyataannya semakin terdiferensiasi. Hal ini ditunjukkan melalui diskusi antara Indonesia, Mesir, dan Turki. Artikel ini mencoba menyediakan analisis alternatif yang menekankan pada transisi gagasan radikal yang terancam melalui tatanan global yang sekuler dan kemudian memberikan hubungan yang kuat antara moderasi politis dan praktik demokratik, tetapi cenderung mengabaikan landasan struktural Islam politik.<br /><br />Hadiz, Vedi R. "A new Islamic populism and the contradictions of development." <i>Journal of Contemporary Asia</i> 44.1 (2014): 125-143.<br /><br /><b>PROFIL SCHOLAR:<br /></b><br />Vedi R. Hadiz merupakan akademikus dengan spesialisasi sosiologi politik kelahiran 1964. Profesor dan Driektur Kajian Asia di Institut Asia, Universitas Melbourne, Australia. Menyelesaikan S1 di FISIP UI dan S3 di Universitas Murdoch. Karya tulis ilmiahnya terbit di berbagai jurnal, seperti Prisma, Development and Change, New Political Economy, Democratization, Third World Quarterly, Pacific Review, Journal of Contemporary Asia, Critical Asian Studies, Historical Materialism, dan lain-lain. Pernah menjadi peneliti tamu di School for Advanced Studies in the Social Sciences (EHESS) di Prancis, International Institute of Social Studies di Belanda, Centre of Southeast Asian Studies di Universitas Kyoto, dan Departemen Sosiologi UI. Beberapa karya beliau yang penting untuk dibaca: "Islamic Populism in Indonesia and the Middle East" (Cambridge University Press, 2016), "Localising Power in Post-Authoritarian Indonesia: A Southeast Asia Perspective" (Stanford University Press, 2010), dan "Workers and the State in New Order Indonesia" (Routledge, 1997).<br /><br />Link: <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/00472336.2013.832790">https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/00472336.2013.832790</a> <br /><br />#31daysofindonesianscholar #islam #islamic #populism #politics #indonesia #turki #egypt #development #journal #conteporaryasia<p></p>Isma Swastiningrumhttp://www.blogger.com/profile/05536645550639669153noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3466970969743762424.post-1630640210362912312024-03-16T14:52:00.000+07:002024-03-16T14:52:02.767+07:00Discourse of Cultural Identity in Indonesia During The 1997-1998 Monetary Crisis - Melani Budianta<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhE8WemQFWhPnpe8nYHLIX6zKTxChyphenhyphenpWd85aDPgW3U5gzJJ5pvUQkFsI_UJD6cfFo-5PzGP7P4M-sR3qPtOWxdHlCzsiL6FClZRLBlQia447LsEL4buaabu1BWa2OnxfOKCP_LG4QouEkX-QRYCiE3MbihEqr-jMPFAsgnx6dodLmtKhyueyKlPRf5haxY/s1080/1.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1080" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhE8WemQFWhPnpe8nYHLIX6zKTxChyphenhyphenpWd85aDPgW3U5gzJJ5pvUQkFsI_UJD6cfFo-5PzGP7P4M-sR3qPtOWxdHlCzsiL6FClZRLBlQia447LsEL4buaabu1BWa2OnxfOKCP_LG4QouEkX-QRYCiE3MbihEqr-jMPFAsgnx6dodLmtKhyueyKlPRf5haxY/s320/1.png" width="320" /></a></div><p>Banjirnya barang, orang, gambar, teknologi, dan informasi yang sifatnya global dari seluruh dunia terutama negara-negara besar, menciptakan batasan bayangan dari suatu negara, meski batas itu semakin mudah ditembus dibanding sebelumnya. Sebagaimana ditunjukkan dari krisis ekonomi di Asia akhir-akhir ini, aktivitas ekspansi ekonomi global berkembang secara signifikan, tetapi memberi dampak yang berbeda di dalam kondisi internal suatu negara. Ini tergantung pada rezim politik yang memerintah negara itu, terutama ketika menghadapi krisis. Dalam konteks Indonesia, krisis finansial yang terjadi pada rentang 1997-98 menggiring pada jatuhnya rezim Soeharto. Krisis ini diikuti oleh perpanjangan kerusuhan sosial yang mengancam kesatuan nasional.<br /><br />Selain itu, krisis ekonomi menyebabkan pula pada krisis identitas budaya yang serius. Sebagaimana konsep "komunitas terbayangkan" (imagined community) dari suatu negara bangsa dari kekuatan global eksternal, serta kohesi internal dari komunitas etnis dan regional majemuk yang membentuk negara bangsa, kondisinya sedang mengalami disintegrasi (keruntuhan).<br /><br />Di dalam diskursus publik, isu globalisasi lawan nasionalisme, dan nasionalisme lawan etnis dan komunitas daerah bermunculan, khususnya sebagai bangsa yang dimasuki konflik kelompok seksionis.<br /><br />Untuk memahami relasi kompleks dari global-nasional-lokal pada krisis dewasa ini, kita membutuhkan bingkai konseptual bahwa posisi (bangsa)-negara sebagai agen ganda yang memediasi dampak dari arus global secara internal. Paper ini menganalisa diskursus publik terpilih dalam identitas budaya dan globalisasi yang terjadi di Indonesia selama krisis finansial 1997-98.<br /><br />Fenomena ini digambarkan dengan bagaimana politik budaya Orde Baru menginformasikan pengelolaannya secara global dan peralihannya di tingkat lokal, dan bagaimana politik budaya serta kesalahan pengelolaan pertukaran global-lokal mengakibatkan krisis identitas dan budaya. Melalui analisis diskursus publik, paper ini menyoroti interogasi terhadap komunitas terbayang di Indonesia selama krisis ekonomi, dan membayangkan apa yang memungkin terjadi di masa depan. <br /><br />Paper ini dimulai dengan konteks krisis moneter dan posisi rezim Orde Baru berhadapan dengan tatanan keuangan global. Kemudian mendiskusikan terkait kampanye seni dan budaya di dalam koran Indonesia pada sepertiga bagian, dan memberi contoh bagaimana kebijakan budaya Orde Baru mengikuti logika kapitalisme yang menjadikan budaya sebagai komoditas atau sebagai tanda nilai-nilai tradisional yang tidak berubah (yang dalam waktu yang sama mengolah fitur yang ideologis dan politis). Represi atau pengolahan ideologi berorientasi pada kebijakan budaya, yang memusatkan Jawa dan meminggirkan lainnya, menjadi benih dari masalah etnis dan rasial. Sebagaimana negara otoriter, krisis perekonomian dimulai dari keruntuhan budaya, yang dipelihara dan ditekan secara bersamaan oleh rezim. Kemudian meledak tak terkendali, dan negara menyebut kekuatan global sebagai ancaman terhadap martabat bangsa. <br /><br />Paper ini menyimpulkan, naiknya sektarianisme di Indonesia berhubungan dekat dengan politik budaya dan ras dari Orde Baru, yang menyediakan globalisasi ekonomi untuk pencapaian tujuan. Krisis budaya menjadi titik berangkat masyarakat Indonesia, apakah dia akan kehilangan gambaran esensialis terkait identitas nasional atau membangun konsep nationhood yang lebih inklusif dan terbuka terhadap heterogenitas.<br /><br /><i>"Some of the discourses analysed in this paper are of the nature of propaganda. Its very strategy is to convert the reader unconsciously, by constructing imagined objects that mask its ideological, political, economic or cultural messages or purposes."</i><br /><br />Tahun 1998 merupakan waktu yang krusial dalam sejarah negara-bangsa Indonesia. Dibuktikan dengan jatuhnya rezim yang berkuasa selama 32 tahun, kejatuhan itu menunjukkan relasi yang aneh dengan adanya tekanan globalisasi ekonomi, bagaimana sesuatu itu diuangkan (termasuk budaya), dan dengan cara apa. Ini menjadi serangkaian krisis ekonomi di Asia sejak depresi besar.<br /><br />Di masa Orba, janji ekonomi dibuat secara berbeda dibanding Orla. Jika Soekarno mempunyai obsesi kemandirian, anti penjajahan, dan lebih kurang membangun relasi yang bersifat antagonis dengan Barat, Soeharto membuka pintu seluas-luasnya bagi investasi asing. Pada tahun 1967, perusahaan multinasional Amerika, Freeport McMoran Copper and Gold Inc mendapatkan izin penambangan emas dan tembaga di hutan perawan Papua, dengan nama Tembagapura. Soeharto yang juga anti-komunis memenangkan dukungan secara internasional melalui agensi funding, seperti World Bank dan IMF. <br /><br />Zaman otoriter Orba membuat ketergantungan pada investasi transnasional dengan menggunakan peluang ekonomi dan jaringan global menciptakan apa yang disebut "kapitalisme kroni" di bawah kata pembangunanisme. Di masa Soeharto, pembangunan adalah sapi perah. Sawah diubah menjadi real estate dan lapangan golf, hutan jujan diubah menjadi kawasan perkebunan sawit untuk menambah pendapatan negara, sementara perairan diubah menjadi resort--semua didanai dari hutang luar negeri. Selama 32 tahun, surga budaya yang konsumeristik dengan pusat-pusat belanja yang gigantik dibuat. Lalu menyisakan gap sosial yang besar antara yang kaya dan yang miskin.<br /><br />Kompleksnya interaksi global dan lokal terkait kekuatan ekonomi dan politik, menjadi dasar ekonomi Indonesia lebih dari 30 tahun terakhir ini. Meskipun orang awam tidak familiar dengan istilah ekonomi, jelas bahwa investasi di masa Orba dalam pasar global telah menjadi sumber yang menguntungkan tidak hanya bagi pendapatan nasional, tetapi juga mengisi dompet para pendukung resminya. Industri bank meningkat, partisipasi bisnis elite juga demikian, beberapa di antaranya terdiri dari para veteran militer dan orang kaya keturunan Cina. Kondisi ini juga menguntungkan partai dengan monopoli Golkar kala itu. Anak-anak presiden terlibat di hampir banyak hal yang berhubungan dengan ekonomi besar, di sisi lain, suara-suara kritis dibungkam.<br /><br />Pembangunanisme di masa Orde Baru membuat Soeharto dikenal secara internasional. Citra positif ini digunakan pula oleh negara untuk mengerek rasa kebanggaan nasional. Dalam diskursus keajaiban Asia, Indonesia bahkan menjadi negara dengan ekonomi paling menjanjikan di kawasan Pasifik. Pancasila juga menjadi resep kesuksesan untuk harmonisasi dan kedamaian negara yang terdiri dari lebih dari 30.000 bahasa dan kelompok etnis ini.<br /><br />Citra bagus ini dipotret oleh kantor pemerintahan dalam pamerisasi kesuksesan pembangunan. Apa yang terjadi secara internal dalam satu tahun dimulai pada Juni 1997-98, ketika dollar US ke rupah meroket 8 kali lipat. Perasaan inferior nasional pada waktu kritis sering menjadi ekspresi yang menghantui, disusul dengan tekanan lain karena adanya korupsi, kolusi, dan nepotisme. <br /><br />Yang terjadi pula pada tahun 1998, telah diresmikannya deklarasi tahun seni dan budaya. Seperti pada awal bulan 19998, Kompas mengampanyekan desain "Kompas Year of Arts and Culture", dengan penggambaran ikon budaya populer di satu sisi, dan di sisi lain ikon budaya tradisi/warisan. Dalam iklan layanan masyarakat itu mengkritik antara yang lokal dan yang global, pernyataan pancingannya itu seperti, "Dia (Michael Jackson), kaya secara gaya hidup. Kami (wayang kulit), kaya akan budaya." <br /><br />Keberadaan Amerika di Indonesia tidak hanya dibuktikan dengan budaya populer industri seperti musik, film, televisi, dan serial tontonan, tetapi juga merebaknya industri makanan cepat saji dan ritel seperti McD, KFC, Pizza Hut, Tops, Sears, Seven-Eleven, dlsb. Popularitas berbagai hal yang berbau Amerika pada generasi muda meningkat. Juga rantainya dijumpai pada kafe-kafe atau tongkrongan semacam Hard Rock Cafe dan Planet Hollywood di Jakarta. Masuknya pengaruh Barat ini semakin bertambah dan ditoleransi. Di dalam konsumerisme global, terlebih saat krisis, masyarakat mulai merasakan dampak negatif dari pasar global.<br /><br />Pola iklan kedua dari Kompas pada tahun seni dan budaya lebih bersifat verbal. Terdiri dari penampakan kekayaan budaya Indonesia, bahasa lokal, sastra, musik, dan tarian sebagai latar belakang dari budaya lokal ini. Salah satunya dengan penggambaran wayang orang, protagonis Gatotkaca ditampilkan dan diberi caption semangat, "Suatu saat wajah budaya kita bisa menyelamatkan kehormatan bangsa." Pernyataan ini menjelaskan bahwa tekanan globalisasi dan kompetisi bisnis semakin bertambah, dampaknya krisis moneter yang memberatkan rakyat. Menggarisbawahi iklan ini secara pasti mengkonseptualisasikan tentang seni dan budaya sebagai diskursus Orba. <br /><br />Dalam realita budaya, Soeharto juga mengelola penciptaan satuan idiom dan simbol dari budaya Jawa yang memperkuat kekuasaan dan status quo-nya. Memburuknya krisis, membuat media massa menjadi lebih berani dan jujur. Pada Maret 1997, majalah D&R yang memperkerjakan pada jurnalis dari pembredelan majalan Tempo, tampak dengan sampul yang menggambarkan Presiden Soeharto dalam kartu King of Spade. Di mana huruf K diganti P untuk Presiden. Peristiwa ini mengundang kemarahan dari pihak dalam Istana, yang menggambarkan bagaimana patriarkisme Jawa dijadikan senjata oleh Orba.<br /><br />Kontrasnya, ada perbedaan gestur simbolik dari Sultan Muda Yogyakarta kala itu, figur penting dari Jawa feodal. Dia menawarkan keratonnya sebagai tempat untuk unjuk rasa damai yang menuntut reformasi politik total pada 20 Mei 1998, sebelum Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya. Bahkan Sultan sendiri yang memimpin rapat umum tersebut. Tindakan Sultan ini dianggap merugikan Presiden yang selama ini sakit hati karena dikenal ingin memberikan loyal memberikan kepada Soeharto segala bentuk koneksi garis keturunan kerajaan.<br /><br />Era pos-Soeharto menjadi saksi naiknya kembali berbagai kelompok identitas etnis, agama, ideologi, dan kelompok kepentingan. Sehari setelah Soeharto lengser, sekelompok mahasiswa beridentitaskan Muslim melakukan konfrontasi menempati gedung MPR, mereka menolak Habibie sebagai presiden baru. Habibie sendiri merupakan mantan wakil presiden dan pimpinan ICMI, konfrontasi ini menyebabkan konflik.<br /><br />Kerusuhan Mei juga menjadi serial dari kekerasan massa yang secara terus menerus menggalakkan reformasi Indonesia setelah kejatuhan Soeharto. Di berbagai daerah terjadi konflik berdarah, termasuk di Jakarta. Salah satu yang menjadi korban adalah etnis Cina, di mana toko mereka dijadikan target sasaran. Selain penjarahan, juga pemerkosaan, penganiayaan, pembunuhan, kekerasan para perempuan dan gadis Cina. <br /><br />Diskursus dari pemukulan etnis Cina ini tidak hanya sebagai contoh dari psikologi kambing hitam di masa krisis, tetapi juga masalahnya berakar dari praktik penjajahan yang menggunakan Cina sebagai pengepul pajak dan penyangga penjajahan. Untuk mencegah kemungkinan kembalinya situasi politik seperti itu, Cina tidak memberanikan diri masuk ke dalam politik, militer, dan institusi negara. Mereka lebih memiliki berkonsentrasi pada sektor bisnis. Sementara, praktik kolusi oleh pemerintahan dan militer dari Cina difasilitasi oleh perlindungan, administrasi, dan perlakukan khusus. <br /><br />Salah satu foto di Kompas pada Januari 1998, juga menunjukkan bagaimana Soeharto menandatangani perjanjian dengan IMF dan disaksikan oleh Managing Director IMF Michel Camdessus dengan gestur berkacak pinggang. Ilmuwan politik Dewi Fortuna Anwar dalam kutipannya di New York Times mengatakan, "Bagaimana bisa presiden kita dipermalukan seperti itu? Indonesia adalah negara terhormat. Kita lebih memilih lapar dari pada menyerah pada tekanan dari luar."<br /><br />IMF merupakan sejenis uluran bantuan untuk mengatasi krisis ekonomi. Seminggu setelah sejarah penandatanganan persetujuan dengan IMF pertama kali, Kompas menerbitkan Iklan Layanan Masyarakat mendukung adanya badan penguatan ekonomi dan keamanan finansial. Iklan ini membandingkan kehidupan dengan medan pertempuran, dalam adegan itu digambarkan Indonesia sedang berjuang melawan badai krisis moneter dengan bantuan IMF dan teman-teman Indonesia.<br /><br />Menurut ekonom anti-IMF, Didi Rachbini, IMF merupakan masalah kedua Indonesia.<br /><br /><i>"The discourse of Indonesian cultural identity in this particular time of crisis evokes not only an interrogation of the boundary between what is inside and outside, but also the repressed feelings against the most sensitive, problematic sides of the national self: the Chinese, the New Order version of national identity, the military, the racial-ethnic-religious-gender configurations."</i><br /><br />Islamisasi McD pada kerusuhan Mei 1998 juga menceritakan jalinan antara yang global dan lokal. Tampak bagaimana McD yang berbasis di Jakarta berusaha diakuisisi oleh sekelompok komunitas Muslim dengan mengatakan jika toko itu dimiliki oleh Muslim dan pribumi. <br /><br />Budianta, Melani. "Discourse of cultural identity in Indonesia during the 1997–1998 monetary crisis." <i>The Inter-Asia Cultural Studies Reader.</i> Routledge, 2015. 507-522.<br /><br />Link: <a href="https://www.taylorfrancis.com/chapters/edit/10.4324/9780203960981-31/discourse-cultural-identity-indonesia-1997%E2%80%931998-monetary-crisis-melani-budianta">https://www.taylorfrancis.com/chapters/edit/10.4324/9780203960981-31/discourse-cultural-identity-indonesia-1997%E2%80%931998-monetary-crisis-melani-budianta</a> <br /><br /><b>PROFIL SCHOLAR:</b><br /><br />Melani Budianta (Tan Tjiok Sien) merupakan akademikus Indonesia kelahiran Malang, 16 Mei 1954. Dia merupakan pengajar di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia (UI). Melani memperoleh gelar Sarjana dari Fakultas Sastra UI (1979), lalu Master di bidang Kajian Amerika dari Universitas Southern California (1981). Kemudian mendapat gelar Ph.D dari jurusan Sastra Inggris, Universitas Cornell (1992). Minat penelitiannya terkait teori poskolonial, gender, dan kajian budaya. Berbagai penelitiannya terkait tema tersebut telah diterbitkan di jurnal Indonesia maupun internasional. <br /><br />#31daysofindonesianscholars #melanibudianta #culturalidentity #indonesia #monetarycrisis #soeharto #1998<br /></p>Isma Swastiningrumhttp://www.blogger.com/profile/05536645550639669153noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3466970969743762424.post-51910748660709235872024-03-15T13:44:00.002+07:002024-03-15T13:44:15.570+07:00The Development of "Development" - Ariel Heryanto<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhci7iRYasbmnGuq5FCWrbgGI4IBaMGO7m5RP75T8h2VmQa5n53uHrmjzxq4YURP8oWx4BYZkOAA31I3oieBVruJlzoaXMcwVLRZNGlqqCjJi_fLdkh_FNOZ8dNSByL4f6NcihsmdIyExM782n3mk2DobgKuCN2off4vAJKHgfE83SUfdYTGrH7h6WyZC8/s1080/1.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1080" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhci7iRYasbmnGuq5FCWrbgGI4IBaMGO7m5RP75T8h2VmQa5n53uHrmjzxq4YURP8oWx4BYZkOAA31I3oieBVruJlzoaXMcwVLRZNGlqqCjJi_fLdkh_FNOZ8dNSByL4f6NcihsmdIyExM782n3mk2DobgKuCN2off4vAJKHgfE83SUfdYTGrH7h6WyZC8/s320/1.png" width="320" /></a></div><p>Mendekati akhir abad kedua puluh, mayoritas kita yang telah bersekolah membiasakan diri melihat matahari terbit dari arah timur setiap pagi. Kita juga mempercayai penglihatan kita, meskipun matahari tidak pernah terbit di horizon lagi. Persepsi kita ditipu oleh rotasi bumi, meskipun matahari terbit setiap pagi. Ini bukan berarti kita tidak sadar terkait fakta ini. <br /><br />Daya hidup dan daya tipu rotasi bumi adalah sebesar daya hidup dan daya tipu dari kata-kata yang ada di dalam bahasa yang kita gunakan sehari-hari. Perbedaannya adalah, tak seperti kata, rotasi bumi bukan merupakan produk dari buruh manusia. Dalam beberapa dekade terakhir, negara Indonesia tidak hanya dibangunkan oleh matahari yang terbit, tetapi juga oleh kata "pembangunan". Sebagaimana matahari, pembangunan tampak sebagai sesuatu yang tak dapat dielakkan.<br /><br />Kata "pembangunan" termasuk bahasa lintas negara. Sepadan dengan berbagai bahasa dari berbagai negara dan tradisi, pembangunan dianggap sebagai kerja besar dalam hidup manusia. Sebagaimana rotasi bumi, kata ini memberi daya hidup dan daya kerja kepada jutaan manusia. Pembangunan mempunyai kekuatan luar biasa untuk menipu dan jarang dipahami oleh orang-orang yang hidup di dalamnya. <br /><br /><i>"They believe what they "see", and with various methods, styles, attitudes, and purposes, they immerse themselves in Development."</i><br /><br />Sudah tidak terhitung berapa banyak pidato, buku, seminar, dan berbagai macam propaganda, yang menggunakan tema "pembangunan". Barangkali juga tidak sedikit lagu, drama, slogan iklan, yang ditulis dengan bahasa yang bernada "matahari terbit dari timur" merupakan "kebenaran universal". Juga sudah tak terhitung banyak persetujuan serta keputusan ekonomi-politik muncul dari diskusi beragam dari pembangunan. Pembangunan tidak hanya dikoleksi, didistribusi, tetap juga dikonstruk, dipelihara, dan dibela. Sementara, hutan, lembah, sungai, laut, udara, kota, dan desa secara masif dirusak atas nama "pembangunan". Buruh dieksploitasi untuk "pembangunan". Segala bentuk pemahaman, penghormatan, kecantikan, dan gaya hidup dalam sistem relasi manusia secara masif berubah oleh program yang disebut "pembangunan".<br /><br />Sebab inilah, istilah "realitas" dan "ilusi" itu nyata, dan realitas ada di dalam ilusi. Jelasnya, pembangunan tidak mencakup segala sesuatu di bumi pada hari ini, tetapi ini telah menjadi salah satu fokus perhatian terbesar bagi penduduk planet. Program pembangunan selalu berhubungan dengan penekanan mayoritas manusia, seperti pertumbuhan populasi dan kepadatan, kelaparan dan kemiskinan, lapangan pekerjaan, sumber daya manusia, industri, organisasi pemerintah, teknologi, dan militer. Masalahnya bukan saja pada ilusi itu sendiri, melainkan masalah real, material, dan objektif yang ada di luar pemahaman manusia, melebihi pemikiran dan bahasa sehari-hari. Jadi masalah ini tidak lepas dari identifikasi, pengamatan, interpretasi, dan signifikansi.<br /><br />Sistem interpretatif yang menyebut "budaya" dan "bahasa", sebagaimana yang dinyatakan oleh Raymond Williams, dapat dipahami sebagai salah satu bagian penting dari sistem. Tanpa sistem ini, tidak ada realitas yang menjadi dipermasalahkan atau dipertanyakan. Dalam bahasa kontemporer kita, term ini memiliki karakteristik material, dan tampak sebagai masalah "pembangunan". Tanpa kata ini pun, atas masalah material, dapat disusun di dalam pikiran kita dan dikerjakan secara praktis dengan bentuk atau konten yang berbeda. Hilangnya kata "pembangunan" akan merobohkan bagian penting dari realitas yang saat ini dibentuk dari kata ini, dan tidak dapat diganti dengan kata lainnya.<br /><br />Sistem budaya/pengetahuan/bahasa ini tidak jatuh dari langit dan tidak diciptakan sebagai peristiwa alam. Sistem dibentuk oleh dan pada waktu yang sama membentuk manusia dan lingkungan sosial mereka di dalam sejarah yang terus berubah dan berlanjut. Sejauh yang Ariel pelajari, bidang yang disebut sebagai "Studi Pembangunan" dan "Studi Bahasa" tidak secara langsung menjadi perhatian. Ini juga berarti tidak dilihat sebagai concern yang serius. Kebanyakan diskusi pembangunan merupakan jalan yang membawa aspek fiktif dan tidak jelas secara pendefinisian.<br /><br />Denis Goulet, contohnya, mendiskusikan pembangunan sebagai pembebasan sejak awal 1970an. Lalu, Ivan Illich sebagai salah satu pengkritik utama telah menyerang citra dan penggunaan istilah "pembangunan". Dia menguji sejarah hegemoni Barat dan kemunculannya sebagai bagian dari perlengkapan kekuasaan Barat ke berbagai negara. HW Arndt sendiri secara metodis menggunakan "pembangunan ekonomi" untuk menjelaskan terkait negara persemakmuran. Di Indonesia sendiri, definisi "pembangunan" jauh dari pendiskusian. Buku dari Taliziduhu Ndraha contohnya, secara membosankan dan panjang menjelaskan terkait berbagai pengertian terkait pembangunan, termasuk yang diambil dari istilah "Development". Pembangunan sendiri merupakan bagian dari aktivitas kompetitif, meskipun beberapa pembangunan terlihat untuk melindungi budaya tidak seimbang dari kompetisi antara Barat dan Timur, Utara dan Selatan, Kaya dan Miskin.<br /><br />Di Indonesia, Studi Pembangunan tidak bisa dikatakan kurang mendiskusikan terkait budaya, meskipun mayoritas beranggapan bahwa pembangunan di Indonesia berorientasi terhadap (pertumbuhan) ekonomi. Seperti Arief Budiman telah menyuarakan kritiknya sejak 1976. Dalam opininya, Arief mengkritik para intelektual Indonesia, diperdaya oleh teori modernisasi, memiliki begitu banyak tekanan yang datang dari faktor budaya dan spiritual dalam membahas terkait pembangunan, sementara ahli ekonomi hanya berpikir secara teknis saja. Arief meneruskan kritiknya terhadap model pembangunan yang beroperasi di Indonesia dan studi pembangunan oleh koleganya yang menggunakan pendekatan "struktural" Marxist.<br /><br />Pembangunan berulang-ulang dipelajari dan tampak sangat radikal, tetapi tanpa perspektif dialektik "Pembangunan" dan Pembangunan. Sebab yang lebih nyata dalam keseharian adalah Pembangunan sebagai sistem ekonomi atau nilai budaya, meskipun budaya dan ekonomi adalah sesuatu yang konkret atau tidak hanya satu sasaran. Sementara, di dalam istilah "Pembangunan" hari ini, biasanya dipahami sebagai relasi terhadap modernisasi, pertumbuhan ekonomi, dan industrialisasi.<br /><br />Menurut Ariel, "kekalahan" bekas daerah koloni seperti Indonesia dalam konfrontasinya di luar angkatan bersenjata tidak bisa dilepaskan dari "kekalahan" atau "kebingungan" dari bahasa dan dunia yang dibentuk oleh bahasa. Robohnya tradisi lama dari diskursus tidak bisa diganti dengan tradisi baru secara cukup efektif untuk merespons tantangan. Apakah bahasa "Pembangunan" adalah ilustrasi dari fenomena yang muncul dari tren tersebut. <br /><br />Pembangunan juga bukan realitas yang eksis melampaui bahasa, di mana bahasa tidak hanya sebagai instrumen untuk mendiskusikan dan memberi nama bagi realitas di luar dirinya. Pembangunan tidak berhubungan dengan sejarah bahasa, atau tidak bebas dari sejarah "Pembangunan" itu sendiri.<br /><br />Berikutnya, Ariel menjelaskan terkait biografi "Pembangunan". Setiap kata memiliki sejarah sosial, meski tidak semua kata memiliki makna yang sama pentingnya dalam kehidupan sosial. Kata "Pembangunan" hari ini di Indonesia tidak hanya menjadi apa yang disebut Raymond William sebagai kata kunci, tetapi juga menjadi dua kata kunci paling penting selain Pancasila, yang secara signifikan merupakan bentuk dari pemikiran. <br /><br />Kata "Pembangunan" relatif baru di Indonesia. Namun dalam sejarahnya, maknanya terjadi di zaman modern, dan secara dasar merujuk pada realitas sosial yang modern dan kontemporer. Diturunkan pula dari akar katanya "bangun".<br /><br />"Pembangunan" hanya digunakan untuk merujuk masyarakat kontemporer atau awal abad ini, dan lebih spesifik merujuk pada periode berakhir Perang Dunia II dan kemerdekaan berbagai negara.<br /><br />Sementara itu, sejarah Pembangunan di Indonesia, terlebih saat era Orde Baru (Orba) telah dimulai sejak lahirnya REPELITA (Rencana Pembangunan Lima Tahun) pertama pada tahun 1969.<br /><br />Kata "pembangunan" digunakan secara berulang pada diskursus polemik kebudayaan pada tahun 1930an. Beberapa figurnya seperti Sutan Takdir Alisjahbana, yang secara berulang menggunakan istilah "pembangunan" dan "membangunkan". Dia secara langsung mempublikasikan sebuah majalah ilustrasi (madjallah-dobel L) yang didasarkan pada demokrasi dan pembangunan manusia dengan judul Pembangoenan. Jika ada nominasi Bapak Pencetus Ide Pembangunan, STA bisa dinominasikan. Konteks pertumbuhan dari pemikiran nasional ini, yang menjadi dasar dari pengertian "pembangunan" di antaranya: membangkitkan, mengadakan, menciptakan, memperbaharui, cara hidup masyarakat yang awalnya terjajah. Spirit ini juga ada dalam lagu kebangsaan "Indonesia Raya" dengan lirik "bangunlah jiwanya, bangunlah badannya".<br /><br />Namun harus dicatat, "Pembangunan" di masa Orba oleh Soeharto, tidak sama dengan "Pembangoenan" yang dibahas oleh STA dalam Polemik Kebudayaan. Di masa Orba lekat dengan konsep “Bapakisme” yang menghirarkikan hubungan keluarga, siapa pemimpin, dan siapa anak buah.<br /><br />Soekarno lebih dikenal karena revolusinya (Pemimpin Besar Revolusi), sedangkan Soeharto karena pembangunannya (Bapak Pembangunan). Di masa Soeharto pun, semua kabinet di masa itu disebut dengan Kabinet Pembangunan.<br /><br />Ketidakseimbangan yang terjadi antara negara kuat dan lemah juga berhubungan dengan relasi kelompok sosial, termasuk interaksi antar-negara sehingga berkembanglah istilah "negara berkembang", yang faktanya tampak sangat jelas masuk ke dalam kategori negara lemah.<br /><br />Secara dialektik, kata berkembang ini relatif memberi implikasi yang penting. Secara akar kata, berawal dari "kembang", merupakan proses alami tanaman dari benih hingga menjadi bunga, sehingga cukup menjadi tanaman dewasa. <br /><br />Meski secara fundamental, "pembangunan" tidak merujuk pada proses alami, tapi proses yang mesinisasi, dengan orientasi produk artifisial sebagai hasilnya. Dalam pemikiran Marxist, "pembangunan" merupakan nominalisasi dari kata kerja transitif, kedua "pembangunan" merupakan nominalisasi dari kata kerja intransitif. <br /><br />Tentu, fenomena ini tidak bisa direduksi hanya dengan penjelasan yang bersifat gramatikal.<br /><br />Dari diskusi di atas, bisa disimpulkan:<br />1. Ada citra baru terkait Pembangunan yang diglorifikasi sejak sejarah kelahirannya di Indonesia. <br />2. Di dalam proses Pembangunan, ada hak khusus dan terlegitimasi yang diberikan oleh pihak yang merencanakan, mengontrol, dan menikmati buah dari Pembangunan.<br />3. Berkebalikkan dengan "perkembangan" yang berhubungan dengan proses alami, Pembangunan bersifat merusak alam sebagai sumber daya material dan bahan mentah. <br />4. Masih berhubungan dengan hal-hal seperti "membangun rumah", Pembangunan nasional menunjukkan pencepataan dari penciptaan bangunan fisik. <br /><br /><i>"Pembangunan" is not only an important product of the process of Pembangunan. "Pembangunan" is a core element and source of energy for the practice of Pembangunan."</i><br /><br /><b>ABSTRAK:</b><br /><br />Tulisan The Development of “Development” merupakan esai yang ditulis oleh Ariel Heryanto dari judul asli “Pembangunan” dan Pembangunan, serta diterjemahkan oleh Nancy Lutz.<br /><br />Heryanto, Ariel, and Nancy Lutz. "The development of" Development"." <i>Indonesia</i> 46 (1988): 1-24.<br /><br />Link: <a href="https://www.jstor.org/stable/3351042">https://www.jstor.org/stable/3351042</a> <br /><br />#31daysofindonesianscholars #arielheryanto #nancylutz #development<br /><br /><b>PROFIL SCHOLAR:</b><br /><br />Ariel Heryanto merupakan akademisi yang lahir di Malang pada tahun 1954. menyelesaikan pendidikan doktor Antropologi di Universitas Monash Australia (1994). Saat ini menjabat sebagai Direktur Monash Herb Feith Indonesia Engagement Centre di Monash University. Sebelumnya juga menjadi Ketua Pusat Kajian Asia Tenggara di Australian National University (ANU). Buku-bukunya yang penting untuk dibaca <i>"Identitas dan Kenikmatan"</i> (2015) dan <i>"Perlawanan dalam Kepatuhan: Esai-Esai Budaya"</i> (2000). Tulisan beliau lainnya bisa diakses di laman: <i>arielheryanto.com</i>. <br /></p>Isma Swastiningrumhttp://www.blogger.com/profile/05536645550639669153noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3466970969743762424.post-42067938190121484522024-03-14T23:31:00.004+07:002024-03-14T23:34:16.529+07:00Cosmopolitan Whiteness - L. Ayu Saraswati<p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBFgoZIOtECYFEUHDt5YanwnstZbBruZiwUcrDbPphNaH4s4DRVv7fXUDm-GoWcTpuIPkRzwIL-TAmR1xRCNHnHJqQvwg0mjPY40p4JOehVAKipuBS3NF4ELdfMqSKG1EIDc8tZi-1JEccIvtDX8f2U-T0d9Hz7yPmyaDor7sazu7dr3Q7XFDbZClJhZA/s1080/1.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1080" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBFgoZIOtECYFEUHDt5YanwnstZbBruZiwUcrDbPphNaH4s4DRVv7fXUDm-GoWcTpuIPkRzwIL-TAmR1xRCNHnHJqQvwg0mjPY40p4JOehVAKipuBS3NF4ELdfMqSKG1EIDc8tZi-1JEccIvtDX8f2U-T0d9Hz7yPmyaDor7sazu7dr3Q7XFDbZClJhZA/s320/1.png" width="320" /></a></div><p>Iklan pemutih kulit mendominasi lanskap majalah di Indonesia. Seringkali, iklan pemutih itu tampak di bagian paling depan, seperti pada edisi Juni 2006 pada majalah wanita Cosmopolitan. Di sana nampak sosok Estee Lauder dengan konsep iklan "Cyber White"-nya. Mengikuti isu tersebut, pada Juli 2006, juga ada slogan "Skin of Innocence" yang menampakkan produk pemutih Kose Sekkisei di bagian sampul. Keduanya tidak menggunakan model Indonesia, dan menggunakan model dari perempuan yang berbeda ras, dengan fitur wajah yang juga berbeda. <br /><br />Ini membuat Ayu bertanya: Putih yang seperti apa yang dipasarkan secara transnasional pada majalah wanita seperti Cosmopolitan Indonesia?<br /><br />Studi yang berkaitan dengan fenomena kulit putih di berbagai negara berada di bawah asumsi putih yang berkaitan dengan etnis, ras, biologis, sosial, dan penanda visual. Misalnya ketika akademisi kajian budaya Radhika Parameswaran dan jurnalis Kavitha Cordoza menyatakan bahwa iklan pemutih dalam media kontemporer di India menyamakan "putih" dengan masyarakat ras Kaukasia. Term "posisi subjek yang memiliki privilese putih" juga menunjukkan asumsi yang sama, jika putih ini diasumsikan sama dengan putih rasial khas kaukasia. Studi penting lainnya dalam politik rasial kecantikan, menunjukkan pada putihnya ras Kaukasia sebagai bingkai utama. <br /><br />Dalam jurnal ini, Ayu meneliti arti pemutih kulit dalam majalah Cosmopolitan yang terbit antara bulan Juni, Juli, dan Agustus (2006-2008). Dia berpendapat, di masa kontemporer sekarang ini apa yang disebut "putih kosmopolitan" tengah dipasarkan melalui iklan produk pemutih. Dia menunjukkan putih ketika merepresentasikan kualitas kosmopolitan berupa mobilitas transnasional. Iklan ini menggunakan afeksi untuk menunjukkan emosi, sekaligus memasukkan unsur sosialitas atau produktivitas sosial. Di sini, kualitas yang sifatnya afektif terkait kulit putih perempuan diproduksi, direpresentasikan, dan disirkulasikan.<br /><br />Ayu dalam artikel ini memikirkan ulang konsep putih melebihi batas rasial dan etnis. Pendefinisian ulang konsep putih kosmopolitan juga membuatnya sadar adanya aspek yang tidak sering didiskusikan: virtualitas. Virtualitas ini menduduki ruang antara yang nyata dan tidak nyata: maya. Putih adalah kualitas virtual, tidak nyata.<br /><br /><i>"This article anchors the analysis of skin-whitening advertisements in affect theories and cultural studies of emotion; in doing so, it aims to advance our understanding of the ways in which race, gender, and skin color are not only socially and visually constructed but also affectively, virtually, and transnationally constructed.”</i><br /><br />Dalam sesi selanjutnya, Ayu menjelaskan dua konteks esensial terkait studi ini. Pertama, menjelaskan sejarah singkat terkait kecantikan gender dan rasial di Indonesia. Kedua, mengenali politik sirkulasi transnasional majalah Cosmo dari Amerika Serikat ke Indonesia.<br /><br />Di Indonesia, negara dengan 300 grup etnis yang kecantikannya secara rasional dibedakan dari warna kulit dan diskursus gender, secara historis mengalami transnasionalisasi. Ini bisa dilihat dari literatur seperti Ramayana, bagaimana perempuan dengan kulit cerah menjadi norma kecantikan. Ini menunjukkan jika cantik itu putih merupakan konstruksi gagasan yang transnasional, khususnya dari India ke Indonesia, bukan karena kolonialisme Eropa. Konstruksi transnasional ini juga berlanjut pada masa penjajahan Belanda dan Jepang hingga hari ini.<br /><br />Standar cantik kulit putih meningkat melalui periode sejarah yang berbeda, sehingga tidak mengejutkan ketika produk pemutih kulit sangat populer di pasar kosmetik di Indonesia. Sampai-sampai BPOM turun tangan melarang bahan-bahan ilegal seperti merkuri dan hydroquinone, yang membuat iritasi kulit, hingga membuat kanker. BPOM juga pernah memusnahkan 1.002 produk pemutih yang mengandung bahan-bahan terlarang.<br /><br />Budaya populer Amerika Serikat dari film, majalah, dll, menjadi salah satu konsumsi transnasional yang sampai ke Indonesia. Adaptasinya bahkan gila-gilaan. Salah satunya terjadi pada majalah Cosmopolitan, majalah wanita transnasional di Indonesia. <br /><br />Majalah Cosmopolitan menjadi majalah transnasional populer dengan sirkulasi 139.000, dan ahli marketing Hermawan Kartajaya mengapresiasi prestasi majalah ini di tengah dominasi budaya maskulin. Majalah ini berisi berkisar 50 halaman dengan seleksi model pada sampulnya. Nama majalah ini sendiri merujuk pada konsep kosmopolitan, sebagaimana yang dijelaskan Bruce Robbins: "kata kosmopolitan. . . membangkitkan gambaran orang yang memiliki hak istimewa: seseorang yang dapat mengaku sebagai ‘warga dunia’ berdasarkan cara yang mandiri, selera yang mahal, dan gaya hidup yang menjelajahi dunia.”<br /><br />Menurut pembacaan dekat yang dilakukan Ayu, iklan produk pemutih yang diterbitkan dari 2006-2008 bersifat transnasional dan kosmopolitan. Semua iklan pemutih merupakan brand transnasional (seperti Dior, SK-II, Laneige, SkinWhite, Nivea, Pond's), kecuali produk-produk lokal seperti Citra, Viva, dll. Modelnya pun juga non-Indonesia, seperti Choi Ji Woo, Sammi Cheng, Ploy Chermarn, dan menariknya, orang-orang Kaukasia malah tidak dimasukkan. Ini menunjukkan jika model putih Kaukasia tidak cocok dengan kualifikasi cantiknya Asia. Iklan juga menggunakan bahasa Inggris untuk labelnya, yang mana hal ini menunjukkan superioritas. <br /><br /><i>"Whiteness here is not simply coded as embodying specific biological features or originating from a specific place, let alone “race,” but also as involving feelings of cosmopolitanness."</i><br /><br />Dalam jantung iklan, terbesit kebohongan budaya melalui narasi-narasi bahagia dengan mengonsumsi produk tertentu. Emosi memerankan peran signifikan dalam membantu konsumen membuat pilihannya. Dalam iklan produk pemutih, kebahagiaan ditawarkan melalui jalan praktik pemutihan. Termasuk konsep "Cyber White", "White Innocence", dan "Flawless". Padahal semua tidak nyata, terutama di zaman Photoshop, ketika warna hanya menjadi pilihan. <br /><br />Selain itu, Ayu menekankan, “facialisasi” tidak hanya mengungkapkan bagaimana wajah diistimewakan dan diproduksi secara sosial untuk memproyeksikan berbagai hubungan sosial kekuatan di mana proses facialisasi ini terlibat, ia juga membentuk bagaimana perasaan kita terhadap wanita dengan wajah rasis dan “kulit berwarna” tertentu. <br /><br /><i>"I further argue that the freedom to move transnationally involves proximity to whiteness—and this is the essence of a non-essentialist, “virtual,” cosmopolitan whiteness."</i><br /><br /><b>ABSTRAK:</b><br /><br />Popularitas kulit putih membuat banyak perempuan memiliki hasrat untuk menyamai atau melebihi ras kulit putih itu sendiri. Yang lainnya menganggap, praktik pemutihan sebagai cara kerja hirarki warna kulit yang dirasialisasikan dan merupakan bagian dari hegemoni Eropa/Eropa-Amerika baik dalam konteks lokal maupun global. <br /><br />Artikel ini mematahkan pendapat teoritis mapan, bahwa hasrat untuk memutihkan tidak sama dengan hasrat putihnya orang-orang Kaukasia. Kemunculan iklan terkait produk pemutih kulit di Indonesia melalui majalah Cosmopolitan, dan produk penyamakan kulit di Amerika dalam versi Cosmopolitan, penulis menemukan konstruksi dari pemutihan kosmopolitan. Pemutihan tidak sesederhana soal rasialitas dan nasionalitas, tetapi transnasional. Pemutihan ditunjukkan sebagai "kosmopolitan", menyatu dengan mobilitas transnasional.<br /><br />Saraswati, L. Ayu. "Cosmopolitan whiteness: The effects and affects of skin-whitening advertisements in a transnational women’s magazine in Indonesia." <i>Meridians</i> 19.S1 (2020): 363-388.<br /><br />Link: <a href="https://read.dukeupress.edu/meridians/article-abstract/19/S1/363/167559/Cosmopolitan-WhitenessThe-Effects-and-Affects-of">https://read.dukeupress.edu/meridians/article-abstract/19/S1/363/167559/Cosmopolitan-WhitenessThe-Effects-and-Affects-of</a></p><p><b>PROFIL SCHOLAR:</b></p><p>L. Ayu Saraswati merupakan profesor di bidang studi perempuan, gender, dan seksualitas di Universitas Hawai`i, Manoa, USA. Gelar Ph.D diperolehnya dari Universitas Maryland. Dia juga menulis buku <i>"Putih: Warna Kulit, Ras, dan Kecantikan di Indonesia"</i> (2017) dan <i>"Scarred: A Feminist Journey Through Pain" </i>(2013). Ayu ingin mengajak perempuan untuk lebih mencintai diri sendiri. <br /><br />#31daysofindonesianscholars #layusaraswati #skinwhitening #selflove #advertisement #women #magazine</p><p></p>Isma Swastiningrumhttp://www.blogger.com/profile/05536645550639669153noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3466970969743762424.post-71343926863775059762024-03-13T17:40:00.003+07:002024-03-13T17:40:09.729+07:00Indonesia's Original Sin: Mass Killings and Capitalist Expansion, 1965-66 - Hilmar Farid<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjb2TBnDegSU5rQa3mtOz-siePR0Q8eB43kP2SNMf0hzBL4xGLQx81bKRD2ghpkwUT7TdgIqPJAOxafAk6LwoZkzxfxOnNG9wFf305FZHl0bHI1c3N-tKvxpOfZUzAD7Js5XHQk5zr8ZeZQf-w9xkeju5AXH-1GSsOr0ICdXwo4lIWAEThyphenhyphen7SB42l25QQY/s1080/1.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1080" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjb2TBnDegSU5rQa3mtOz-siePR0Q8eB43kP2SNMf0hzBL4xGLQx81bKRD2ghpkwUT7TdgIqPJAOxafAk6LwoZkzxfxOnNG9wFf305FZHl0bHI1c3N-tKvxpOfZUzAD7Js5XHQk5zr8ZeZQf-w9xkeju5AXH-1GSsOr0ICdXwo4lIWAEThyphenhyphen7SB42l25QQY/s320/1.png" width="320" /></a></div><p>Di dalam buku-buku sejarah rezim Soeharto, pembunuhan setengah juta anggota dan simpatisan Partai Komunis Indonesia (PKI) dan gerakan kiri pada tahun 1965-66 dianggap sebagai agenda di luar rencana. Pembunuhan pentingnya saat itu sebenarnya mengacu pada pembunuhan enam jenderal dan letnan tentara di Lubang Buaya pada 1 Oktober 1965. Hingga saat ini, rezim memperingati pembunuhan ini setiap tahun dengan sebutan Hari Kesaktian Pancasila. Menggunakan wahana buku teks, film, dan perjalanan lapangan ke museum, rezim mencoba membikin masyarakat berterima kasih bahwa Soeharto telah merebut kekuasaan untuk menyelamatkan negara dari tindakan kecurangan dan pengkhianatan. Buku propaganda komprehensif ditulis oleh tentara-sejarawan Nugroho Notosusanto dan jaksa penuntut umum, Ismail Saleh. Keduanya mengubah pembunuhan massal sebagai "pemberontakan" dan militer itu sendiri bahkan dianggap tidak berhubungan dengan pembunuhan tersebut.<br /><br />Yang cukup mengejutkan, banyak akademisi yang tidak mempunyai kepentingan khusus dalam mendukung rezim tersebut, mendukung klaim mereka bahwa pembunuhan tersebut disebabkan oleh konflik yang sudah berlangsung lama di antara warga sipil. Iwan Gardono Sujatmiko (1992) barangkali menjadi penulis Indonesia pertama yang menulis disertasi terkait pembunuhan massal. Dia menyimpulkan bahwa pembunuhan massal itu tak terelakkan sejak PKI kehilangan arah yang salah, saat partai itu menjadi musuh rakyat. Antropolog Clifford Geertz (1995) juga berpendapat dalam memoarnya bahwa pembunuhan itu bukanlah hasil dari kekerasan negara. Kejatuhan Soeharto pada tahun 1998 dan banjirnya buku sejarah baru tidak menjurus pada kebangkitan yang serius terkait pembunuhan tersebut. Hermawan Sulistyo (2000) dalam bukunya terkait pembunuhan massa di Jawa Timur, kembali pada garis rezim Soeharto: hal ini merupakan "konsekuensi logis" dari konflik pahit yang sudah ada sebelumnya antara PKI dan partai politik saingannya.<br /><br />Dalam sesi pertama esai ini, Hilmar berargumen bahwa pembunuhan massal mewakili suatu kasus vertikal yang berhubungan dengan kekerasan birokratik. Dia merasa perlu menuliskan outline ini singkat sejak banyak scholar Indonesia yang bahkan berhubungan dengan reformasi anti-Soeharto, yang secara absurd menjelaskan jika pembunuhan massal sifatnya horizontal, spontan, dan tergesa-gesa. Kebaruan yang dia tawarkan di sesi pertama, terpisah dari wawancara oral dengan mantan anggota PKI, adalah analisis pembunuhan massal sebagai kasus dari kekerasan birokratik, yang dibuat seolah-olah seperti kekerasan yang bersifat spontan. Sesi kedua, berkonsentrasi pada pembunuhan massal sebagai dasar pertumbuhan kapitalisme di Indonesia. Dia mengubah pandangan pembunuhan dari awalnya narasi masyarakat yang primitif menjadi akumulasi primitif.<br /><br /><i>"The mass killings and arrests, the expropriation of people from their houses and lands, and the elimination of working-class political formations, were integral parts of an economic strategy of the clique of army officers who were seizing state power."</i><br /><br />Dengan tekanan dari perusahaan tambang dan perkebunan, hubungan antara represi politik dan strategi ekonomi akan terlihat jelas. Soeharto dan tentara sekutunya mengorkestrasikan represi dan tekanan dengan perebutan kekuasaan, mempromosikan pertumbuhan kapitalis, dan menguatkan ekonomi Indonesia pada Barat (melawan program anti-imperialisme) yang digagas oleh Soekarno. Mereka merencanakan adanya utang luar negeri dan investasi dari Barat. Kemudian rakyat dipisahkan dari sarana produksi dan subsistensinya.<br /><br />Negara militer yang dihasilkan dari perluasan teror kampanye mengabdikan dirinya untuk mempromosikan kepentingan domestik dan modal asing. Semenjak negara militer Soeharto sepenuhnya tergantung kepada bantuan asing (hingga akhirnya mengalami overdosis pada akhir 1990an), pertumbuhan ekonomi kemudian menjadi legitimasi yang mengharmonisasikan kepentingan itu dengan modal. Ini bisa dipahami dalam berbagai literatur, jika ekonomi-politik Indonesia di bawah rezim Orde Baru secara radikal berubah dari masa ekonomi zaman Soekarno. Richard Robison (1986) mencatat, ekspansi kapitalisme setelah pertengahan 1960an memungkinkan kemenangan politik militer dari PKI dan rezim Soekarno. Kapitalisme di sini tidak hanya dilihat sebagai masalah kaum borjuis, atau melihat kelas pekerja yang bekerja di pabrik untuk mendapatkan gaji, tetapi mengikuti Marx sendiri, kapital sebagai relasi sosial yang melibatkan pembentukan kelas pekerja dan reproduksinya tahun ke tahun sebagai sebuah populasi yang bekerja di bawah komando mereka yang mengendalikan kapital.<br /><br />Pada minggu-minggu setelah G30S, Soeharto dan kroninya di tentara mampu melakukan pengorganisasian efektif, teror negara karena mereka telah mengontrol seluruh tentara dengan dukungan material dari asing, khususnya Amerika Serikat (AS). Setelah Soeharto mendapatkan mandat dari Soekarno pada 1 Oktober, untuk membawa restorasi dan keamanan, maka yang sebenarnya terjadi yaitu pergantian hampir semua pemimpin puncak dalam tentara dan militer di luar Jakarta. Dia merancang tim investigasi di setiap tingkat militer untuk menahan personel militer yang terdeteksi berhubungan dengan G30S. Target pertamanya adalah dua batalion tentara, pasukan tentara, anggota Angkatan Laut, Angkatan Udara, yang dianggap sebagai loyalis Soekarno. Soeharto juga mengendalikan media dengan mengambil alih stasiun radio, menutup koran-koran dan penerbitan. Bahkan di Antara, ratusan jurnalis dipecat dan dipenjara. <br /><br />Kelompok Soeharto menggunakan kuasanya terhadap media untuk mempromosikan citra PKI sebagai binatang buas. Media menyirkulasikan kisah terkait kekerasan sadir para jenderal di Lubang Buaya, termasuk pencukilan mata, mutilasi kelamin, hingga kesenangan orgiastik (gila) yang menimbulkan rasa sakit. Kampanye teror Soeharto didesain tidak hanya untuk membuat masyarakat membenci PKI, tetapi juga merasa diancam oleh mereka. Di berbagai daerah Indonesia, tentara mendeklarasikan bahwa telah menemukan daftar PKI yang akan dieksekusi, yang bahkan mereka tidak ada hubungannya dengan politik komunis. Media memberitakannya secara sensasional dan terpabrikisasi.<br /><br />Alih-alih mengkonsolidasikan kekuatan untuk meraih kekuasaan sebagaimana propaganda militer, pimpinan dan anggota PKI serta organisasi massa lainnya yang berhaluan kiri menjadi pasif dan bingung kala itu. Mereka bahkan tidak sadar apa yang terjadi dan diambil dari peristiwa I Oktober. Anggota dan pendukung biasa dari organisasi kiri juga bahkan tidak yakin dan bingung, tak tahu apa yang mesti dilakukan. Kondisi menjadi mencekam, ada jam malam, orang-orang mencoba menyelamatkan diri masing-masing. Beberapa kembali ke kampung, dan beberapa tetap bertahan. Situasi yang jelas adalah tak adanya kader atau anggota gerakan kiri yang siap membuat konfrontasi dengan militer. Kemudian, bagaimana Gerwani, CC-PKI, BTI, dihancurkan.<br /><br /><i>"It is often noted that every large-scale killing is preceded by a dehumanization of the victims."</i><br /><br />Komunis Indonesia didehumanisasi sehingga publik tidak melihat komunis sebagai kawan rakyat, tetapi hanyalah para iblis yang membawa pada ateisme dan sadisisme. Anggota PKI adalah pembunuh bahaya dan siap untuk dibunuh. Namun, poin yang perlu dikenali adalah, atmosfer dan situasi ini dihasilkan oleh militer. Konflik sosial sebenarnya terdiri dari serangan unilateral. Anggota dari partai dan gerakan organisasi kiri menawarkan secara fisik tanpa perlawanan untuk melawan kantor dan rumah mereka. <br /><br />Militer Indonesia mengorganisasikan paramiliter, kelompok warga negara yang berpartisipasi pada kampanye teror. Militer memobilisasi kelompok pemuda non-komunis di seluruh Indonesia untuk melawan kekerasan yang berhubungan dengan PKI. Publik figur yang berasal dari organisasi Muslim seperti Ansor (sayap kanan NU), meminimalisasi konfrontasi yang terjadi antara PKI dan tentara. Masuknya paramiliter dan organisasi masyarakat ini membingungkan beberapa akademisi, karena kurangnya sumber. Sementara kelompok ahistoris menganggap memang sudah naturalnya rakyat melawan konflik dengan kekerasan. Ini tidak hanya salah, tapi juga menyesatkan, karena mengganggu pandangan kita dari aktor penting pada kekerasan 1965-66, salah satunya militer.<br /><br />Ketika melihat secara lebih dekat peristiwa 1965-66, bagaimana di daerah-daerah seperti Sumatra Utara militer mulai memprovokasi kelompok pemuda non-komunis untuk menyerang pendukung PKI dengan mengatakan bahwa PKI akan membunuh mereka. Di Jawa Tengah juga demikian. Di berbagai kesempatan, mereka yang tidak mengikuti gerakan melawan PKI dianggap sebagai pendukung PKI dan akan menjadi korban mereka sendiri. Dari wawancara Hilmar dengan mereka yang telah ditahan, korban ada yang mengaku "dibon", yakni daftar nama yang digunakan untuk mengeluarkan mereka dari penjara kemudian dibunuh di suatu tempat. Bahkan korbannya tidak tahu apa salah mereka, dan dipaksa bersumpah ini dan itu. <br /><br />Bingkai umum yang sering digunakan dalam memahami pemusnahan massal 65 adalah diskursus Hak Asasi Manusia (HAM). Menggunakan instrumen hukum HAM sebagai parameter, sayangnya ada blindspot nyata hubungannya dengan negara atau kekerasan militer terhadap perjuangan ekonomi. Pembunuhan yang terjadi di perkebunan di Sumatra Utara, lebih dari kekerasan terhadap HAM, juga bagaimana pekerja direduksi kehendaknya, kapasitasnya untuk melawan pemilik perkebunan. <br /><br />Di sini Hilmar menegaskan, akumulasi primitif harus dipahami sebagai sesuatu yang, selain menjadi titik awal kapitalisme, juga kembali lagi dan lagi, sebagai landasan atau prasyarat dasar yang diperlukan untuk tahapan akumulasi kapital selanjutnya. Ini terulang kembali secara khusus ketika krisis. Pemisahan produsen dari alat produksi dan penghidupannya merupakan ciri penting akumulasi primitif melalui kekuatan ekonomi ekstra secara langsung, khususnya yang terjadi pada tingkat negara. Ini bisa dilihat bagaimana Jawa sepanjang penjajahan ketika tanah dan sumber daya dirampas dari rakyat, pajak dipertinggi, dan membuat rakyat menjadi orang yang tak memiliki tanah. <br /><br /><i>“Here, I do not want to delve into the question on the origins of capitalism in Indonesia and the creation of a proletariat. I only wish to contend that the extermination of 1965–66 represents one specific, epochal moment in the history of capitalism in Indonesia, a moment that is written in ‘letters of blood and fire’.”</i><br /><br />Pada saat program reformasi lahan awal 1960an, sekitar setengah juta hektar tanah pertanian didistribusikan kembali oleh tentara lokal dan perkantoran (Utrecht 1970). Kemudian pada masa Revolusi Hijau, program ini membuat petani miskin meninggalkan pola tradisional mereka, meninggalkan kampung, mereka yang menolak akan dianggap sebagai anggota BTI. Di Jawa, statistik menunjukkan angka petani miskin yang kehilangan tanah meningkat lima kali lipat pada periode 1973-80. <br /><br />Pekerja menjadi target kekerasan 1965-66. Operasi pembersihan termasuk industri, perserikatan kiri dilakukan. Penahanan dan pembunuhan massal secara dramatis mengubah relasi kekuasaan antara kapital dan buruh di tempat kerja. Kemudian, jumlah serikat pekerja dan anggotanya secara drastis berkurang setelah 1965. Pemerintah menutup semua serikat independen dan disatukan ke dalam kontrol serikat pemerintah. “Satu fakta yang sering diabaikan adalah bahwa tentara menciptakan kembali kerja paksa setelah tahun 1965.”<br /><br />Para survivor kemudian diteror dan kehilangan pekerjaan, rumah, tanah, pensiun, dan kepemilikan mereka. Keluarga mereka juga sebagian kehilangan pendapatan. Para tapol yang lepas dari penjara tidak mendapatkan pekerjaan di sektor publik atau perusahaan swasta, karena regulasi larangan bagi mantan tapol untuk bekerja. Anak-anak mereka juga menghadapi kesulitan dengan perundungan. Pelaporan berkala juga harus dilakukan.<br /><br />Kekerasan sistematis juga terjadi pada perempuan pada konteks ini. Terutama yang dialami oleh Gerwani yang dianggap menyiksa dan menghukum para jenderal pada peristiwa 1 Oktober 1965 dengan cara memulitasi tubuh dan memotong kelamin sembari menari dan bertelanjang.<br /><br /><i>"The military state was subconsciously imagined as a beast around which one must tiptoe and whisper. It was such fear that made people acquiesce to mistreatment, from forced labour to unequal work relations, from land grabbings to military violence against women."</i><br /><br /><b>ABSTRAK:</b><br /><br />Mengacu pada gagalnya gerakan Oktober 1965, pasukan militer Indonesia mengorganisasikan salah satu sejarah kelam abad 20, pembunuhan besar-besaran lebih dari setengah juta orang dan ribuan lain dipenjara bertahun-tahun ke kamp konsentrasi. Paper ini mengangkat dua hal penting, pertama, pembunuhan adalah fakta kekerasan negara meskipun usaha itu dibuat seolah-olah kekerasan yang bersifat spontan. Kedua, pembunuhan besar-besaran ini krusial bagi ekspansi kapitalisme di Indonesia. Menggunakan konsep dari Karl Marx terkait akumulasi primitif, paper ini berusaha menunjukkan bahwa fenomena pembunuhan massa dan penahanan, perampasan tanah dan rumah, dan pembersihan politik kelas pekerja serta formasinya, merupakan bagian integral dari strategi ekonomi di masa Orde Baru.<br /><br />Farid, Hilmar. "Indonesia's original sin: Mass killings and capitalist expansion, 1965–66." <i>The Inter-Asia Cultural Studies Reader</i>. Routledge, 2015. 207-222.<br /><br />Link: <a href="https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/1462394042000326879">https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/1462394042000326879</a><br /><br /><b>PROFIL SCHOLAR:</b><br /><br />Hilmar Farid merupakan sejarawan, pengajar, dan aktivis. Menyelesaikan S1 Sejarah di Universitas Indonesia (UI) dengan judul skripsi "Politik, Bacaan dan Bahasa Pada Masa Pergerakan: Sebuah Studi Awal". Lalu gelar doktor di National University of Singapore (NUS) pada bidang kajian budaya, dengan disertasi "Rewriting the Nation: Pramoedya and the Politics of Decolonization" (2014). Saat ini juga bekerja sebagai Dirjen Kebudayaan di Kemendikbud, Dosen di Institut Kesenian Jakarta (IKJ), dan Komisaris Utama Balai Pustaka. Website beliau: hilmarfarid.id. <br /><br />#31daysofindonesianscholars #hilmarfarid #indonesia #sin #capitalism #culturalstudies #65<br /></p>Isma Swastiningrumhttp://www.blogger.com/profile/05536645550639669153noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3466970969743762424.post-82808781248766093502024-03-12T19:23:00.001+07:002024-03-12T19:23:02.938+07:00The Cosmopolitan Grassroots City as Megaphone - Rita Padawangi<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiZtyPhE8zuToY3vOYHOPLPYrYmR612zfAECEamgewrkhHPvgu6-hQes5DDjYr3nAi8Cv3nuVQgcvdIZH5r4EStY_9MMCORDl93a0_XbIN3kv6Evcq6LDZIajexFlNePHcK4gdQFCp3jRNd0yOLVlWBrcQfQmj6L_bYMvdcl0zpsxiia5ULs-7ZxfCBESE/s1080/1.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1080" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiZtyPhE8zuToY3vOYHOPLPYrYmR612zfAECEamgewrkhHPvgu6-hQes5DDjYr3nAi8Cv3nuVQgcvdIZH5r4EStY_9MMCORDl93a0_XbIN3kv6Evcq6LDZIajexFlNePHcK4gdQFCp3jRNd0yOLVlWBrcQfQmj6L_bYMvdcl0zpsxiia5ULs-7ZxfCBESE/s320/1.png" width="320" /></a></div><p>Demonstrasi menjadi kunci dari gerakan sosial, yang menunjukkan agenda gerakan dan tertampilkan secara publik. Pemilihan tempat demo penting dalam menambah tingkat tersampainya pesan kepada publik. Pemilihan ruang publik ini berdasarkan pada makna simbolik suatu tempat yang diturunkan dari memori suatu tempat dan penggunaan ruang setiap hari.<br /><br />Jasper (1997) secara metaforis menjelaskannya pada kalimat <i>"Caesars are best killed on the steps of capitols". <br /></i><br />Artikel ini mendiskusikan pertanyaan terkait gerakan sosial dan tempat, khususnya penggunaan ruang publik untuk demonstrasi, protes, dan rapat umum. Artikel ini melihat Jakarta sebagai ruang demonstrasi dengan merujuk ulang gagasan kota sebagai sistem kehidupan. Apalagi sejak gerakan reformasi tahun 1998, demonstrasi kerap terjadi di Jakarta.<br /><br />Pertanyaan yang ingin dijawab: Apa signifikansi dari ruang urban publik dalam rapat umum massa? Bagaimana pesan disampaikan di dalam ruang-ruang ini terbang melintasi dunia? <br /><br />Kota menjadi tanah bagi benih untuk pertunjukkan gerakan sosial. Alasannya, pertama, ada banyak kontradiksi dan ketidakadilan dalam hirarki kekuasaan dan disparitas di antara kelompok sosial. Kedua, kota sebagai konsentrasi kekuasaan dan kesejahteraan secara alami menjadi pusat perhatian. Selanjutnya, kota menjadi panggung bagi ketidakpuasan, contohnya, Jakarta.<br /><br />Jakarta mempunyai distrik bisnis yang merupakan rumah bagi bos-bos perusahaan lokal maupun internasional. Tak heran, kota menjalankan fungsinya sebagai pusat politik dan ekonomi. Pengalaman kehidupan masyarakat bersatu dengan bentuk-bentuk fisik dari kota, dalam suatu hubungan yang dialektik, mengondisikan kota sebagai pusat gerakan sosial: proses mobilisasi dalam protes sosial dan perjuangan mendemontrasikan kekuatan.<br /><br />Sentralitas kota dalam gerakan sosial tak dilepaskan dari kualitas budaya dan politik yang dimilikinya. Ini telah dibuktikan oleh berbagai sarjana. Seperti Redfield dan Singer (1954), yang mengamati kota sebagai simbol kekuasaan di mana pun dia ada. Mumford (1938), menteorisasikan kota sebagai konsentrasi kuasa, dan Geertz (1980), mendiskusikan simbol budaya dalam masa pra-kolonial dari otoritas politik sebagai panggung. <br /><br />Ada kebutuhan untuk melihat lebih dekat terkait peran kota sebagai agen dari dinamika identitas dan menjalankan peran aktif di dalam pembentukan kembali dan pendefinisian kembali kota. Kota merupakan tempat bagi gerakan sosial. Kota merupakan pusat pertukaran informasi. Meskipun teknologi telah dibuat untuk mengakses berbagai layanan informasi, proliferasi media memiliki peran yang lebih sentral, sebagai saluran urban dan gerakan sosial di kota. Media menjadi saluran diseminasi simbol dan gagasan yang mengangkat ruang urban. Kebanyakan aktivis akan setuju jika peliputan media menjadi ukuran dari suksesnya demonstrasi. Dengan peningkatan media dan internet secara global, kepentingan untuk mendapatkan perhatian media tumbuh dalam demonstrasi yang terjadi di kota, ia juga berperan sebagai "megafon" untuk gerakan akar rumput.<br /><br />Idealnya, ruang publik bisa diakses oleh semua rakyat. Praktiknya, ruang publik memiliki hirarkinya tersendiri di dalam kota, menjadi tempat bagaimana kekuasaan digulingkan. Carr et al. (1992) menyebut, ruang publik urban didesain untuk memenuhi lima kebutuhan: kesejahteraan publik, perbaikan visual, perbaikan lingkungan, pengembangan ekonomi, dan perbaikan citra pemerintah/perusahaan terhadap publik.<br /><i><br />"In an unequal society, the subjection of public space provision under the authority of the ruling power makes those spaces more prone to become celebratory spaces of power and wealth."</i><br /><br />Contoh jelasnya bisa kita temukan di pusat kota, khususnya di sekitar Taman Medan Merdeka, yang dikelilingi oleh berbagai kementerian, Monas, dan menjadi tempat perayaan perguliran kekuasaan melalui upacara dan festival.<br /><br />Pada awal kemerdekaan (1945-66), koridor utama Thamrin-Sudirman merupakan konstruksi kembali dari tata letak kolonial kota. Koridor ini menjadi kunci perayaan berbagai Games tingkat dunia, juga adanya patung Selamat Datang di depan Hotel Indonesia dibuat untuk menyambut para atlet. Adanya air mancur yang melingkar ini juga pernah menjadi backdrop kampanye Ganyang Malaysia yang diinisiasi oleh Presiden Soekarno melawan Malaysia. Fokus di sini terletak dari bagaimana Jakarta menunjukkan kehebatannya sebagai sebuah negara baru dengan gagasan "urbanisme nasionalis" yang ditawarkan oleh Abidin Kusno (2004). Pada masa ini, media nasional berfokus pada peliputan kampanye terkait pidato Soekarno terkait kepentingan nasional. <br /><br />Kemudian pada rezim Orde Baru (1966-98), koridor Thamrin-Sudirman digunakan untuk berbagai festival, termasuk Parade Pembangunan tahunan, untuk memberikan julukan Bapak Pembangunan kepada Soeharto. Gagasan pembangunan menggema pada masa rezim Soeharto, menggantikan gagasan Soekarno terkait revolusi dan politik populis. Sialnya, pada masa Orba, demonstrasi oleh orang-orang yang "tidak diinginkan" tersebut diredam.<br /><br />Di dalam sub-bab ruang publik dan media, Rita menjelaskan, kontrol Orba terhadap berbagai tempat telah melampaui ruang publik, juga terhadap media, dengan menjaga elemen dinamika struktural dari media massa sebagai komponen peluang politik. Konsentrasi elemen struktural dalam kepemilikan dan pola konsumsi media, dan hubungannya dengan partai politik dan negara. Strategi gerakan sosial untuk memenangkan perhatian media membutuhkan "kebaruan, polemik, dan konfrontasi" sering bertolak belakang dengan tujuan gerakan secara institusional (Gamson dan Meyer, 1996). Ini mempertegas, media bukan hanya menyampaikan informasi, tetapi juga alat bingkai. Pendapatan dan pendidikan di Indonesia salah satunya ditentukan oleh bagaimana masyarakat menggunakan media, dan media perlu mencocokkan diri dengan background masyarakat dalam rangka menyenangkan publik. Kepemilikan media sangat bergantung tinggi pada ekonomi dan demokrasi.<br /><br />Saluran televisi publik di bawah rezim Orba menjadi alat propaganda politik dan negara, yang hanya mengizinkan berita dan isu terkait agenda pemerintahan. Bahkan media lokal juga diawasi untuk mengontrol isu-isu yang tersebar. Media yang berani mempublikasikan kebenaran akan dilarang, seperti terjadi pada Tempo, DeTIK, dan Editor. Insiden ini membuat lebih dari 1.500 jurnalis turun ke jalan untuk protes, dengan penjagaan ketat dari militer. Protes lain yang signifikan di zaman Orba, adalah suara-suara dari ibu-ibu pada Februari 1998, meski hanya berlangsung selama 20 menit. Fokus utama otoritas merepresi pada pendemo adalah untuk melindungi kepentingan rezim, namun malah mendapat perlawanan demonstrasi di sepanjang koridor utama.<br /><br />Pada akhir-akhir kekuasaan Orba, internet tumbuh perlahan, khususnya di kalangan mahasiswa di universitas. Internet ini kemudian menjadi alat komunikasi underground yang melampaui kontrol rezim autoritarian. <br /><br /><i>"The interaction between place and the media creates a megaphonic effect that carries the messages from public campaigns to a broader audience.”</i><br /><br />Kejatuhan Soeharto pada tahun 1998 melalui series protes yang berulang telah menggiring pada terbukanya ruang publik untuk demonstrasi dan demokratisasi media. Meskipun kekerasan mayor masih terjadi pada protes setelah reformasi, protes di ruang publik menjadi lebih sering dan beragam. Isu yang diangkat juga lebih spesifik terkait ekonomi dan sosial, seperti becak yang dilarang di jalanan Jakarta pada tahun 2001. Ribuan pengendara becak protes di koridor Thamrin-Sudirman dan menduduki lingkar Hotel Indonesia. <br /><br />Email juga menjadi alat komunikan untuk persiapan demonstrasi. Internet menjadi katalis komunikasi yang mempercepat proses mobilisasi. <br /><br />Untuk kalangan urban papa, ruang protes membantu menyebarkan pesan mereka pada kelas menengah dan atas. Lalu, ada pula aktivis yang lebih memilih berdemo di depan kantor pemerintahan, seperti aksi Kamisan di depan Istana Presiden. <br /><br />Jakarta, saat ini menjadi agen demokratisasi. Menjadi rumah bagi organisasi akar rumput menyuarakan suara mereka. Khususnya di kawasan Bundaran HI yang menjadi jantungnya kota dan keindahan. Meski saat ini, demonstrasi yang terjadi di Bundaran HI tidak selalu menjalin ketertarikan media untuk meliput. Selain itu juga sedikit mendapat respos dari pemerintah terkait perkembagnan suatu kota.<br /><br /><i>"Therefore, a demonstration in the Thamrin-Sudirman corridor does not guarantee its ability to integrate with the space as a megaphone. While under the New Order the state became the filter of what should be broadcast through the megaphone, post-reform the media themselves acted as filter. This filter is also moulded by society’s liberty to choose the issues that it can relate to, manifesting itself as a broadening public skepticism about demonstrations."</i><br /><br />Merujuk pada gerakan akar rumput kosmopolitan di kota pada berbagai tempat di dunia, seperti di Sydney, para demonstrator membentuk formasi dengan membawa payung warna biru di depan Opera House untuk memprotes perubahan iklim. Di New York, massa juga berdemo di Times Square terkait iklim. <br /><br />Gerakan-gerakan lain dengan isu yang berbeda terjadi di berbagai kota di dunia seperti Kuala Lumpur, London, Washington DC, Islamabad, Plaza De Mayo, dll. "The transformation into people’s megaphone occurs when there is a change in the socio-political context that spirals out from the movement."<br /><br /><b>Abstrak:</b><br /><br />Perdebatan terkait gerakan sosial di kota-kota Asia tidak bisa dilepaskan dari banyaknya tempat-tempat berkumpul. Dalam artikel ini, Rita melihat koridor Thamrin-Sudirman sebagai jalan utama lalu lintas di Jakarta. <br /><br />Tujuannya untuk menemukan bagaimana ruang urban yang bersifat fisik menjadi ruang pengganti dari kota, kota sebagai sistem kehidupan yang lebih luas untuk mencapai agenda gerakan sosial. <br /><br />Artikel ini menganalisis tempat-tempat publik yang digunakan untuk berkumpul dengan sebutan "megafon", berdasarkan pada pola fitur wacana dalam ruang berkumpul, partisipasi kelompok, dan titik-titik bagaimana mereka dibangun oleh media. Tempat-tempat khusus di kota menjadi tempat di mana informasi disebarkan, didistribusikan, dan ditransfer melalui media, fasilitasi jaringan sepanjang kota. <br /><br />Artikel ini menyimpulkan bahwa kota adalah agen aksi politik yang mengeraskan gagasan dan menyebarkannya lintas dunia. Pusat urban memiliki fungsi megafon yang dihasilkan dari sinergi antara ruang dan media, dan refleksinya untuk mendesentralisasikan kota.<br /><br />Padawangi, Rita. "The Cosmopolitan Grassroots City as Megaphone: Reconstructing Public Spaces through Urban Activism in Jakarta." <i>International Journal of Urban and Regional Research</i> 37.3 (2013): 849-863.<br /><br /><b>Profil Scholar:</b><br /><br />Rita Padawangi menyelesaikan pendidikan sarjananya di jurusan Arsitektur Universitas Katolik Parahyangan (2008), serta S2-nya di jurusan Urban Design di National University of Singapore (2003) dan Sosiologi di Loyola University Chicago (2005). Kemudian, pada tahun 2008, Rita menamatkan Ph.D di jurusan Sosiologi, Loyola University Chicago. Bekerja sebagai Associate Professor of Sociology di Centre for University Core, Singapore University of Social Sciences. Buku beliau yang penting untuk dibaca, "Routledge Handbook of Urbanization in Southeast Asia" (2019).<br /><br />Link: <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1111/j.1468-2427.2013.01210.x">https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1111/j.1468-2427.2013.01210.x</a><br /><br />#31daysonindonesianscholar #ritapadawangi #urbanactivism #jakarta #urbanism #sudrimanthamrin #jalansudirman #jalanthamrin #bundaranhi<br /></p>Isma Swastiningrumhttp://www.blogger.com/profile/05536645550639669153noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3466970969743762424.post-33991605355105821912024-03-10T06:23:00.006+07:002024-03-10T06:23:40.396+07:00Menafsir Fenomena Latah Sebagai Emosi Kebudayaan Masyarakat Melayu (Suatu Kajian Psikoantropologi) - Hatib Abdul Kadir<p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3UvLSSxQ98RiFZymqQnhtsbFJqvwYO42gcmjeM7VlKR5Y_Hd5Hz6BJl5DP9D0ldKq5w7qWqPMzfvTm3ojZ7d74lqduptcJDbJJ7lq1zqeIq8CHZZwVG-VmAWf2jX1shsXVmlF2xvQdnmhPl2t8Mne2obl_RMz2bsPGi5w6yXm6P59ohwOr4Ocqn03Jnw/s1080/1.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1080" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3UvLSSxQ98RiFZymqQnhtsbFJqvwYO42gcmjeM7VlKR5Y_Hd5Hz6BJl5DP9D0ldKq5w7qWqPMzfvTm3ojZ7d74lqduptcJDbJJ7lq1zqeIq8CHZZwVG-VmAWf2jX1shsXVmlF2xvQdnmhPl2t8Mne2obl_RMz2bsPGi5w6yXm6P59ohwOr4Ocqn03Jnw/s320/1.png" width="320" /></a></div>Latah merupakan fenomena kebudayaan masyarakat Melayu. Sebagaimana kisah Irwan Abdullah, yang ketika kecil, saat dirinya tinggal di Kuala Simpang, daerah perbatasan antara Aceh dan Sumatera Utara. Dia punya tetangga bernama Atu’ yang memiliki kebiasaan latah.<br /><br />Kemunculan latah marak ada dalam masyarakat tertentu di semenanjung Malaysia, Singapura, Kalimantan, Jawa Timur, dan Bali. Namun, tidak muncul pada kalangan priyayi atau Jawa aristrokat, juga di perkampungan China.<br /><br />Tak hanya Melayu, latah juga ditemukan di kebudayaan yang lain. Latah menunjukkan situasi psikologis masyarakat Asia Tenggara, yang terjajah dan terisolasi dari dunia luar. Masyarakat yang mengalami berbagai macam kejutan ketika bertemu sesuatu yang baru, asing, dan penuh kekuatan.<br /><br />Penulis dalam jurnal ini melakukan penafsiran latah melalui pendekatan psikoantropologis, psikoanalisis, dan psikiatris. <br /><br />Peneliti Barat menganggap jika latah merupakan kondisi kebudayaan yang susah dicari sebabnya di abad pertengahan. Latah dianggap sebagai sesuatu yang unik dan eksotis. Latah dianggap sebagai "cerita aneh dari masyarakat pribumi". Latah dianggap mimikri dari histeria.<br /><br />Latah di Barat juga dianggap sebagai kelainan mental yang dilakukan oleh perempuan kelas rendah. Banyak sebutan psikiatris yang disandang oleh mereka yang latah, seperti: psychosis, hysterical psychosis, reactive psychosis, dlsb. Kelainan ini menggambarkan bagaimana seseorang kehilangan kontrol atas dirinya sendiri. Kelainan ini bukan bawaan lahir, melainkan dipengaruhi oleh lingkungan pergaulan.<br /><br />Latah menunjukkan tingkat kesetressan seseorang pada wilayah tertentu. Masyarakat kaget ketika datang penjajah dengan fisik tinggi, besar, putih, respons yang diberikan berupa kata-kata yang diucap secara berulang-ulang, cepat, riuh rendah. Latah juga dianggap sebagai bentuk peniruan dari sesuatu yang lebih superior, mengejek pada pihak yang inferior. <br />Temuan berbeda terjadi pada semenanjung Malaya, latah dihubungkan pada dunia perdukunan dengan semua misterinya. Dalam konteks ini, seseorang mengalami momen tidak sadar, dengan menyebut berbagai nama hewan, dari harimau, ular, buaya, dll. Gerak-gerik latah menjadi alat bantu yang menghubungkan antara arwah dan kelahiran bayi. Juga hal-hal yang sidatnya transenden dan meditatif. <br /><br />Interpretasi lain, latah berhubungan sebagai respons kecemasan seksual, saat perempuan mengalami masa menopause dan menghadapi ketuaan. Namun interpretasi ini dipatahkan karena alasan: dianggap sebagai fase kedua menjadi manusia yang dianggap lebih matang. Lebih dihormati dan didengarkan karena kedewasaan, kepandaian, dan lebih bijak. Ia juga punya akses yang lebih bebas berperan dalam masyarakat.<br /><br />"...fenomena latah di masyarakat nampak identik dengan gejala perilaku yang dialami kaum perempuan, khususnya perempuan kelas bawah yang termarjinalisasi.“<br /><br />Pandangan ini menilai jika latah tak bisa dilepaskan dari dikotomi budaya kelas bawah dengan kelas atas, serta perempuan dan laki-laki. Dominasinya, latah berada di dua wilayah subordinan: perempuan dan masyarakat kelas bawah.<br /><br />Geertz juga menjelaskan fenomena latah sebagai suatu keadaan saat individu kehilangan kontrol dalam tindakannya karena ungkapan dari simpul emosi berupa keterkejutan, ketakutan, dan keberanian. Dalam budaya Jawa, latah berhubungan dengan dikotomi "halus" dan "kasar". Ia tabu di masyarakat aristrokat dengan atmosfer yang sopan dan mengendalikan diri, tetapi menjadi sesuatu yang menghibur dan menyenangkan di masyarakat akar rumput.<br /><br />Di Jawa, Geertz (1960) mengamati pula perkataan latah keluar tanpa kesengajaan dan rekayasa, bersifat terus terang, serta menurut Kenny (1990) berhubungan dengan tindak berapi-api, mudah terkejut, mudah heran, hingga cabul (seksualitas tubuh dan dunia mistis).<br /><br />Kesimpulan dan saran:<br />1. Latah mengandung batas-batas psikologis budaya dan karakter si penyandang.<br />2. Latah berada pada pertemuan: sakral vs profan, liar vs normatif, personal vs publik.<br />3. Latah merupakan fenomena emosi kebudayaan Melayu yang partikular dan khas.<br /><br /><b>Profil scholars:</b><br />Hatib Abdul Kadir menamatkan sarjana Antropologi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) tahun 2007. Kemudian tahun 2010, dia menyelesaikan program MA pada Center for Religious and Cross-cultural Studies (CRCS) pada universitas yang sama. Kemudian pada tahun 2012-2018, atas beasiswa Fullbright melanjutkan studi doktoral Antropologi di Universitas California, Santa Cruz, USA. Judul disertasinya "Gifts, Belonging, and Emerging Realities among “Other Moluccans” During the Aftermath of Sectarian Conflict". Saat ini menjadi dosen Antropologi di Universitas Brawijaya (UB).<p></p><p>
</p><p style="direction: ltr; language: id; line-height: 90%; margin-bottom: 0pt; margin-left: 0in; margin-top: 10.0pt; mso-line-break-override: none; punctuation-wrap: hanging; text-align: left; text-indent: 0in; unicode-bidi: embed; word-break: normal;"><span style="color: black; font-family: Calibri; font-size: 13.0pt; language: id; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: +mn-cs; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-color-index: 1; mso-fareast-font-family: +mn-ea; mso-fareast-theme-font: minor-fareast; mso-font-kerning: 12.0pt; mso-style-textfill-fill-alpha: 100.0%; mso-style-textfill-fill-color: black; mso-style-textfill-fill-themecolor: text1; mso-style-textfill-type: solid;">Kadir, </span><span style="color: black; font-family: Calibri; font-size: 13.0pt; language: id; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: +mn-cs; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-color-index: 1; mso-fareast-font-family: +mn-ea; mso-fareast-theme-font: minor-fareast; mso-font-kerning: 12.0pt; mso-style-textfill-fill-alpha: 100.0%; mso-style-textfill-fill-color: black; mso-style-textfill-fill-themecolor: text1; mso-style-textfill-type: solid;">Hatib</span><span style="color: black; font-family: Calibri; font-size: 13.0pt; language: id; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: +mn-cs; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-color-index: 1; mso-fareast-font-family: +mn-ea; mso-fareast-theme-font: minor-fareast; mso-font-kerning: 12.0pt; mso-style-textfill-fill-alpha: 100.0%; mso-style-textfill-fill-color: black; mso-style-textfill-fill-themecolor: text1; mso-style-textfill-type: solid;">
Abdul. "Menafsir Fenomena Latah sebagai Emosi Kebudayaan Masyarakat Melayu
(Suatu Kajian </span><span style="color: black; font-family: Calibri; font-size: 13.0pt; language: id; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: +mn-cs; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-color-index: 1; mso-fareast-font-family: +mn-ea; mso-fareast-theme-font: minor-fareast; mso-font-kerning: 12.0pt; mso-style-textfill-fill-alpha: 100.0%; mso-style-textfill-fill-color: black; mso-style-textfill-fill-themecolor: text1; mso-style-textfill-type: solid;">Psikoantropologi</span><span style="color: black; font-family: Calibri; font-size: 13.0pt; language: id; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: +mn-cs; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-color-index: 1; mso-fareast-font-family: +mn-ea; mso-fareast-theme-font: minor-fareast; mso-font-kerning: 12.0pt; mso-style-textfill-fill-alpha: 100.0%; mso-style-textfill-fill-color: black; mso-style-textfill-fill-themecolor: text1; mso-style-textfill-type: solid;">)." </span><span style="color: black; font-family: Calibri; font-size: 13.0pt; font-style: italic; language: id; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: +mn-cs; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-color-index: 1; mso-fareast-font-family: +mn-ea; mso-fareast-theme-font: minor-fareast; mso-font-kerning: 12.0pt; mso-style-textfill-fill-alpha: 100.0%; mso-style-textfill-fill-color: black; mso-style-textfill-fill-themecolor: text1; mso-style-textfill-type: solid;">Psikobuana</span><span style="color: black; font-family: Calibri; font-size: 13.0pt; font-style: italic; language: id; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: +mn-cs; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-color-index: 1; mso-fareast-font-family: +mn-ea; mso-fareast-theme-font: minor-fareast; mso-font-kerning: 12.0pt; mso-style-textfill-fill-alpha: 100.0%; mso-style-textfill-fill-color: black; mso-style-textfill-fill-themecolor: text1; mso-style-textfill-type: solid;">-Jurnal
Ilmiah Psikologi</span><span style="color: black; font-family: Calibri; font-size: 13.0pt; language: id; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: +mn-cs; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-color-index: 1; mso-fareast-font-family: +mn-ea; mso-fareast-theme-font: minor-fareast; mso-font-kerning: 12.0pt; mso-style-textfill-fill-alpha: 100.0%; mso-style-textfill-fill-color: black; mso-style-textfill-fill-themecolor: text1; mso-style-textfill-type: solid;">
(2009): 49.</span></p>
<p style="direction: ltr; language: id; line-height: 90%; margin-bottom: 0pt; margin-left: 0in; margin-top: 10.0pt; mso-line-break-override: none; punctuation-wrap: hanging; text-align: left; text-indent: 0in; unicode-bidi: embed; word-break: normal;"></p>
<p style="direction: ltr; language: id; line-height: 90%; margin-bottom: 0pt; margin-left: 0in; margin-top: 10.0pt; mso-line-break-override: none; punctuation-wrap: hanging; text-align: left; text-indent: 0in; unicode-bidi: embed; word-break: normal;"><span style="color: black; font-family: Calibri; font-size: 13.0pt; language: id; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: +mn-cs; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-color-index: 1; mso-fareast-font-family: +mn-ea; mso-fareast-theme-font: minor-fareast; mso-font-kerning: 12.0pt; mso-style-textfill-fill-alpha: 100.0%; mso-style-textfill-fill-color: black; mso-style-textfill-fill-themecolor: text1; mso-style-textfill-type: solid;">#31daysofindonesianscholars
#hatibabdulkadir #latah #melayu #psikoantropologi</span></p>
<p style="direction: ltr; language: id; line-height: 90%; margin-bottom: 0pt; margin-left: 0in; margin-top: 10.0pt; mso-line-break-override: none; punctuation-wrap: hanging; text-align: left; text-indent: 0in; unicode-bidi: embed; word-break: normal;"></p>
<p style="direction: ltr; language: id; line-height: 90%; margin-bottom: 0pt; margin-left: 0in; margin-top: 10.0pt; mso-line-break-override: none; punctuation-wrap: hanging; text-align: left; text-indent: 0in; unicode-bidi: embed; word-break: normal;"><span style="color: black; font-family: Calibri; font-size: 13.0pt; language: id; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: +mn-cs; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-color-index: 1; mso-fareast-font-family: +mn-ea; mso-fareast-theme-font: minor-fareast; mso-font-kerning: 12.0pt; mso-style-textfill-fill-alpha: 100.0%; mso-style-textfill-fill-color: black; mso-style-textfill-fill-themecolor: text1; mso-style-textfill-type: solid;">Link: </span><span style="color: black; font-family: Calibri; font-size: 13.0pt; language: id; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: +mn-cs; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-color-index: 1; mso-fareast-font-family: +mn-ea; mso-fareast-theme-font: minor-fareast; mso-font-kerning: 12.0pt; mso-style-textfill-fill-alpha: 100.0%; mso-style-textfill-fill-color: black; mso-style-textfill-fill-themecolor: text1; mso-style-textfill-type: solid;"><a href="http://library.stik-ptik.ac.id/detail?id=37558&lokasi=lokal">http://library.stik-ptik.ac.id/detail?id=37558&lokasi=lokal</a></span><span style="color: black; font-family: Calibri; font-size: 13.0pt; language: id; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: +mn-cs; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-color-index: 1; mso-fareast-font-family: +mn-ea; mso-fareast-theme-font: minor-fareast; mso-font-kerning: 12.0pt; mso-style-textfill-fill-alpha: 100.0%; mso-style-textfill-fill-color: black; mso-style-textfill-fill-themecolor: text1; mso-style-textfill-type: solid;"> </span></p>
<p> </p>Isma Swastiningrumhttp://www.blogger.com/profile/05536645550639669153noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3466970969743762424.post-38958240243685367682024-03-08T08:32:00.003+07:002024-03-08T08:44:53.445+07:00Catatan Film #10: Enola Holmes 2 (2022)<p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDFH0yygczUvvBb-6G6Xy1NZWFqDt238b90dG1Xx0ml94Aa7mFqoq5Ab0huZRKT3uHpYayjII_Gu8VNCLLAcds8JMFFghyphenhyphenbwoTpirDA15wJsC4y6E91bitfNkhO4SV3LPtEbhI88WIIBTWZLqeXzF9a-JfqjkBScYM6O24SjyKlEDY_GOVaMw7Nxzr5qA/s1600/Sarah%20Chapman.jpeg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="821" data-original-width="1600" height="164" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDFH0yygczUvvBb-6G6Xy1NZWFqDt238b90dG1Xx0ml94Aa7mFqoq5Ab0huZRKT3uHpYayjII_Gu8VNCLLAcds8JMFFghyphenhyphenbwoTpirDA15wJsC4y6E91bitfNkhO4SV3LPtEbhI88WIIBTWZLqeXzF9a-JfqjkBScYM6O24SjyKlEDY_GOVaMw7Nxzr5qA/s320/Sarah%20Chapman.jpeg" width="320" /></a></div>Hari ini 8 Maret, selamat Hari Perempuan Sedunia!<p></p><p>Aku senang mengenal perempuan-perempuan keren seperti Enola Holmes, Eudoria Holmes, dan Sarah Chapman di film "Enola Holmes 2". Menurutku, Enola Holmes 2 ini lebih baik, lebih menantang, lebih menggetarkan, dan karakter Sherlock Holmes ditampilkan sebagai pasangan yang baik bagi adiknya Enola.</p><p>Dimulai dengan bagaimana Enola membuat agensi detektifnya sendiri bernama "Enola Holmes Detective Agency". Agensi yang dia mulai dengan probono itu awalnya sepi, namun ada kisah dari seorang anak kecil bernama Bessie yang hendak mencari kakaknya yang hilang serius bernama Sarah Chapman.</p><p>Sarah sebagaimana generasi sandwich lainnya, dia hanya tinggal berdua dengan sang adik, bekerja dua pekerjaan. Pekerjaan sampingannya di sebuah bar sebagai penari seperti itu sebagaimana temannya Mae (yang akhirnya menjadi korban dan dibunuh); pekerjaan utama di pabrik korek api, beserta para buruh Inggris di sekitar tahun 1880an. Pabrik korek api itu seluruh buruhnya adalah perempuan. Dengan mandor laki-laki yang galak, dengan atasan yang melakukan korupsi tingkat dewa nan rumit, yang juga menyukai teka-teki.</p><p>Sarah menolak semua itu. Dia buruh kritis yang cerdas dan kritis. Dia tahu kalau banyak buruh perempuan di pabriknya meninggal bukan karena wabah tipus ala Eropa kala itu, melainkan karena bahan kimia fospor yang terkandung dalam korek api yang disentuh oleh tangan-tangan mulia buruh setiap hari. Sarah bersama kekasihnya yang duduk di jajaran pejabat kerajaan, bernama Lord William mencoba membongkar skandal tersebut.</p><p>Sarah bukan hilang, dia hanya menyamar sebagai perempuan yang kelas elite dan mengubah namanya menjadi Cicely. Kasus Sherlock dan Enola di sini saling berkaitan. Aku masih kagum dengan bagaimana dunia detektif bekerja. Huruf-huruf yang bisa dibongkar pasang bak teki-teki silang dan memberikan arti yang berbeda. Bagaimana not sebuah lagu dibuat menjadi peta, bagaimana puisi menjadi teka-teki alamat seseorang, dan dengan mudah Sherlock mengartikan makna di baliknya, bersama dengan Enola.</p><p>Di sini, Enola dan Pangeran Tewkesbury saling mengakui perasaan. Enola belajar berdansa pada Tewkesbury, dan Tewkesbury belajar berkelahi dari Enola. Kisah cinta antara Sarah dan William juga tak kalah menyedihkan. Aku masih kagum dengan bagaimana Sarah pergi ke pabrik, dibantu Enola <i>speak up </i>di atas meja kerja dan mengatakan kejujuran sesungguhnya yang terjadi di pabrik. Bahwa pabrik telah membunuh buruh demi mempertinggi laba. Bagaimana Sarah dibantu Bessie, menggertakkan kaki di lantai pabrik, dan keluar bersama-sama dari pabrik hingga pabrik itu kosong.</p><p><i>This such an amazing scene from labors that I had ever seen. Happy women's day!</i> <br /></p><p>Pesan lain yang kutangkap pula dari film ini adalah ketika Eudoria bilang ke Enola, meski kamu sendiri, dunia ini akan jauh lebih baik jika kamu bersama dengan orang lain. Bekerja bersama-sama, dan kekuatanmu menjadi lebih kuat. Belajar pada Edith juga ketika Sherlock datang kepadanya untuk membantu Enola keluar dari penjara atas tuduhan pembunuhan, Edith bilang: "Orang yang datang kepadamu saat dia membutuhkan adalah orang yang paling berani." <i>I shoul write it down, right? </i>Haha. </p><p>Sama satu lagi, saat Enola dan Sherlock menemukan Pangeran William meninggal, Sherlock berkata, "<i>Stay unemotional." </i>Ini pesan yang berat tapi perlu untuk dilakukan bukan? Meski kamu kehilangan orang yang sangat berarti bagimu, rasionalitasmu harus tetap berjalan. <br /></p>Isma Swastiningrumhttp://www.blogger.com/profile/05536645550639669153noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3466970969743762424.post-23754669836795189112024-03-07T09:28:00.009+07:002024-03-07T09:31:36.838+07:00Catatan Film #8-9: Mean Girls (2024) dan Enola Holmes (2020)<p><b>Mean Girls (2024)</b></p><p></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRRC5E75KJ41zZi1OqSlxdL9XFVl9W-OG9UZDURe8SZJupKO_cnKKSJcb4CS4zAgVNF_4D3_vxXbJJgx8VLkGpRQlWEAJ0Hn2OsDgQwxWKSf_vEEmvdvUVUpCJ1JEDVwdBv5JNKVOOEhR27tezuh6IfKisi1OuNblOZfodfvKbsL_LsQTSRKFpss9enog/s1000/Mean%20Girls.webp" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="563" data-original-width="1000" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRRC5E75KJ41zZi1OqSlxdL9XFVl9W-OG9UZDURe8SZJupKO_cnKKSJcb4CS4zAgVNF_4D3_vxXbJJgx8VLkGpRQlWEAJ0Hn2OsDgQwxWKSf_vEEmvdvUVUpCJ1JEDVwdBv5JNKVOOEhR27tezuh6IfKisi1OuNblOZfodfvKbsL_LsQTSRKFpss9enog/s320/Mean%20Girls.webp" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pasti kau bisa menebak Cady yang mana....<br /></td></tr></tbody></table>Mau <i>brainstorming </i>hal-hal menarik apa yang kudapatkan setelah menonton film ini. Sebenarnya, ini film random ringan yang pengen kutonton. Aku <i>searching </i>di pencarian Netflix kata kunci "school", dan keluarlah film ini. Aku tertarik karena sampulnya ada empat cewek pakai baju pink yang kayaknya lucu nih. Pas kutonton, iyaa, lucu, wkwk.<p></p><p>Empat karakter utama di film ini adalah sebuah gank sekolah SMA gitu, sebutlah The Plastics. Mereka terdiri dari: Cady Heron (Angourie Rice), Regina George (Renee Rapp), Gretchen Wieners (Bebe Wood), dan Karen Shetty (Avantika). Mereka isinya cewek-cewek yang menjaga penampilan, cantik, kaya, dan populer. </p><p>Berawal dari Cady si anak homeschooling yang gak pernah sekali pun mengenyam pendidikan di sekolah negeri tiba-tiba culture shock pas masuk sekolah umum. Cady yang pintar matematika, yang pindahan dari Afrika, yang alim, yang culun secara penampilan macam-macam anak <i>nerd </i>jadi berubah total mengikuti gaya hidup The Plastics. Gaya hidup yang hedon, glamor, mewah, bebas, dan bisa dibilang urak-urakan.</p><p>Masalah utama yang diangkat di film ini menurutku, bagaimana remaja beradaptasi di dunia sekolah mereka. Dihadapkan pada berbagai masalah remaja seperti pencarian jati diri, hormon meledak-ledak dan impulsif, pencarian kekasih pertama, pesta, main-main, geng-gengan! Ya, semua ada di "Mean Girls". Juga buku harian yang berisi aib anak sesekolahan termasuk guru mereka, yang bisa diekspos sewaktu-waktu. Dan itu dilakukan Regina, kemudian membuat kekacauan satu sekolahan.<br /></p><p>Konfliknya, bagaimana Cady sebagai penyusup membuat rencana untuk menjatuhkan Regina, yang justru menghancurkan dirinya sendiri. Pesan moralnya adalah: kamu gak bisa jadi pintar hanya karena bilang orang lain bodoh, merasa cantik dengan bilang yang lain jelek. </p><p>Film ini juga memperlihatkan bagaimana para gadis ini menjadi diri mereka sendiri meski saling dipengaruhi yang lain. Serta kejujuran untuk mengakui kondisi diri sendiri itu hal penting. Ya, sekian ceramahnya, wkwk.<br /></p><p><b>Enola Holmes (2020)</b></p><p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7Xk_p7-L9hYgoE_YinrG1hyphenhyphenwVvjlstX5A79bpE0cCiIv3k2k0Ng6oRoUQ4RmdhMcZROGDYIvoVjs7rIgEupODtbQHtmINClvlwUOLIo2d5cK1rOEpPexWvMz97Z54OFH_SizcSJo6UqFW1i9oZiZ-EYPQaAUBhSNVPd-To_ib1b1eYcFDHmhYD5egYYc/s765/enola-holmes.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="510" data-original-width="765" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7Xk_p7-L9hYgoE_YinrG1hyphenhyphenwVvjlstX5A79bpE0cCiIv3k2k0Ng6oRoUQ4RmdhMcZROGDYIvoVjs7rIgEupODtbQHtmINClvlwUOLIo2d5cK1rOEpPexWvMz97Z54OFH_SizcSJo6UqFW1i9oZiZ-EYPQaAUBhSNVPd-To_ib1b1eYcFDHmhYD5egYYc/s320/enola-holmes.jpg" width="320" /></a></div>Kutipan menyentakku di film ini, <i>"You look so emotional. It's understandable, but unnecessary."</i><p></p><p>Oh, damn! Film ini sebenarnya bagus banget dan <i>cup of my tea, </i>8/10. Aku tertarik menontonnya dari teman EF online yang dulu pernah sekelas bareng. Jadi topiknya bicarain film gitu, terus salah seorang student ngrekomendasikan film ini. Sementara aku ngrekomendasikan film Ghibli, "Only Yesterday". </p><p>Yang berperan sebagai Enola aku akui cakep banget, si Millie Bobby Brown, sempurnalah secara fisik dia itu. Kalau di Indonesia mirip-mirip sama Chelsea Islan. Yang menarik sebenarnya kisah keluarga Enola, khususnya si ibu, Eudoria Holmes (Helena Bonham Carter). Si ibunya Enola ini kayaknya berbintang Aquarius dan INTJ, super cerdas, bijak, dan mendidik semua anaknya dengan cara sendiri. Kamu bisa meniru kurikulum <i>homeschooling</i> yang digagas oleh ibu Enola secara mandiri.<br /></p><p>Banyak teka-teki yang disimpan oleh Eudoria, dia ahli kata, ahli ilmu, ahli peta, ahli strategi, ahli silat, ahli enigma. Setelah mendidik Enola dengan sebegitu uniknya, tanpa sekolah, tanpa memiliki <i>manner bullshit</i> didikan elite Inggris, Eudoria meninggalkan Enola dengan alasan yang cukup bombastis, "menyelamatkan dunia". Ya, Eudoria pergi entah kemana dan meninggalkan Enola suatu teka-teki.</p><p>Enola yang sangat sayang dengan ibunya pun berniat akan mencari keberadaan ibunya kemana pun ibunya pergi. Pertanda berupa hadiah terakhir yang diberikan ibunya menjadi petunjuk. Dan dimulailah petualangan Enola mencari si ibu. Namun dua kakaknya, Sherlock Holmes (Henry Cavill) dan Mycroft Holmes (Sam Clafflin) membuat rencana Enola berantakan. <br /><br />Enola kabur seorang diri menggunakan kereta, dan di tengah perjalanan dia bertemu dengan pangeran muda Tewkesbury (Louis Partridge). Tentu sang pangeran seperti di negeri dongent juga cerdas, tahu banyak tentang ilmu herbal, dan juga ingin melarikan diri dari politik keluarga yang penuh dengan tahta, harta, dan derita. Enola dan Tewkesbury dipertemukan, dan dimulailah perjalanan keduanya. Hingga akhirnya yang bikin terkejut, saat pangeran muda ditembak oleh neneknya sendiri. <br /><br />Banyak pembelajaran menarik di film ini, bagaimana mempertahankan keyakinan, kepercayaan kepada diri sendiri, dan keberanian untuk menghadapi segala hal yang menjadi tanda-tanya. Film ini juga menghadirkan latar Inggris dan London jaman lalu yang terlihat kuno. Juga rumah Enola yang propertinya keren banget, <i>vintage </i>sekali, wkwk.<i> </i>Aku suka interior rumah mereka!<br /></p><p>The last, <i>"Our future is up to us." </i>It's yes!<br /></p>Isma Swastiningrumhttp://www.blogger.com/profile/05536645550639669153noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3466970969743762424.post-14510998821729527732024-03-04T11:42:00.002+07:002024-03-04T11:42:19.138+07:00Catatan Film #6-7: The Holdovers (2023) dan Agak Laen (2024)<p><b>The Holdovers (2023)</b></p><p></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzFUjF0E0TvpkriTlj1HoPLpjm8E7wqAgZXTUfF5G71JCMs4qU6XLO-ylGsBtf4GCSsSuGMsldTxzm9eiicBcT0mHffApf3raUbB6-WV-11oqBZzv2K3pY0A8GHKXsW63bKM-iG6E5AGgzLt_Np5QcJJnmMY6Mzqn_KVN0qAY7x1MB_3xLdHwYdHHw73g/s1600/Holdovers.jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1200" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzFUjF0E0TvpkriTlj1HoPLpjm8E7wqAgZXTUfF5G71JCMs4qU6XLO-ylGsBtf4GCSsSuGMsldTxzm9eiicBcT0mHffApf3raUbB6-WV-11oqBZzv2K3pY0A8GHKXsW63bKM-iG6E5AGgzLt_Np5QcJJnmMY6Mzqn_KVN0qAY7x1MB_3xLdHwYdHHw73g/s320/Holdovers.jpeg" width="240" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">CGV Pacific Place SCBD<br /></td></tr></tbody></table>Menonton film ini di CGV Pacific Place pada hari Sabtu, 24 Februari 2024, setelah acara di @america. Tiket di sini kayaknya paling mahal deh, wkwk, reguler <i>weekend</i> 75 ribu, dibandingkan dengan XXI Plaza Indonesia masih mahalan di sini. Ya, maklum sih, tempat dan fasilitas emang dukung. Waktu itu yang nonton cuma lima orang, dua pasangan suami-istri gitu kayaknya, dan satu aku. Film ini campuran lucu, kritis, disiplin, kenakalan remaja, tragisnya menjadi dewasa, dan nasib buruk. Dan prestasiku yang lain, aku bisa menceritakan ulang alur film ini pada sahabat dekatku yang juga suka sama dunia pendidikan.<br /><p></p><p>Kalau dari plotnya, sebenarnya sangat tepat kalau film ini ditayangkan pas hari Natal, karena konflik <i>trigger-</i>nya adalah masalah Natal. Kala si tokoh utama Angus Tully (Dominic Sessa) terjebak di asrama sekolah karena ibunya tak mengizinkannya pulang di hari Natal karena ada masalah pribadi dengan suami barunya. Tully terjebak dengan si guru killer, Paul Hunham (Paul Giamatti) dan kepala dapur asrama, Mary Lamb (Da'Vine Joy Randolph). </p><p>Yang aku suka dari film ini adalah bagaimana sutradara dan plot memperlihatkan perkembangan karakternya secara perlahan, hingga di akhir film penonton bisa memaklumi kenapa Pak Hunham, Tully, dan Mary bertingkah nakal, memberontak, dan disiplin seperti itu. Ketiganya adalah orang-orang kesepian, yang mencoba bersama untuk terus hidup. Hunham yang mempunyai penyakit aneh bau badan, karena kimia dalam tubuhnya tak bisa dicerna; Tully yang orangtuanya mengalami perceraian dan ayah kandungnya yang dirawat di RSJ; Mary yang ditinggal mati anak laki-laki satu-satunya, membuat pentonton ikut merasakan penderitaan mereka.</p><p>Sutradara Alexander Payne memang brilian menciptakan tokoh-tokoh anehnya yang tak biasa. Hunham, guru klasik di Barton Academy beserta murid cerdasnya Tully, tersesat dan menikmati waktu di pusat kota untuk merayakan nakal yang janggal. Masa lalu keduanya terkulik, termasuk bagaimana Hunham pernah dikeluarkan dari Harvard karena menonjok orang yang telah mencopas karya akademiknya.<br /></p><p><b>Agak Laen (2024)</b></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVL9WJaQWxYfYmkkli0Fa1hDpM-6KbuD6TZTD3_OQUcwmhpikkfnijuXH9xKM5woeyqatRKDvit5TRVItV_EkkaWdaNhGKh0ezVJDN0OmyZdhAyrhyGWRuPE8ZSVnkuni8a_npBT-U4DBpmTuHTAPMSf2MZtvidOrvmcB2oqVMLIofBnaOnA7ioHQiSEM/s1600/Agak%20Laen.jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1200" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVL9WJaQWxYfYmkkli0Fa1hDpM-6KbuD6TZTD3_OQUcwmhpikkfnijuXH9xKM5woeyqatRKDvit5TRVItV_EkkaWdaNhGKh0ezVJDN0OmyZdhAyrhyGWRuPE8ZSVnkuni8a_npBT-U4DBpmTuHTAPMSf2MZtvidOrvmcB2oqVMLIofBnaOnA7ioHQiSEM/s320/Agak%20Laen.jpeg" width="240" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Tiket Agak Laen di CGV Grand Batam<br /></td></tr></tbody></table><p>Film yang menghibur. Banyak scene yang akan membuatmu tertawa, kalau kamu banyak masalah, menonton film ini bisa sedikit mengalihkan bebanmu, wkwk. Kupikir waktu tayang film ini cukup lama, dan aku punya kesempatan nonton di CGV Batam hari Senin malam setelah makan pecel lele di sekitaran sana, depan Kopitiam.</p><p>Karakter film ini utamanya berfokus pada tokoh: Bene Dion (Bene), Oki Rengga (Oki), Indra Jegel (Jegel), dan Boris Bokir (Boris). Mereka mengelola rumah hantu dari yang tidak ada seram-seramnya, menjadi rumah hantu yang viral karena keseramannya. Keseraman ini berawal ketika salah seorang pengunjung yang menderita sakit jantung meninggal di sana. Dia bersembunyi di rumah hantu karena disuruh sembunyi di sana sama selingkuhannya.</p><p>Si bapak hidung belang yang meninggal itu pun dikubur di rumah hantu tersebut. Ketika kuburan dikencingi, rumah hantu mendadak ramai, dan penghasilan wahana rumah hantu itu pun meningkat secara pesat. Si Oki jadi bisa membayar anggunan pinjaman sertifikat tanah yang digadaikan, si Bene bisa usaha biaya nikah sama Naomi, si Boris bisa kasi DP ke orang yang janjiin dia masuk tentara, dan si Jegel yang pikirannya agak lain bisa nutup kesulitan ekonominya.</p><p>Di sisi lain, menurutku film ini menangkap bagaimana nasib pekerja sektor informal di kawasan wahana-wahana permainan, termasuk di rumah hantu. Kukira banyak sekali nasib orang-orang seperti empat sekawan di film ini yang nasibnya sangat-sangat tidak menentu, dan bagaimana mereka harus berjuang membiayai berbagai kekompleksan hidup: ibu yang sakit, biaya pernikahan, memperoleh pekerjaan yang lebih mapan, dan lain sebagainya. </p><p>Kalau kamu penyuka pasar malam, bakal kerasa banget ini penderitaannya, hehe. Namun, <i>in the end, </i>meski dipenjara, akhirnya tetap indah, karena memang kehidupan tokoh-tokohnya terlepas dari tuduhan ini-itu, berkah. Apalagi pas ke Batam, aku sempat main ke Costarina yang banyak banget wahana permainan di dekat pantai, tapi mangkrak. Menarik untuk digali lebih lanjut.<br /></p>Isma Swastiningrumhttp://www.blogger.com/profile/05536645550639669153noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3466970969743762424.post-86849854577788390762024-02-26T10:06:00.001+07:002024-02-26T10:47:41.688+07:00Tulisan Bukan Milikku<p>"Yang kutulis bukan sepenuhnya milikku, baik itu teori, kata, pengalaman, dan semuanya. Aku hanya merangkai hal-hal yang tak kupunya. Jadi setelah tulisan itu lepas ke publik, ya aku menyadari itu sudah bukan milikku sepenuhnya. Aku membiarkan publik menilai. Kalau ada kritik ya itu lebih bagus, aku makin giat belajar dan memperbaikinya, daripada dibilang tulisan itu udah bagus dan aku berhenti belajar."</p><p>Jelasmu tadi malam menjawab semua kegelisahanku kemarin. Setelah aku merasa sedih, hampa, menangis, dan merasa tidak berguna, kamu mengembalikan nyawaku kembali. Kritik di saat waktu yang tak tepat bisa sesedih itu, tapi kemudian aku sadar kembali. Terima kasih telah menemaniku mengobrol banyak hal, mendengarkan curhat-curhat tidak pentingku selama hampir 4 tahun ini, sampai suaramu tak terdengar lagi, dan kau pun hilang. Saat itu aku berpikir, tak hanya tulisan, tapi juga semua yang kupunya bukan sepenuhnya milikku, dan yang terjadi padaku, termasuk kamu.<br /></p><p>Paginya kau berkirim pesan, "Maaf ya semalam aku ketiduran." </p><p>Aku paham. Aku ngrasa semalam dari suaramu, kayaknya kamu kecapekan. Jangan lupa istirahat, dirapikan lagi jadwal tidurnya, makan sehat, dan banyak minum air putih. Biar kuat menjalani hidup. <br /></p><p>Makasi ya, makasi....<br /></p>Isma Swastiningrumhttp://www.blogger.com/profile/05536645550639669153noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3466970969743762424.post-42703825731794953192024-02-25T08:18:00.000+07:002024-02-25T08:18:02.444+07:00Catatan Film #5: Bob Marley: One Love (2024)<p><i> "Emancipate yourselves from mental slavery<br />None but ourselves can free our mind<br />Whoa! Have no fear for atomic energy"</i></p><p>--Redemption Songs, Bob Marley</p><p>Rita, istri Nesta bertanya tentang lagu ini, "Kapan kau membuatnya?" Dia menjawab, "Seumur hidupku." Musik dan lirik bagi Nesta tak bisa dipisahkan, dan lagu "<i>Redemption Songs</i>" ini salah satu lagunya dengan lirik yang sangat kuat. Bayangkan gagasan ini keluar dari latar belakangnya sebagai kelompok ras manusia di Jamaika yang kondisinya masih dikucilkan, di dunia ketiga dengan semua persoalan tribalnya, hanya tiga kata: <i>songs of freedom</i>. <br /></p><p>Bob Marley aka Nesta meninggal semuda itu saat umur 36 tahun karena kanker kulit. Reggae dan Rastafari yang menjadi ideologi hidupnya semacam menjadi cahaya yang mengilhami karya-karya Nesta. Saat ditanya kenapa reggae begitu populer? Jawabannya serupa argumen yang dibangun oleh orang-orang besar sepanjang sejarah yang tak pernah mementingkan dirinya sendiri: reggae adalah musik rakyat, dia hadir dari sanubari orang-orang kecil. </p><p>Exodus, album Bob Marley dan The Wailers yang dinobatkan Times sebagai salah satu album besar abad ke-20 liriknya syarat pesan-pesan transenden dari bibble dan ajaran Jah, Rastafar(a)i. Marley suka buku cerita Haile Selassie (Mantan Kaisar Etiopia) dibaca Nesta berkali-kali, buku perjuangan para kulit hitam, tak hanya Jamaika tapi juga dunia. </p><p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzlBrJB3fiTdNszyVq58DWj2cLsG-5gkjmgV1PIODIASZP6NE_9rFGrVtiqD7X6tI8l-NMw0FCOObrQbscs8SLSlI8f0v-Wg1dMLAN7yAzgJujVo1oGMjazADb3LbfaODjmAgf_ERSFtzteWHFoVjftXB7fRAZ_A6BtXjol1BYB9_f5YNzB9zxspN_FUM/s1600/WhatsApp%20Image%202024-02-25%20at%208.01.36%20AM.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1200" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzlBrJB3fiTdNszyVq58DWj2cLsG-5gkjmgV1PIODIASZP6NE_9rFGrVtiqD7X6tI8l-NMw0FCOObrQbscs8SLSlI8f0v-Wg1dMLAN7yAzgJujVo1oGMjazADb3LbfaODjmAgf_ERSFtzteWHFoVjftXB7fRAZ_A6BtXjol1BYB9_f5YNzB9zxspN_FUM/s320/WhatsApp%20Image%202024-02-25%20at%208.01.36%20AM.jpeg" width="240" /></a></div>Menonton film ini di XXI Plaza Indonesia, aku seperti diajak ke sebuah negara dengan penduduk yang sebagian besar kulit hitam secara lebih nyata, sangat nyata. Mereka tidak dijadikan figuran, tapi menjadi aktor itu sendiri. Dari awal film, Nesta kecil dengan gambaran suasana vintage yang menyejukkan mata, pelan-pelan film ini beurbah menjadi baku penembakan tak bertanggungjawab di Jamaika, bahkan Nesta yang hendak mengadakan konser perdamaian bagi negaranya nyaris tertembak.<p></p><p>Namun, Nesta adalah jamaah Rastafari yang kuat. Tidak dijelaskan secara detail terkait ajaran ini, namun yang pasti mereka punya pakem dan selingkung mereka sendiri. Inspirasi lagu-lagu Nesta banyak didapat dari ajaran Rastafari, dengan tuhan Jah sebagai mandatornya. Film ini juga menunjukkan sosok setia dan kebapakkan yang dimiliki Nesta ketika bersama anak-anak dan istrinya. Banyak hal-hal menarik, beberapa di antaranya: rambut gimbal membuat peluru di kepala Nesta/Rita melambat beberapa detik sehingga melindungi sarafnya. </p><p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijA06PEgK-rkPz7OXXeX7o5OKmAOpwp1xMsEe2fncaVtQzKjyQ3RG_0slJI8CAibRhX1wbMnaHfBeds24KNxHoPsqrD1qPeaBpHct0OxcXFMbpFcNnyu7-YpTEz6E0I1jLG3xZg5QncH4GOtZBLpQCq6wxa8Bb_tOKATj1INzjGaM0TCuDSnWRT1Gxw7o/s1600/WhatsApp%20Image%202024-02-25%20at%208.01.20%20AM.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijA06PEgK-rkPz7OXXeX7o5OKmAOpwp1xMsEe2fncaVtQzKjyQ3RG_0slJI8CAibRhX1wbMnaHfBeds24KNxHoPsqrD1qPeaBpHct0OxcXFMbpFcNnyu7-YpTEz6E0I1jLG3xZg5QncH4GOtZBLpQCq6wxa8Bb_tOKATj1INzjGaM0TCuDSnWRT1Gxw7o/s320/WhatsApp%20Image%202024-02-25%20at%208.01.20%20AM.jpeg" width="320" /></a></div>Oiya, pas selesai nonton kebetulan lagi ada semacam gala screening film Ratu Adil. Nah, para kru dan pemainnya datang, dari Dian Sastrowardoyo (yang datang ditemain suaminya Maulana Indraguna Sutowo dan anak lelakinya Shailendra Naryama Sastraguna Sutowo), ada pula Nino Fernandez, Ira Wibowo, Doni Damara, dan kru lain yang aku kurang tahu namanyan. Ketemu Mas Adi kos yang sedang kerja juga, wkwk.<br /><p></p>Isma Swastiningrumhttp://www.blogger.com/profile/05536645550639669153noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3466970969743762424.post-63391300113245590762024-02-21T10:59:00.001+07:002024-02-21T11:07:32.975+07:00Catatan Film #4: Eksil (2024)<p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg9RaJ_02shHSFMsh-pR4DVjQn0zxxcojb0ro-XLHx4RdLkV_WGeVYBVtwGRe1gWmY3a8yPsjOYcXMDdoy5bJT8h7hXo1htTn3n2sPg6IlWlFACfNT3ibdTjhE2xW9eWPiJmhOZZ81N01S2N6GqqF2c-rEaHLmiHVdJFN_IM7j5yVT3TyjjWUWrtobikJc/s1280/Nobar%20Eksil.jpeg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="720" data-original-width="1280" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg9RaJ_02shHSFMsh-pR4DVjQn0zxxcojb0ro-XLHx4RdLkV_WGeVYBVtwGRe1gWmY3a8yPsjOYcXMDdoy5bJT8h7hXo1htTn3n2sPg6IlWlFACfNT3ibdTjhE2xW9eWPiJmhOZZ81N01S2N6GqqF2c-rEaHLmiHVdJFN_IM7j5yVT3TyjjWUWrtobikJc/s320/Nobar%20Eksil.jpeg" width="320" /></a></div>Film "Eksil" kutonton bareng anak-anak Remotivi di XXI Plaza Senayan hari Selasa, 20 Februari 2024 kemarin. Kami nonton berlima: aku, Gendis Kendra Disa, Bhenageerushtia, Vania Evan, dan Yuniarsih Nur Azizah. Kami nonton yang sesi pukul 19.02 WIB, usai beberapa dari kami pulang dari kantor, atau melaju dari kediamannya masing-masing. Kami berangkat pada jam sibuk Jakarta, saat jalan-jalannya di berbagai ruas utama macet. Setelah sampai di ruang tonton, tak kusangka yang nonton terutama di deretan belakang sangat banyak dan rata-rata anak muda.<br /><p></p><p>Dibuka dengan sebuah puisi yang cukup kelam, seingatku, kata pertama yang keluar dari film itu adalah "kuburan", ya kuburan kami ada di mana-mana. Kami yang dimaksud adalah para korban sejarah dan kemanusiaan sebagai tumbal parade kekuasaan dan kepemilikan. Lalu perlahan, kamera seperti mengajak penonton untuk perlahan-lahan melakukan transisi dari sebuah tempat di Indonesia, masuk terowong dan berubah latarnya ke beberapa <i>landmark</i> negara-negara di Eropa.</p><p>Lalu, satu per satu narasumber yang menjadi eksil dan menjadi materi dasar dari film ini memberikan kesaksianya. Para narasumber itu yang kira-kira terdiri dari 10 orang: Hartoni Ubes, Asahan Aidit, Sarjio Mintardjo, Chalik Hamid, Kusian Budiman, Djumaini Kartaprawira, Sarmadji, Tom Iljas, Waruno Mahdi, I Gede Arka, dll. Mereka berdiaspora ke berbagai negara di Eropa, dari Swedia, Belanda, Jerman, Ceko, dll, usai huru-hara politik tahun 65. Awalnya mereka mendapat beasiswa ke China, Rusia, Romania, tetapi pemaksaan ideologi, dan permintaan untuk mengakui hal-hal yang tak dilakukan membuat para diaspora ini tetap mempertahankan prinsipnya. Tidak mengikuti arus pemborjuisan diri yang melenakan.<br /></p><p>Alih-alih larut dalam superdrama yang dibuat oleh rezim Orde Baru, para eksil memilih untuk menggeluti bidang yang menjadi panggilan hidup masing-masing. Ada yang bekerja di sebuah perusahaan di Swedia sampai diberikan rumah, ada yang kerja di bidang Kimia sebuah institusi riset di Jerman, ada yang membantu di bidang perkebunan, ada yang ahli fotokopi sampai diberi penghargaan, ada yang mengarsip, hidup tentu harus tetap berjalan bukan? Jika pilihan menjadi <i>stateless </i>adalah satu-satunya pilihan, maka kewarganegaraan tak lebih dari sekadar pengakuan di atas kertas.<br /></p><p>Namun, meski mereka tinggal di luar negeri, pikiran mereka tetap tak bisa lepas dari Indonesia. Dan ini salah satu poin penting yang kutangkap dari film ini: Jika eksil di luar Indonesia seperti eksil dari India atau Timur Tengah bisa dengan mudah melepas diri dari bayang-bayang negara asal, sampai mereka bisa bekerja di bagian pemerintahan sampai jadi Perdana Menteri; maka eksil dari Indonesia rata-rata masih terpaku dengan kondisi Indonesia, fisik mereka di luar negeri, tapi jiwa dan pikirannya masih di Indonesia, berbagai informasi dari Indonesia diikuti, sampai-sampai, ada yang menanam tanaman khas Indonesia. Sebagai orang desa, seorang eksil menanam pohon pisang dan bambu dengan ukuran bonsai di dalam rumah.</p><p>Ada satu pernyataan menarik, jika seorang pembunuh hanya dikurung 20-25 tahun kemudian bisa bebas, sebagai eksil, jiwa mereka seperti terpenjara selamanya. Ada yang tinggal di luar bahkan melebihi masa kuasa Soeharto yang sepanjang 32 tahun. Mereka lebih dari tahun-tahun itu, efeknya pun beragam, ada yang mengalami <i>trust issue</i>, merasa diikuti oleh intel, dan takut menceritakan keluarganya kalau sewaktu-waktu pihak keluarga akan menjadi korban selanjutnya.</p><p>Akhir dari film yang dibuat sepertinya selama kurun waktu hampir 10 tahun ini bahkan telah membuat para tokohnya meninggal. Mereka dikebumikan di Eropa, dan anak serta orang-orang dekatnya memberi kesaksian. Salah satu yang kukenang, tentang eksil yang bahkan ketika dia hidup sendiri, kursi-kursi di ruangannya sangat banyak untuk menyambut orang-orang Indonesia ketika berkunjung, atau mahasiswa-mahasiswi yang datang mungkin sekadar untuk mengikuti <i>short course.</i></p><p>Beberapa eksil dengan ketekunannya juga melakukan kerja-kerja pengarsipan di rumah pribadi mereka, sampai kamar isinya hanya buku-buku. Koleksi mereka seperti berbagai buku yang ditulis oleh Pramoedya Ananta Toer, dan karya-karya tentang Pram.<i> </i>Ada pula yang mengarsip orang-orang eksil lain yang meninggal menjadi buku khusus dengan informasi karya dan<i> </i>keluarga mereka. Eksil dan kerja-kerja pengarsipan ini menurutku menjadi hal yang menarik untuk dikulih lebih jauh.<i> </i><br /></p><p>Film yang disutradarai oleh Lola Amaria sepanjang 119 menit ini juga menampilkan banyak <i>footage-footage </i>tempat di Indonesia dan Eropa, entah apa kepentingannya? Namun, <i>footage </i>itu menurutku ada yang nyambung, tapi banyak yang tidak nyambungnya, atau kalau dihapus pun tak akan mengurangi nilai-nilai utama yang ingin disampaikan oleh film. Kekuarangan lain, tak ada narasi perempuan, meski telah dijelaskan film ini tak menghadirkan perempuan, karena mereka tidak mau. </p><p>Ketika menengok film Lola Amaria lain, seperti "Minggu Pagi di Victoria Park", aku sangat mengapresiasi beliau atas visi-misinya dalam dunia perfilman yang mengangkat kisah-kisah marjinal. Kerja-kerja yang dilakukan Lola juga mengingatkanku dengan kerja-kerja yang dilakukan oleh penerbit Ultimus di bawah naungan Mas Bilven Sandalita. Ultimus setahuku banyak menerbitkan buku terkait eksil, bahkan paling banyak di antara banyak penerbit yang dimiliki Indonesia.</p><p>Tentu film ini mengingatkanku pula pada buku Bu Magdalena Sitorus terbitan Tanda Baca berjudul "Lima Puan dalam Pusaran Kelana". Buku yang kebetulan dulu aku edit ini bercerita terkait lima eksil perempuan yang tinggal di Belanda, ada Bu Siti, Bu Francisca, Bu Tiwi, Bu Yarna, dan Bu Aminah. Kalau kamu masih ingat dengan tokoh Pak I Gede Arka, eksil dari Bali, beliau adalah suami dari Ibu Yarna Mansur. Kisah mereka terukir dalam buku yang ditulis Bu Magda, bagaimana suka dan dukanya menjadi eksil. <br /></p>Isma Swastiningrumhttp://www.blogger.com/profile/05536645550639669153noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3466970969743762424.post-74031582302230986372024-02-16T21:58:00.004+07:002024-02-16T21:58:28.003+07:00REMOTIVI: Capres-Cawapres dalam Lensa Media<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjZJnlULbHk2WPznunIo48v1xCdwSFb9-G3m95V_B2OI3viUjpu9qs9Ziev4fyk2FDpOrrMbaHJyT7i0bgpWjBJYsopue_PpLWYrtrTPJjX5Erw1qYyTWs5RWk15rRVBZkKeVQS30ewumWfWUpEZf62p967BhC9pvXL27d3_gPRRUKgeB-R5znuMjtnH2o/s1040/Remotivi%20(1).jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="780" data-original-width="1040" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjZJnlULbHk2WPznunIo48v1xCdwSFb9-G3m95V_B2OI3viUjpu9qs9Ziev4fyk2FDpOrrMbaHJyT7i0bgpWjBJYsopue_PpLWYrtrTPJjX5Erw1qYyTWs5RWk15rRVBZkKeVQS30ewumWfWUpEZf62p967BhC9pvXL27d3_gPRRUKgeB-R5znuMjtnH2o/s320/Remotivi%20(1).jpeg" width="320" /></a></div><p>Remotivi menggelar diskusi "Capres-Cawapres dalam Lensa Media: Pejabat Publik Atau Idol?" di Sinou Coffee Jakarta Selatan, Senin (12/2/2024). Menghadirkan para narasumber: Surya Putra (Peneliti Remotivi), Kunto Adi Wibowo (Akademisi UNPAD), Andhyta F. Utami (CEO Think Pilicy), dan Fathia Maulidiyanti (Pegiat HAM). Diskusi dimoderatori oleh Raihan Luthfi (Upi).<br /></p><p>Acara dibuka oleh penampilan musik Deugalih. Dia menyanyikan lagu "We Can Share All Pain My Friend", "Tanahku Tidak Dijual", dan "Buat Gadis Rasyid". Kemudian dilanjutkan dengan stand up comedy dari komika Igen Wahang.<br /></p><p style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhYDdG8Vreg31ljwNxiKZIp3f-Wb1j9FJS6tfg18dDJ6eeu8tWYk2kT_lhSVTIB3T2m3oz9tTe7yGMOVbKph6DsF3IL18XauAlU-ZAjcgdicbn-dZ6RuBn1eH1b5saLqw2N36URpuLR3kilO36bJx5Lh73VwFkokCHdGeCkljb9oo0fhQ6sx0C7WcbQEv8/s1040/Deugalih.jpeg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1040" data-original-width="780" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhYDdG8Vreg31ljwNxiKZIp3f-Wb1j9FJS6tfg18dDJ6eeu8tWYk2kT_lhSVTIB3T2m3oz9tTe7yGMOVbKph6DsF3IL18XauAlU-ZAjcgdicbn-dZ6RuBn1eH1b5saLqw2N36URpuLR3kilO36bJx5Lh73VwFkokCHdGeCkljb9oo0fhQ6sx0C7WcbQEv8/s320/Deugalih.jpeg" width="240" /></a><br /></p><p>Narasumber Kunto Adi Wibowo mengatakan, dalam komunikasi politik harus tahu siapa pemirsanya. Ada psikologi pemilih yang sering digunakan, seperti rasional. Ada derajat rasionalitas. Ada cerita di NTB, fotonya dipermak lewat Photoshop menjadi cantik dan menang (heuristik). Pemilih tak punya cukup motivasi dan energi untuk memilih. Di sini peran gimmick berperan. Politik bagi sebagian orang tak menarik, jadi orang yang susah menginvestasikan waktu kesana. <br /><br />Dalam paparannya, Wowo menjelaskan, TV masih menjadi sarana utama komunikasi, disusul FB, Tiktok, YouTube, dan Instagram. Awalnya, paslon 01 menggunakan cara tradisional, seperti pidato politik. Di tengah-tengah bergeser, pakai TikTok (yang dicibir). Kritik ke 01 banyak omong, sehingga muncul "Desak Anis". Lalu bergeser ke K-Pop dan dibahas di Korea terkait pengggunaan K-Pop di politik Indonesia. Ada transformasi, yang gimmick jadi transformatif. <br /><br />Lalu untuk paslon 02, dia hadir dengan konsep "lucu", yang unggahannya lebih dari 300 ribu. Prabowo dikit-dikit joget, dan itu proses rebranding yang luar biasa. Strateginya melanggengkan Jokowi. Lalu ada unggahan nangis-nangis berjamaah. Semua di-TikTok-an. Anis mulai riding the wave.<br /><br />Juga paslon 03 di Tim Penguin Nasional (TPN) dengan mengkapitalisasi anaknya, Alam. Ganjar mulai tahun baru ganti strategi. Januari lebih soft. <br /><br />"Kalau Pemilu tidak ada isu, maka capresnya yang jadi isu," katanya. <br /><br />Polarisasi tahun ini yang disyukuri tak sekencang tahun 2014 dan 2019. Kalau melihat media informasi, media banyak media survei. Media gak kritis ketika lihat survei, seakan-akan survei sebuah kebenaran. <br /><br />Narasumber Surya putra menjelaskanmenjelaskan terkait penelitian Remotivi, dengan mencari berita-berita terkait basa-basi politik. Menghadirkan relawan anak muda sebanyak kurang lebih 100 muda di 9 kota. Latar belakang karena memiliki kesamaan yang sama, dipenuhi hal-hal yang emosionil dan sentimen. Dampaknya gak tercipta pemilih yang rasional. <br /><br />Remotivi memiliki premis, media terlalu banyak memproduksi berita tidak substansial terkait Pemilu. Berdasarkan temuan Remotivi, media ikut makan gimmick kandidat. Artinya, ketika media hanya mengamplifikasi kandidat, yang bercorak game frame (pertandingan olahraga) dan personalisasi (yang berfokus mengeksplorasi penokohan); media tidak berfokus pada substansi. <br /><br />Dari temuan Remotivi, ada beberapa jenis berita yang non-substansial: pernak-pernik kampanye, debat pilpres, seruan terhadap kandidat (cheerleader kandidat), keluarga kandidat, kehidupan personal (suka anime apa, musik apa), dll. Berita ini mengkonstruksi kandidat dengan cara-cara tertentu. <br /><br />"Melek pop culture anak muda, tapi gak tahu kebijakan yang berkaitan anak muda," terangnya. <br /><br />Selain mengkonstruksi cerita, culture keluarga juga berpengaruh karena dapat exposure yang sangat tinggi. Bagaimana Gibran mengelola bisnis martabaknya; atau berita yang isi beritanya sandiwara antar-elite. Berita model kayak gini muncul sinisisme ke politik, karena bingkainya seperti itu, mengalienasi masyarakat dari politik. Padahal sebagai warga persoalannya konkret dan politis. <br /><br />Ada asumsi, kenapa media tidak substantif, karena capres-cawapres juga tak membicarakan hal yang substantif. Pencitraan tak terhindarkan, tapi bagaimana dia dicitrakan itu penting. Misal yang ramah lingkungan dengan yang pakai outfit hijau. Kata Thomas Patterson, yang diangkat emang tokoh yang suka bergimmick ria dan jago berkomunikasi politik. Pemberitaan capres-cawapres di media online juga tergantung siapa yang memiliki media (konglomerat media). <br /><br />Narasumber berikutnya, Afutami memaparkan, dalam konteks pasar informasi ada supply-demand, yang diproduksi media adalah permintaan masyarakat. Ada insentif ekonomi dan politik. Dalam konteks Bijakmemilih, fokus ke demand, bagaimana menciptakan demand. Bagaimana menciptakan anak-anak muda yang mencari informasi substantif. Demand-nya memang belum. <br /><br />Bijakmemilih ada di kontainer dan isi. Kontainernya adalah yang melihat capres-cawapres sebagai pertarungan idola dan fans club. Yang ingin diubah ini bukan kontestasi idola. Nomor satunya ini bukan idolisme. Akhirnya defensif terhadap fakta-fakta. Karena idolisasi, di garis batas ada bias konfirmasi dari fakta. <br /><br />Kemudian, memori history feodalisme kuat. Kalau ada anak Raja, itu jadi justifikasi yang masih diteruskan. Banyak konteks yang tidak diperhatikan. <br /><br />Cara berpikir lainnya, di AS ada beer theory, dia approachable enggak? Elektabilitas ini menyangkut nilai-nilai, dan mendominasi. <br /><br />Ada tiga kerangka yang difokuskan dalam Bijakmemilih:<br />1. Isu: menormalisasi isu yang berhubungan dengan publik, dalam hal tertentu menjadi aktivis. Memahami isu itu wajar. Masuknya dari isu dulu, misal undang-undang terkair ITE, EBT, revisi KPK, dll. Bukan masuk dari "sosok kandidat". <br />2. Partai: banyak orang Indonesia yang tak paham partai. Anak muda yang pendidikan politiknya tak mendalam itu tak paham, jumlahnya juga banyak banget, sampai yang ditunjukkan rekam jejak korupsi partai. Peran partai yang mengatur sistem itu penting. <br />3. Prestasi, kontroversi, afiliasi: ini berpengaruh pada kebijakan. Siapa yang masuk di rombongan capres-cawapres. <br /><br />Pembicara terakhir, Fathia Maulidiyanti menyampaikan terkait cerita raja kurus dan pangeran utamanya. Kemampuan mereka dalam membangun dinasti bahkan cuma sembilan tahun. Kalau Soeharto hidup, barangkali dia akan sungkem pada raja kurus, "gw 9 tahun, lu harus 32 tahun, pakai lift bos."<br /><br />Diktator seperti raja kurus membuat dinasti dengan menguasai media, menguasai orang-orang, hukum, UU ITE. "Untuk bisa mengendalikan itu semua, kita yang pegang," katanya. <br /><br />(Joke: Kalau berkualitas itu gak laku 😂) </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjspFkYn2urDroiMub2632afi3xEuovJT3yOMiSNu9xKZfNBSH6-Cv2R9HO98ubij9JuV3ossE57Yu-Y7900Uftib9Ll46oymNpcw3Fbgt4j_ziXxI-JvVzWqk0d54eRzPipLwFqif-dTQ2O55v5KhoajsONPxAynXDFDasPrG564mmsWkF00w7eg5djyI/s1040/Remotivi%20(4).jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="780" data-original-width="1040" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjspFkYn2urDroiMub2632afi3xEuovJT3yOMiSNu9xKZfNBSH6-Cv2R9HO98ubij9JuV3ossE57Yu-Y7900Uftib9Ll46oymNpcw3Fbgt4j_ziXxI-JvVzWqk0d54eRzPipLwFqif-dTQ2O55v5KhoajsONPxAynXDFDasPrG564mmsWkF00w7eg5djyI/s320/Remotivi%20(4).jpeg" width="320" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixdZhpvxGOh1iY0fGj98LUjxqCraQq4wcKqj4R-UYKJZpPaEBDPzfUPSxZ5wdx9hdvPYVcC5TfEbaKMAPh1s_SMv4EzguOP-rcSD2UyETIfo3tSVuJek95eJpyPeHFOy9CmG0WCXitIs-sLooTuX4tWVgC31_gyH3vm6yvkEdrIDpJfzccLb9icpm2G6c/s1040/Remotivi%20(3).jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="780" data-original-width="1040" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixdZhpvxGOh1iY0fGj98LUjxqCraQq4wcKqj4R-UYKJZpPaEBDPzfUPSxZ5wdx9hdvPYVcC5TfEbaKMAPh1s_SMv4EzguOP-rcSD2UyETIfo3tSVuJek95eJpyPeHFOy9CmG0WCXitIs-sLooTuX4tWVgC31_gyH3vm6yvkEdrIDpJfzccLb9icpm2G6c/s320/Remotivi%20(3).jpeg" width="320" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgv8CAYUlhGpE8n8E6I79rK_SBLRIizaJVZfxaK2eEsOwvPTQbZuBgLUYtFUjEiI1Cx8Ncc0fvg038ToC9uTddScp-06yJuXKAleh3Fut7c0UIxnEkpbABIjYtwY8iZ1krN1otQbi0B_Uacxy2Ppg4d4gpxgDFA4L6-j072XUkkvLWvUCIsSURTSlOR-Ig/s1040/Remotivi%20(2).jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="780" data-original-width="1040" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgv8CAYUlhGpE8n8E6I79rK_SBLRIizaJVZfxaK2eEsOwvPTQbZuBgLUYtFUjEiI1Cx8Ncc0fvg038ToC9uTddScp-06yJuXKAleh3Fut7c0UIxnEkpbABIjYtwY8iZ1krN1otQbi0B_Uacxy2Ppg4d4gpxgDFA4L6-j072XUkkvLWvUCIsSURTSlOR-Ig/s320/Remotivi%20(2).jpeg" width="320" /></a></div><br />Tanya jawab:<br /><br />1. Tips untuk disabilitas tuli agar melek literasi politik? <br /><br />Pak
Wowo: Literasi politik itu masalah luas, dan disabilitas cenderung
dipojokkan. Sayangnya di Indonesia, masalah ini bahkan yang gak
disabilitas pun gak bisa bedain DPR dan DPD. <br /><br />Surya: Media gak
substantif karena pengaruh oleh ekomomi. Logika komersil dan publiknya
ini saling bertentangan. Parahnya logika komersil lebih dikeataskan
daripada yang logika publik. Gimana mau buat berita substantif kalau
sehari diminta nulis 10 berita? Demi klik. <br /><br />2. Adakah keragaman ideologis di pemilu kali ini seperti di awal kemerdekaan? <br /><br />Afu:
Jika kembali ke pasar dan memakai logika pasar, maka gak ada keragaman
ideologis. Hanya meraih market share mekanismenya sekarang. Misal lagi
growing itu Partai Buruh, yang secara pesan itu lebih ideologis daripada
Perindo dan PSI, muda apa itu gak jelas. Membiasakan masyarakatnya
ideologis dulu, baru partainya ideologis. <br /><br />Fathia: Di PDI-P,
malah masuk gak lagi diajari Marhaenisme, tapi bagaimana mempertahankan
kuasa. Bahkan oposisi politik kita sekarang dasarnya tak berideologi.
Indonesia juga tak ada yang basisnya independen, harus ada partai.Isma Swastiningrumhttp://www.blogger.com/profile/05536645550639669153noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3466970969743762424.post-82546648678262134832024-02-15T08:13:00.000+07:002024-02-15T08:13:03.450+07:0015 Februari 2024<p>I</p><p>Dunia ini hanya puasa, yang pendek tapi panjang.</p><p>2</p><p>Hembusan angin di sana, dinginkan rasa <i>kecewa </i><br /></p><p>Dan pada waktunya, semua akan <i>berterbangan</i>* </p><p>3</p><p>Kita pun <i>menyesali</i>, kita merugi</p><p>Pada siapa mohon berlindungan <br /></p><p>Debu-debu <i>berterbangan</i>**</p><p> </p><p></p><p>PS:</p><p>*Diambil dari lirik lagu "Nyala" oleh Pure Saturday.</p><p>**Diambil dari lirik lagu "Debu-Debu Berterbangan" oleh ERK.<br /></p>Isma Swastiningrumhttp://www.blogger.com/profile/05536645550639669153noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3466970969743762424.post-86272698297221506462024-02-06T17:43:00.004+07:002024-02-07T09:10:01.152+07:006 Februari 2024<p>Menyelamatkan mentalmu jauh lebih penting daripada sekadar menyelamatkan hal-hal yang sifatnya material.<br /></p>Isma Swastiningrumhttp://www.blogger.com/profile/05536645550639669153noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3466970969743762424.post-42353470953723975562024-02-02T08:31:00.002+07:002024-02-02T08:31:11.155+07:002 Februari 2024<p>Yesterday an EF student said in general club learning:</p><p>"I don't like horror movies. I don't like how the characters make decisions."</p><p>That's mind-blowing for me. The character is everything.<br /></p>Isma Swastiningrumhttp://www.blogger.com/profile/05536645550639669153noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3466970969743762424.post-38804581682361691532024-01-18T09:00:00.000+07:002024-01-18T09:00:14.146+07:00Puisi Emha Ainun Nadjib<p>Di dalam diriku ada ruang amal luas tak terbatas</p><p>Fajar hari melemparinya dengan batu, tapi tak bergeming ia karena tak berdinding</p><p>Pagi membidikkan berjuta anak panah, tapi tak terluka ia karena kosong</p><p>Kemudian siang membakarnya dengan api iblis, tapi tak terbakar ia karena lembut bagai kristal angin</p><p>Sore menumpahkan air busuk dan sampah dunia, tapi diubahnya menjadi bunga dan tenaga</p><p>Dan malam menikamkan pisaunya bertubi-tubi: Darah mengalir! Menjadi bentangan samudra yang baru, aku berlayar ke daerah-Mu</p><p>Di dalam diriku ada ruang amat luas tak terbatas</p><p>Di dalam diriku alam semesta menghampar, bintang-bintang berjajar, planet-planet berkeliling, bumi hamil kekayaan maha tak terhingga, angin, tanah, pepohonan dan air menghantarkan jiwaku yang berjalan menunduk ke hadapan-Nya</p><p><i>Sumber: </i>Buku Emha Ainun Nadjib, "Secangkir Kopi Jon Pakir", hlm. 330.<br /></p>Isma Swastiningrumhttp://www.blogger.com/profile/05536645550639669153noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3466970969743762424.post-39672556594081636292024-01-18T08:42:00.003+07:002024-02-24T14:52:43.891+07:00Dokumentasi Daftar Buku Fiksi<p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiXCt38h9Bg6s0LTtkqXKC5pULEickbHPfR0cdGY12G39TVahJUNS1OMKArPBzySzvAE-UEuyiykpo62rJzHlxQn1XoH4hMNHWvdKLzC0T3LW-U0G1poZaGRLBLW5fGZSv20hGP3XIY5wA023VsluNfLEzEQff4cGdAjgDKCPqHVT_gamOKXSUC60vakSU/s1600/Fiksi.jpeg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1024" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiXCt38h9Bg6s0LTtkqXKC5pULEickbHPfR0cdGY12G39TVahJUNS1OMKArPBzySzvAE-UEuyiykpo62rJzHlxQn1XoH4hMNHWvdKLzC0T3LW-U0G1poZaGRLBLW5fGZSv20hGP3XIY5wA023VsluNfLEzEQff4cGdAjgDKCPqHVT_gamOKXSUC60vakSU/s320/Fiksi.jpeg" width="205" /></a></div>Awal bulan Januari 2024 ini, saya mendata semua dokumentasi buku yang
saya punya selama tinggal di Jakarta. Berikut daftar buku yang edisi fiksi:<p></p><p>
</p><table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" style="width: 478px;"><colgroup><col style="mso-width-alt: 1194; mso-width-source: userset; width: 25pt;" width="34"></col>
<col style="mso-width-alt: 3896; mso-width-source: userset; width: 82pt;" width="110"></col>
<col style="mso-width-alt: 3840; mso-width-source: userset; width: 81pt;" width="108"></col>
<col style="mso-width-alt: 2901; mso-width-source: userset; width: 61pt;" width="82"></col>
<col style="mso-width-alt: 3043; mso-width-source: userset; width: 64pt;" width="86"></col>
<col style="mso-width-alt: 2076; mso-width-source: userset; width: 44pt;" width="58"></col>
</colgroup><tbody><tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td height="19" style="height: 14.4pt; width: 25pt;" width="34">No.</td>
<td style="width: 82pt;" width="110">Penulis</td>
<td style="width: 81pt;" width="108">Judul</td>
<td style="width: 61pt;" width="82">Penerbit</td>
<td style="width: 64pt;" width="86">Hlm dan Tahun</td>
<td style="width: 44pt;" width="58">Harga</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">1</td>
<td>Mary Shelly</td>
<td>Mathilda</td>
<td>Diva Press</td>
<td>(228/2020)</td>
<td align="right" class="xl65">60.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">2</td>
<td>Han Kang</td>
<td>Vegetarian</td>
<td>Baca</td>
<td>(222/2021)</td>
<td align="right" class="xl65">68.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">3</td>
<td>Martin Suryajaya</td>
<td>Kiat Sukses Hancur Lebur</td>
<td>Banana</td>
<td>(216/2016)</td>
<td align="right" class="xl65">90.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">4</td>
<td>Andina Dwifatma</td>
<td>Semusim, dan Semusim Lagi</td>
<td>Gramedia</td>
<td>(236/2013)</td>
<td align="right" class="xl65">82.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">5</td>
<td>Sayaka Murata</td>
<td>Gadis Supermarket</td>
<td>Gramedia</td>
<td>(160/2022)</td>
<td align="right" class="xl65">58.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">6</td>
<td>A. Mustafa</td>
<td>Anak Gembala yang Tertidur di Akhir Zaman</td>
<td>Shira Media</td>
<td>(vi+358/2019)</td>
<td align="right" class="xl65">69.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">7</td>
<td>Andina Dwifatma</td>
<td>Lebih Senyap dari Bisikan</td>
<td>Gramedia</td>
<td>(viii+156/2021)</td>
<td align="right" class="xl65">72.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">8</td>
<td>Tara Westover</td>
<td>Educated</td>
<td>Gramedia</td>
<td class="xl65">(xvi+500/2021)</td>
<td align="right" class="xl65">128.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">9</td>
<td>Maesy Ang & Teddy W. Kusuma (Ed)</td>
<td>Cerita-Cerita Jakarta</td>
<td>Post Press</td>
<td>(xv+213/2023)</td>
<td align="right" class="xl65">76.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">10</td>
<td>Cynthia Hariadi</td>
<td>Mimi Lemon</td>
<td>Post Press</td>
<td>(viii+248/2023)</td>
<td align="right" class="xl65">89.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">11</td>
<td>Marion ST John Webb</td>
<td>Knock Three Times</td>
<td>Atria</td>
<td>(vi+258/2010)</td>
<td align="right" class="xl65">40.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">12</td>
<td>George Orwell</td>
<td>Animal Farm</td>
<td>Gramedia</td>
<td>(128/2021)</td>
<td align="right" class="xl65">53.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">13</td>
<td>S. Rukiah</td>
<td>Tandus</td>
<td>Ultimus</td>
<td>(xx+180/2017)</td>
<td align="right" class="xl65">55.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">14</td>
<td>S. Rukiah</td>
<td>Kejatuhan dan Hati</td>
<td>Ultimus</td>
<td>(xxviii+102/2017)</td>
<td align="right" class="xl65">40.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">15</td>
<td>Theoresia Rumthe & Weslly Johannes)</td>
<td>Tempat Paling Liar di Muka Bumi</td>
<td>Gramedia</td>
<td>(104/2022)</td>
<td align="right" class="xl65">50.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">16</td>
<td>Lee Mi Ya</td>
<td>Dollagoot Toko Penjual Mimpi</td>
<td>Baca</td>
<td>(vi+294/2021)</td>
<td align="right" class="xl65">85.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">17</td>
<td>Andrea Hirata</td>
<td>Sang Pemimpi</td>
<td>Bentang</td>
<td>(x+292/2008)</td>
<td align="right" class="xl65">71.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">18</td>
<td>Andrea Hirata</td>
<td>Edensor</td>
<td>Bentang</td>
<td>(xii+290/2008)</td>
<td align="right" class="xl65">97.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">19</td>
<td>Haruki Murakami</td>
<td>Dengarlah Nyanyian Angin</td>
<td>KPG</td>
<td>(iv+119/2008)</td>
<td align="right" class="xl65">60.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">20</td>
<td>Antoine De Saint-Exupery</td>
<td>Pangeran Cilik</td>
<td>Gramedia</td>
<td>(120/2022)</td>
<td align="right" class="xl65">46.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">21</td>
<td>Iwan Setyawan</td>
<td>9 Summers 10 Autumns</td>
<td>Gramedia</td>
<td>(viii+224/2012)</td>
<td align="right" class="xl65">50.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">22</td>
<td>Natalie Babbit</td>
<td>Tuck Everlasting</td>
<td>Atria</td>
<td>(vi+172/2003)</td>
<td align="right" class="xl65">30.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">23</td>
<td>Natalie Babbit</td>
<td>Tuck Everlasting</td>
<td>Square Fish</td>
<td>(vi+148/1975)</td>
<td align="right" class="xl65">20.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">24</td>
<td>Aman Datuk Mojoindo</td>
<td>Si Dul Anak Jakarta</td>
<td>Balai Pustaka</td>
<td>(86/2009)</td>
<td align="right" class="xl65">28.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">25</td>
<td>Siswandi<span style="mso-spacerun: yes;"> </span></td>
<td>Lambaian Seribu Bunga</td>
<td>Balai Pustaka</td>
<td>(88/1998)</td>
<td align="right" class="xl65">25.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">26</td>
<td>Julia Stevanny</td>
<td>Ramalan Fudus Ororpus</td>
<td>Gramedia</td>
<td>(224/2012)</td>
<td align="right" class="xl65">26.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">27</td>
<td>Primadona Angela & Alexandra Xu</td>
<td>Ratu Preman</td>
<td>Gramedia</td>
<td>(216/2010)</td>
<td align="right" class="xl65">15.500</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">28</td>
<td>Charon</td>
<td>3600 Detik</td>
<td>Gramedia</td>
<td>(200/2014)</td>
<td align="right" class="xl65">40.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">29</td>
<td>Donna Rosamayna</td>
<td>The Princess in Me</td>
<td>Gramedia</td>
<td>(272/2005)</td>
<td align="right" class="xl65">50.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">30</td>
<td>Yasunari Kawabata</td>
<td>Daun-Daun Bambu</td>
<td>Pojok Cerpen</td>
<td>(vi+140/2021)</td>
<td align="right" class="xl65">54.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">31</td>
<td>Umar Kayam</td>
<td>Seribu Kunang-Kunang di Manhattan</td>
<td>Pojok Cerpen</td>
<td>(xxvi+80)</td>
<td align="right" class="xl65">60.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">32</td>
<td>Charles Dickens</td>
<td>A Chirstmas Carol</td>
<td>Narasi</td>
<td>(156/2018)</td>
<td align="right" class="xl65">28.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">33</td>
<td>Koji Suzuki</td>
<td>Sadako</td>
<td>Second Wind</td>
<td>(164/2014)</td>
<td align="right" class="xl65">10.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">34</td>
<td>Yasushi Inoue</td>
<td>Bedil Perburuan</td>
<td>Alenia</td>
<td>(104/2005)</td>
<td align="right" class="xl65">20.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">35</td>
<td>Mahmoud Darwish</td>
<td>Memory for Forgetfulness</td>
<td>Gramedia</td>
<td>(265/2019)</td>
<td align="right" class="xl65">69.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">36</td>
<td>Johanna Spyri</td>
<td>Heidi</td>
<td>Gramedia</td>
<td>(304/2022)</td>
<td align="right" class="xl65">88.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">37</td>
<td>GM Sudarta</td>
<td>Bunga Tabur Terakhir</td>
<td>Galang Press</td>
<td>(156/2011)</td>
<td align="right" class="xl65">49.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">38</td>
<td>Ratih Kumala</td>
<td>Gadis Kretek</td>
<td>Gramedia</td>
<td>(viii+282/2023)</td>
<td align="right" class="xl65">75.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">39</td>
<td>Virginia Woolf</td>
<td>Mrs. Dalloway</td>
<td>Jalasutra</td>
<td>(xvi+206/1996)</td>
<td align="right" class="xl65">85.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">40</td>
<td>Debra H. Yatim dkk</td>
<td>Q! Stories</td>
<td>Q-Munity</td>
<td>(xii+125/2010)</td>
<td align="right" class="xl65">20.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">41</td>
<td>George Orwell</td>
<td>Jalan ke Wigan Pier</td>
<td>Gramedia</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">85.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">42</td>
<td>Guy de Maupassant</td>
<td>Mademoiselle Fifi</td>
<td>Yayasan Obor Indonesia</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">50.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">43</td>
<td>Nawal El Saadawi</td>
<td>Matinya Seorang Mantan Menteri</td>
<td>Yayasan Obor Indonesia</td>
<td>(xii+122/2005)</td>
<td align="right" class="xl65">39.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">44</td>
<td>Prie GS</td>
<td>Ipung 1-3</td>
<td>Cipta Prima Nusantara</td>
<td>(x+404/2017)</td>
<td align="right" class="xl65">125.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">45</td>
<td>Prie GS</td>
<td>Ipung 4: Hidup Ini Lunak Maka Bentuklah</td>
<td>Cipta Prima Nusantara</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">125.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">46</td>
<td>Prie GS</td>
<td>Ipung 5: Kepada Siapa yang Setia Menjaga Hati Nurani</td>
<td>Cipta Prima Nusantara</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">125.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">47</td>
<td>Jane Austen</td>
<td>Sense and Sensibility</td>
<td>Mizan</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">85.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">48</td>
<td>Jane Austen</td>
<td>Emma: Cinta Bukanlah Permainan</td>
<td>Mizan</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">95.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">49</td>
<td>Jane Austen</td>
<td>Mansfield Park: Cinta Sejati Tak Mengenal Kasta</td>
<td>Mizan</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">89.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">50</td>
<td>Jules Verne</td>
<td>Berkeliling Dunia di Bawah Laut</td>
<td>Gramedia</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">79.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">51</td>
<td>Bram Stoker</td>
<td>Dracula</td>
<td>Gramedia</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">119.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">52</td>
<td>Natsume Soseki</td>
<td>Botchan</td>
<td>Gramedia</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">62.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">53</td>
<td>Miguel De Cervantes</td>
<td>Don Quijote Dari La Mancha 1</td>
<td>Yayasan Obor Indonesia</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">160.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">54</td>
<td>Miguel De Cervantes</td>
<td>Don Quijote Dari La Mancha 2</td>
<td>Yayasan Obor Indonesia</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">160.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">55</td>
<td>Okky Madasari</td>
<td>Delapan Enam (86)</td>
<td>Gramedia</td>
<td>(256/2016)</td>
<td align="right" class="xl65">65.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">56</td>
<td>Teguh Affandi</td>
<td>Arum Manis: Cerita Bukan tentang Cerita Kita</td>
<td>Gramedia</td>
<td>(xviii+150/2022)</td>
<td align="right" class="xl65">75.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">57</td>
<td>Alain de Botton</td>
<td>The Course Love</td>
<td>Bentang</td>
<td>(vi+270/2021)</td>
<td align="right" class="xl65">79.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">58</td>
<td>Jonas Jonasson</td>
<td>The 100-year-old-man Who Climbed Out of The Window and Disappeared</td>
<td>Bentang</td>
<td>(viii+508/2013)</td>
<td align="right" class="xl65">129.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">59</td>
<td>Pramoedya Ananta Toer</td>
<td>Keluarga Gerilya</td>
<td>PT Pembangunan Djakarta</td>
<td>(240/1949)</td>
<td align="right" class="xl65">25.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">60</td>
<td>Harriet C. Brown (Ed)</td>
<td>Cerita-Cerita Lumbung</td>
<td>Marjin Kiri</td>
<td>(vi+260/2022)</td>
<td align="right" class="xl65">77.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">61</td>
<td>Sevgi Soysal</td>
<td>Tengah Hari di Yenisehir</td>
<td>Pustaka Obor Indonesia (POI)</td>
<td>(350/2021)</td>
<td align="right" class="xl65">100.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">62</td>
<td>Lonyenk Rap</td>
<td>Crazymolazy</td>
<td>Penerbit Andi</td>
<td>(viii+172)</td>
<td align="right" class="xl65">10.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">63</td>
<td>Maria A. Sardjono</td>
<td>Sekar</td>
<td>Alam Budaya</td>
<td>(250/1986)</td>
<td align="right" class="xl65">25.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">64</td>
<td>Nathaniel Hawthorne</td>
<td>Scarlet Letter</td>
<td>Narasi</td>
<td>(276/2015)</td>
<td align="right" class="xl65">40.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">65</td>
<td>Penny Jordan</td>
<td>The City-Girl Bride: Pilihan Hati Maggie</td>
<td>Gramedia</td>
<td>(224/2009)</td>
<td align="right" class="xl65">25.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">66</td>
<td>Bernardo Guimaraes</td>
<td>Isaura</td>
<td>Gramedia</td>
<td>(240/1989)</td>
<td align="right" class="xl65">27.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">67</td>
<td>Penny Jordan</td>
<td>Mencintai Sang Duque: A Stormy Spanish Summer</td>
<td>Gramedia</td>
<td>(200/2014)</td>
<td align="right" class="xl65">69.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">68</td>
<td>Erich Segal</td>
<td>The Class: Kelas '58</td>
<td>Gramedia</td>
<td>(722/1997)</td>
<td align="right" class="xl65">79.500</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">69</td>
<td>Taslima Nasrin</td>
<td>Lajja</td>
<td>LKiS</td>
<td>(xxvi+336/1993)</td>
<td align="right" class="xl65">58.500</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">70</td>
<td>Puthut EA</td>
<td>Bunda</td>
<td>Gagas Media</td>
<td>(iv+189/2005)</td>
<td align="right" class="xl65">24.200</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">71</td>
<td>Sabda Armandio (Ed)</td>
<td>Berita Kehilangan</td>
<td>Ultimus</td>
<td>(xxii+258/2021)</td>
<td align="right" class="xl65">75.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">72</td>
<td>YB Mangunwijaya</td>
<td>Rara Mendut</td>
<td>Gramedia</td>
<td>(iv+340/2023)</td>
<td align="right" class="xl65">109.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">73</td>
<td>Tulis St. Sati</td>
<td>Sengsara Membawa Nikmat</td>
<td>Balai Pustaka</td>
<td>(vii+204/2008)</td>
<td align="right" class="xl65">33.700</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">74</td>
<td>Achdiat K. Mihardja</td>
<td>Atheis</td>
<td>Balai Pustaka</td>
<td>(v+250/2008)</td>
<td align="right" class="xl65">104.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">75</td>
<td>Tonya Harley</td>
<td>Ghostgirl: Rest in Popularity</td>
<td>Atria</td>
<td>(vi+402/2009)</td>
<td align="right" class="xl65">75.300</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">76</td>
<td>JK Rowling</td>
<td>Harry Potter and The Chamber of Secrets</td>
<td>Gramedia</td>
<td>(432/2000)</td>
<td align="right" class="xl65">64.600</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">77</td>
<td>JRR Tolkien</td>
<td>The Hobbit</td>
<td>Gramedia</td>
<td>(352/2010)</td>
<td align="right" class="xl65">65.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">78</td>
<td>Yusi Avianto Pareanom</td>
<td>Rumah Kopi Singa Tertawa</td>
<td>Banana</td>
<td>(174/2011)</td>
<td align="right" class="xl65">50.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">79</td>
<td>Lan Fang</td>
<td>Kota Tanpa Kelamin</td>
<td>mediakita</td>
<td>(x+148/2007)</td>
<td align="right" class="xl65">20.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">80</td>
<td>Melly Goeslaw</td>
<td>Arrrrrgh...</td>
<td>Gagas Media</td>
<td>(xviii+160/2004)</td>
<td align="right" class="xl65">40.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">81</td>
<td>Rudyard Kipling</td>
<td>Just So Stories</td>
<td>Rohan Book Company</td>
<td>(184/2003)</td>
<td align="right" class="xl65">100.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">82</td>
<td>Sadeq Hedayat</td>
<td>The Blind Owl</td>
<td>Dastan Books</td>
<td>(204/1937)</td>
<td align="right" class="xl65">35.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">83</td>
<td>Irving Wallace</td>
<td>The Secondary Lady: Istri Palsu Sang Presiden</td>
<td>Gramedia</td>
<td>(480/1980)</td>
<td align="right" class="xl65">99.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">84</td>
<td>Pearl S. Buck</td>
<td>Madame Wu</td>
<td>Gramedia</td>
<td>(520/1946)</td>
<td align="right" class="xl65">35.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">85</td>
<td>Nora Roberts</td>
<td>The MacGregor Brides: Mempelai Wanita MacGregor</td>
<td>Gramedia</td>
<td>(440/2003)</td>
<td align="right" class="xl65">55.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">86</td>
<td>Anis Mansur</td>
<td>Istri-Istri Orang Lain</td>
<td>Mitra Pustaka</td>
<td>(viii+188/2003)</td>
<td align="right" class="xl65">75.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">87</td>
<td>Tony Allan</td>
<td>Tales of Mystery and Imagination</td>
<td>Dian Rakyat</td>
<td>(iv+76/1996)</td>
<td align="right" class="xl65">20.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">88</td>
<td>Stenny Vanessa Ong</td>
<td>Spectrapolis</td>
<td>Kesaint Blanc</td>
<td>(viii+46/2006)</td>
<td align="right" class="xl65">12.500</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">89</td>
<td>Kartika</td>
<td>Panggil Aku Sydney</td>
<td>Alenia</td>
<td>(xvi+182/2004)</td>
<td align="right" class="xl65">20.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">90</td>
<td>Anindita S. Thayf</td>
<td>Jejak Kala</td>
<td>Penerbit Andi</td>
<td>(ii+194/2009)</td>
<td align="right" class="xl65">74.500</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">91</td>
<td>Iwan Simatupang</td>
<td>Ziarah</td>
<td>Naura</td>
<td>(iv+144/1969)</td>
<td align="right" class="xl65">20.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">92</td>
<td>Orhan Pamuk</td>
<td>The Black Book</td>
<td>Bentang</td>
<td>(vi+718/2016)</td>
<td align="right" class="xl65">100.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">93</td>
<td>Etgar Keret</td>
<td>The Seven Good Years</td>
<td>Bentang</td>
<td>(x+198/2015)</td>
<td align="right" class="xl65">70.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">94</td>
<td>Yasunari Kawabata</td>
<td>Daerah Salju (Snow Country)</td>
<td>Gagas Media</td>
<td>(vi+190/2009)</td>
<td align="right" class="xl65">55.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">95</td>
<td>Felix K. Nesi</td>
<td>Kita Pernah Saling Mencintai</td>
<td>Gramedia</td>
<td>(viii+108/2021)</td>
<td align="right" class="xl65">66.500</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">96</td>
<td>Djenar Maesa Ayu</td>
<td>Jangan Main-Main (Dengan Kelaminnmu)</td>
<td>Gramedia</td>
<td>(xxvi+122/2012)</td>
<td align="right" class="xl65">35.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">97</td>
<td>Taufik Ikram Jamil</td>
<td>Membaca Hang Jebat dan Sejumlah Cerpen Lain</td>
<td>Yayasan Pusaka Riau</td>
<td>(vi+1112/2000)</td>
<td align="right" class="xl65">17.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">98</td>
<td>Arsyad Siddik</td>
<td>Lafanda</td>
<td>Balai Pustaka</td>
<td>(84/2000)</td>
<td align="right" class="xl65">25.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">99</td>
<td>EM Saidi Dahlan</td>
<td>Misteri Gadis Terpasung</td>
<td>Penerbit Pilar Bambu Kuning</td>
<td>(124/201)</td>
<td align="right" class="xl65">15.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">100</td>
<td>Suyana</td>
<td>Berkah di Balik Musibah</td>
<td>Penerbit SIC</td>
<td>(112/2001)</td>
<td align="right" class="xl65">25.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">101</td>
<td>Danarto</td>
<td>aBRacaDabrA</td>
<td>Metafor Publishing</td>
<td>(xxii+162/1975)</td>
<td align="right" class="xl65">150.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">102</td>
<td>Putu Oka Sukanta</td>
<td>Spaces: Reflections on a Journey</td>
<td>Lontar</td>
<td>(x+194/2017)</td>
<td align="right" class="xl65">63.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">103</td>
<td>Arry Risaf Arisandi</td>
<td>Drop Out</td>
<td>Gagas Media</td>
<td>(viii+190/2006)</td>
<td align="right" class="xl65">35.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">104</td>
<td>Shandy Tan</td>
<td>Samantha's Promises</td>
<td>Gramedia</td>
<td>(248/2012)</td>
<td align="right" class="xl65">87.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">105</td>
<td>Anna Swan</td>
<td>Hotelicious: Trapped in the Hotel</td>
<td>B first</td>
<td>(x+222/2013)</td>
<td align="right" class="xl65">40.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">106</td>
<td>Ashadi Siregar</td>
<td>Cintaku di Kampus Biru</td>
<td>Gramedia</td>
<td>(128/1974)</td>
<td align="right" class="xl65">100.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">107</td>
<td>Agnes Jessica</td>
<td>Tunangan? Hmm...</td>
<td>Gramedia</td>
<td>(256/2005)</td>
<td align="right" class="xl65">25.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">108</td>
<td>Suryana Paramita</td>
<td>Sore: Istri dari Masa Depan</td>
<td>mediakita</td>
<td>(vi+170/2019)</td>
<td align="right" class="xl65">49.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">109</td>
<td>Ayana Kamila</td>
<td>Oriana's Wedding Diary</td>
<td>Elex Media Komputindo</td>
<td>(viii+308/2017)</td>
<td align="right" class="xl65">50.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">110</td>
<td>Ken Terate</td>
<td>My Friends, My Dreams</td>
<td>Gramedia</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">36.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">111</td>
<td>Debbie</td>
<td>Honey Money</td>
<td>Gramedia</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">37.500</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">112</td>
<td>Mia Arsjad</td>
<td>Imajinatta</td>
<td>Gramedia</td>
<td>(280/2008)</td>
<td align="right" class="xl65">50.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">113</td>
<td>Kate Le Vann</td>
<td>Things I Know about Love</td>
<td>Gramedia</td>
<td>(176/2011)</td>
<td align="right" class="xl65">25.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">114</td>
<td>Gisantia Bestari</td>
<td>Cinta Adisty</td>
<td>Gramedia</td>
<td>(288/2005)</td>
<td align="right" class="xl65">50.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">115</td>
<td>Alice Kuipers</td>
<td>Life on The Refrigerator Door: Kehidupan di Pintu Kulkas</td>
<td>Gramedia</td>
<td>(240/2008)</td>
<td align="right" class="xl65">40.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">116</td>
<td>Agnes Jessica</td>
<td>Antara Aku dan Dia</td>
<td>Gramedia</td>
<td>(224/2007)</td>
<td align="right" class="xl65">69.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">117</td>
<td>Fira Basuki</td>
<td>Pintu</td>
<td>Grasindo</td>
<td>(x+157/2002)</td>
<td align="right" class="xl65">30.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">118</td>
<td>Goenawan Mohamad</td>
<td>Amangkurat: Lakon Dalam 14 Adegan</td>
<td>Gramedia</td>
<td>(54/2017)</td>
<td align="right" class="xl65">45.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">119</td>
<td>Jack London</td>
<td>Panggilan Alam Liar (The Call of The Wild)</td>
<td>Gramedia</td>
<td>160/2019)</td>
<td align="right" class="xl65">50.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">120</td>
<td>Sheila Burnford</td>
<td>Perjalanan Pulang (The Incredible Journey)</td>
<td>Gramedia</td>
<td>(144/2019)</td>
<td align="right" class="xl65">52.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">121</td>
<td>E. Nesbit</td>
<td>Anak-Anak Kereta Api (The Railway Children)</td>
<td>Gramedia</td>
<td>(312/2020)</td>
<td align="right" class="xl65">63.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">122</td>
<td>Eleanor Atkinson</td>
<td>Greyfriars Bobby</td>
<td>Gramedia</td>
<td>(224/2019)</td>
<td align="right" class="xl65">58.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">123</td>
<td>Kurt Vonnegut</td>
<td>Gempa Waktu</td>
<td>KPG</td>
<td>(xvii+251/2016)</td>
<td align="right" class="xl65">60.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">124</td>
<td>Michel Tournier</td>
<td>Kehidupan Liar (Vendredi ou la Vie sauvage)</td>
<td>KPG</td>
<td>(vii+135/2016)</td>
<td align="right" class="xl65">59.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">125</td>
<td>Jonathan Swift</td>
<td>Gulliver's Travels: Perjalanan Galliver ke Negeri Liliput dan Negeri
Brobdingnag</td>
<td>Narasi</td>
<td>(128/2007)</td>
<td align="right" class="xl65">20.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">126</td>
<td>Elfriede Jelinek</td>
<td>Sang Guru Piano</td>
<td>KPG</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">61.600</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">127</td>
<td>Raja Rao</td>
<td>Kantapura</td>
<td>KPG</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">50.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">128</td>
<td>Gustave Flaubert</td>
<td>Nyonya Bovary</td>
<td>KPG</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">70.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">129</td>
<td>Alexandre Dumas</td>
<td>Monte Cristo</td>
<td>KPG</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">70.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">130</td>
<td>Henry James</td>
<td>Daisy Manis</td>
<td>KPG</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">30.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">131</td>
<td>Michel Tournier</td>
<td>Kehidupan Liar (Vendredi ou la Vie sauvage)</td>
<td>KPG</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">59.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">132</td>
<td>Leo Tolstoy</td>
<td>Rumah Tangga yang Bahagia</td>
<td>KPG</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">43.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">133</td>
<td>Bibhutibhushan Banerji</td>
<td>Aparajito</td>
<td>KPG</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">95.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">134</td>
<td>Mark Twain</td>
<td>Blusukan (Roughing It)</td>
<td>Gramedia</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">91.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">135</td>
<td>Emile Zola</td>
<td>Therese Raquin</td>
<td>Gramedia</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">50.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">136</td>
<td>Louisa May Alcott</td>
<td>Little Men: Anak-Anak Plumfield</td>
<td>Gramedia</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">89.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">137</td>
<td>Dea Anugrah</td>
<td>Misa Arwah dan Puisi-Puisi Lainnya</td>
<td>Shira Media</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">69.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">138</td>
<td>Vladimir Nabokov</td>
<td>Lolita</td>
<td>Serambi</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">91.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">139</td>
<td>F. Scott Fitzgerald</td>
<td>Kisah Ajaib Benjamin Button dan Berlian Sebesar Ritz</td>
<td>Kakatua</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">47.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">140</td>
<td>Mark Twain</td>
<td>Panduan Bercerita (Serpihan Esai Terbaik)</td>
<td>Kakatua</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">48.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">141</td>
<td>Mark Twain</td>
<td>Katak Terkenal dari Calaveras (Serpihan Cerita Pendek)</td>
<td>Kakatua</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">53.600</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">142</td>
<td>H.G. Wells</td>
<td>Mesin Waktu</td>
<td>Kakatua</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">50.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">143</td>
<td>Jhumpa Lahiri</td>
<td>The Lowland (Tanah Cekung)</td>
<td>Mitra Pustaka</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">100.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">144</td>
<td>Arundhati Roy</td>
<td>The Ministry of Utmost Happiness (Kementerian Maha Kebahagiaan)</td>
<td>KPG</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">104.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">145</td>
<td>Haruki Murakami</td>
<td>Norwegian Wood</td>
<td>KPG</td>
<td>(iv+423/2017)</td>
<td align="right" class="xl65">80.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">146</td>
<td>Ahmad Tohari</td>
<td>Ronggeng Dukuh Paruk</td>
<td>Gramedia</td>
<td>(408/2003)</td>
<td align="right" class="xl65">88.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">147</td>
<td>Louisa May Alcott</td>
<td>A Garland for Girls</td>
<td>Orange Books</td>
<td>(377/2010)</td>
<td align="right" class="xl65">68.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">148</td>
<td>Agus Noor</td>
<td>Cerita Buat Para Kekasih</td>
<td>Gramedia</td>
<td>(x+178/2014)</td>
<td align="right" class="xl65">40.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">149</td>
<td>A.G. Roemmers</td>
<td>The Return of the Young Prince (Kembalinya Sang Pangeran Muda)</td>
<td>Gramedia</td>
<td>(156/2017)</td>
<td align="right" class="xl65">59.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">150</td>
<td>Nugroho Notosusanto</td>
<td>Hujan Kepagian</td>
<td>Balai Pustaka</td>
<td>(67/1993)</td>
<td align="right" class="xl65">61.500</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">151</td>
<td>Yann Martel</td>
<td>The High Mountains of Portugal</td>
<td>Gramedia</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">65.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">152</td>
<td>Suzanne Collins</td>
<td>The Hunger Games</td>
<td>Gramedia</td>
<td>(408/2012)</td>
<td align="right" class="xl65">146.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">153</td>
<td>Thomas Harris</td>
<td>Hannibal</td>
<td>Gramedia</td>
<td>(432/2001)</td>
<td align="right" class="xl65">84.500</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">154</td>
<td>M. Kamel Hussein</td>
<td>Kota Kezaliman: Suatu Hari Jumat di Yerusalem</td>
<td>Terabas</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">81.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">155</td>
<td>Homer</td>
<td>Odyssey</td>
<td>Oncor</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">70.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">156</td>
<td>Homer</td>
<td>The Iliad</td>
<td>Oncor</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">70.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">157</td>
<td>Albert Camus</td>
<td>Summer Day in Oran Algiers</td>
<td>Obellix</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">72.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">158</td>
<td>Mahfud Ikhwan</td>
<td>Ulid</td>
<td>Shira Media</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">111.900</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">159</td>
<td>Harper Lee</td>
<td>Go Set A Watchman</td>
<td>Qanita</td>
<td>(288/2015)</td>
<td align="right" class="xl65">53.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">160</td>
<td>Azhari Aiyub</td>
<td>Perempuan Pala & Serumpun Kisah Lain dari Negeri Bau dan Bunyi</td>
<td>Mojok</td>
<td>(xviii+134/2015)</td>
<td align="right" class="xl65">58.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">161</td>
<td>Adek Alwi dkk</td>
<td>Lampor (Cerpen Pilihan Kompas 1994)</td>
<td>Penerbit Buku Kompas</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">65.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">162</td>
<td>Shusaku Edno</td>
<td>Hening (Silence)</td>
<td>Gramedia</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">90.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">163</td>
<td>Yasunari Kawabata</td>
<td>Rumah Perawan</td>
<td>KPG</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">63.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">164</td>
<td>Ivan Turgenev</td>
<td>Cinta Pertama</td>
<td>Pustaka Jaya</td>
<td>(176/2009)</td>
<td align="right" class="xl65">72.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">165</td>
<td>F. Scott Fitzgerald</td>
<td>The Great Gatsby</td>
<td>Serambi</td>
<td>(288/2010)</td>
<td align="right" class="xl65">158.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">166</td>
<td>Anton Kurnia (Ed)</td>
<td>Cinta Terlarang Gadis Meksiko</td>
<td>Diva Press</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">50.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">167</td>
<td>Gabriel Garcia Marquez</td>
<td>One Hundred Years of Solitude</td>
<td>Penguin Books</td>
<td>(400/1971)</td>
<td align="right" class="xl65">64.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">168</td>
<td>J.D. Salinger</td>
<td>The Cathcer in The Rye</td>
<td>Random House<span style="mso-spacerun: yes;"> </span></td>
<td>(280/1971)</td>
<td align="right" class="xl65">68.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">169</td>
<td>Salman Rushdie</td>
<td>Ayat-Ayat Setan</td>
<td>New York Times</td>
<td>(506/-)</td>
<td align="right" class="xl65">60.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">170</td>
<td>Kuntowijoyo</td>
<td>Khotbah di Atas Bukit</td>
<td>Diva Press</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">75.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">171</td>
<td>Kuntowijoyo</td>
<td>Persekongkolan Ahli Makrifat</td>
<td>Diva Press</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">75.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">172</td>
<td>Nukila Amal</td>
<td>Cala Ibi</td>
<td>Pena Gaia Klasik</td>
<td>(x+271/2003)</td>
<td align="right" class="xl65">75.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">173</td>
<td>Ben Shohib</td>
<td>Hikayat The Da Peci Code</td>
<td>Bentang</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">34.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">174</td>
<td>Haruki Murakami</td>
<td>Tsukuru Tazaki Tanpa Warna dan Tahun Ziarahnya</td>
<td>KPG</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">75.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">175</td>
<td>John Steinbeck</td>
<td>Of Mice and Men (Tikus dan Manusia)</td>
<td>Byzantium</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">80.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">176</td>
<td>Boris Paternak</td>
<td>Doctor Zhivago</td>
<td>Narasi</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">30.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">177</td>
<td>Henry James</td>
<td>The Turn of The Screw (Misteri Bly Manor)</td>
<td>Gramedia</td>
<td>(176/2020)</td>
<td align="right" class="xl65">50.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">178</td>
<td>Nafisa Haji</td>
<td>Gadis Pemberontak: Perjuangan Seorang Gadis Muslim Melawan Takdir di
Tanah Rantau</td>
<td>Literati Books</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">50.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">179</td>
<td>Budi Darma</td>
<td>Rafilus</td>
<td>Jalasutra</td>
<td>(xii+239/2008)</td>
<td align="right" class="xl65">120.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">180</td>
<td>Agus Noor dkk</td>
<td>Smokol: Cerpen Kompas Pilihan 2008</td>
<td>Penerbit Buku Kompas</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">50.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">181</td>
<td>Kuntowijoyo dkk</td>
<td>Anjing-Anjing Menyerbu Kuburan: Cerpen Pilihan Kompas 1997</td>
<td>Penerbit Buku Kompas</td>
<td>(xxvi+192/2002)</td>
<td align="right" class="xl65">65.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">182</td>
<td>Eiji Yoshikawa</td>
<td>Taiko</td>
<td>Gramedia</td>
<td>(1152/2003)</td>
<td align="right" class="xl65">215.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">183</td>
<td>Adonis</td>
<td>Sejarah yang Tercabik di Tubuh Perempuan</td>
<td>Diva Press</td>
<td>(124/2022)</td>
<td align="right" class="xl65">55.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">184</td>
<td>Rina Suryakusuma</td>
<td>Postcard from Neverland</td>
<td>Gramedia</td>
<td>(280/2010)</td>
<td align="right" class="xl65">35.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">185</td>
<td>Sunil Gangopadhyay</td>
<td>Arjun</td>
<td>Penguin Books</td>
<td>(205/1987)</td>
<td align="right" class="xl65">124.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">186</td>
<td>Kuntowijoyo</td>
<td>Dilarang Mencintai Bunga-Bunga</td>
<td>Naura</td>
<td>(xv+276/1992)</td>
<td align="right" class="xl65">135.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">187</td>
<td>Arundhati Roy</td>
<td>The God of Small Things</td>
<td>Naura</td>
<td>(xii+496/2018)</td>
<td align="right" class="xl65">109.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">188</td>
<td>Tia Setiadi (Penerjemah)</td>
<td>Perjumpaan dengan Pengkhianat: Sepilihan Cerpen Amerika Latin</td>
<td>Diva Press</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">65.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">189</td>
<td>Oscar Wilde</td>
<td>De Profundis</td>
<td>Diva Press</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">65.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">190</td>
<td>Tridju Pranowo</td>
<td>Ungkap: Kumpulan Fiksimini</td>
<td>AG Publishing</td>
<td>(vi+71/2011)</td>
<td align="right" class="xl65">50.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">191</td>
<td>Harriet Beecher Stowe</td>
<td>Uncle Tom's Cabin: Pondok Taman Tom</td>
<td>Narasi</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">48.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">192</td>
<td>Gunter Grass</td>
<td>Kucing & Tikus</td>
<td>Basa-Basi</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">60.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">193</td>
<td>Paul Gallico</td>
<td>Manxmouse</td>
<td>Media Klasif Fantasi</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">59.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">194</td>
<td>Han Kang</td>
<td>Mata Malam</td>
<td>Baca</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">75.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">195</td>
<td>Rafael Chirben</td>
<td>Mimoun</td>
<td>Kentja Press</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">50.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">196</td>
<td>E.B. White</td>
<td>Charlotte's Web</td>
<td>Penerbit Dolphin<span style="mso-spacerun: yes;"> </span></td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">40.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">197</td>
<td>O. Henry</td>
<td>Daun Terakhir</td>
<td>Diva Press</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">55.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">198</td>
<td>Kuntowijoyo</td>
<td>Mantra Pejinak Ular</td>
<td>Penerbit Buku Kompas</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">115.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">199</td>
<td>Budi Darma dkk</td>
<td>Derabat (Cerpen Pilihan Kompas 1999)</td>
<td>Penerbit Buku Kompas</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">63.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">200</td>
<td>D.H. Lawrance</td>
<td>Kumpulan Cerita Pendek Terbaik</td>
<td>Penerbit Indoliterasi Group</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">139.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">201</td>
<td>Eiji Yoshikawa</td>
<td>Taira No Masadako (Antara Darah, Cinta dan Air Mata)</td>
<td>Kansha Publishing</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">60.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">202</td>
<td>Isaak Babel</td>
<td>Cerita Dari Odessa (Terjemahan Maulana Yodha Permana)</td>
<td>moooi</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">72.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">203</td>
<td>Jeremias Gotthelf</td>
<td>Laba-Laba Hitam (Terjemahan Tiya Hapitiawati)</td>
<td>moooi</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">62.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">204</td>
<td>Honore de Balzac</td>
<td>Kembara dari Paris ke Jawa (Terjemahan Yogas Ardiansyah)</td>
<td>moooi</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">62.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">205</td>
<td>Mori Ogai</td>
<td>Angsa Liar (Terjemahan Ribeka Ota)</td>
<td>moooi</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">62.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">206</td>
<td>Mori Ogai</td>
<td>Vita Sexualis (Terjemahan Imro'atun Naziyah)</td>
<td>moooi</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">64.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">207</td>
<td>George Sand</td>
<td>Puri Pictordu (Terjemahan Reinitha Amalia Lasmana)</td>
<td>moooi</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">62.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">208</td>
<td>Ricarda Huch</td>
<td>Musim Panas Penghabisan (Terjemahan Tiya Hapitiawati)</td>
<td>moooi</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">62.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">209</td>
<td>ASA (Pengantar)</td>
<td>San Pek Eng Tay</td>
<td>Yayasan Obor Indonesia</td>
<td>(xxvi+302/1994)</td>
<td align="right" class="xl65">40.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">210</td>
<td>Victor Hugo</td>
<td>Si Cantik dari Notre Dame</td>
<td>Serambi</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">59.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">211</td>
<td>Louisa May Alcott</td>
<td>Little Vampire Women</td>
<td>Harper Collins</td>
<td>(318/2010)</td>
<td align="right" class="xl65">50.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">212</td>
<td>Jhumpa Lahiri</td>
<td>Penafsir Kepedihan</td>
<td>Yayasan Akubaca</td>
<td>(216/2000)</td>
<td align="right" class="xl65">36.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">213</td>
<td>Flora Rheta Schreiber</td>
<td>Sybil: Kisah Nyata Seorang Gadis dengan 16 Kepribadian</td>
<td>Pustaka Sinar Harapan</td>
<td>(496/2001)</td>
<td align="right" class="xl65">85.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">214</td>
<td>Wenki Wiradi</td>
<td>Gala & Elora</td>
<td>Penerbit Rak Buku</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl65">90.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">215</td>
<td>Guy de Maupassant</td>
<td>Cerita Pendek Terbaik Guy De Maupassant</td>
<td>Penerbit Indoliterasi Group</td>
<td>(viii+376/2018)</td>
<td align="right" class="xl65">100.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td class="xl66" height="19" style="height: 14.4pt;">216</td>
<td>Sapardi Djoko Damono</td>
<td>Buku Alih Wahana</td>
<td>Gramedia</td>
<td>(242/2018)</td>
<td align="right" class="xl65">79.000</td><td align="right" class="xl65"> </td><td align="right" class="xl65"> </td>
</tr>
</tbody></table><p>
</p><table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" style="width: 476px;"><colgroup><col style="mso-width-alt: 2275; mso-width-source: userset; width: 48pt;" width="64"></col>
<col style="mso-width-alt: 3015; mso-width-source: userset; width: 64pt;" width="85"></col>
<col style="mso-width-alt: 3669; mso-width-source: userset; width: 77pt;" width="103"></col>
<col style="mso-width-alt: 2588; mso-width-source: userset; width: 55pt;" width="73"></col>
<col style="mso-width-alt: 2759; mso-width-source: userset; width: 58pt;" width="78"></col>
<col style="mso-width-alt: 2588; mso-width-source: userset; width: 55pt;" width="73"></col>
</colgroup><tbody><tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt; width: 48pt;" width="64">217</td>
<td style="width: 64pt;" width="85">Sophie Kinsella</td>
<td style="width: 77pt;" width="103">Shopaholic Abroad: Si Gila Belanja Merambah
Manhattan</td>
<td style="width: 55pt;" width="73">Gramedia</td>
<td style="width: 58pt;" width="78">(496/2004)</td>
<td align="right" class="xl65" style="width: 55pt;" width="73">64.600</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">218</td>
<td>Sophia Bennet</td>
<td>The Look</td>
<td>Bentang Belia</td>
<td>(vi+434/2012)</td>
<td align="right" class="xl65">64.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">219</td>
<td>Kristin Gabriel</td>
<td>Jangan Kirimi Aku Bunga</td>
<td>Gramedia</td>
<td>(224/2000)</td>
<td align="right" class="xl65">25.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">220</td>
<td>Lauren Weisberger</td>
<td>The Devil Wears Prada</td>
<td>Gramedia</td>
<td>(552/2006)</td>
<td align="right" class="xl65">88.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">221</td>
<td>Alezandro Zamra</td>
<td>Bonsai dan Kehidupan Pribadi Pepohonan</td>
<td>Labirin Buku</td>
<td>(vi+170/2022)</td>
<td align="right" class="xl65">125.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">222</td>
<td>Etgar Keret</td>
<td>Supir Bis yang Ingin Menjadi Tuhan</td>
<td>Pustaka Anagram</td>
<td>(vi+70/2022)</td>
<td align="right" class="xl65">94.000</td>
</tr>
</tbody></table>Isma Swastiningrumhttp://www.blogger.com/profile/05536645550639669153noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3466970969743762424.post-32068912418197521852024-01-18T08:33:00.002+07:002024-02-24T15:01:56.555+07:00Dokumentasi Daftar Buku Non-fiksi
<table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" style="width: 473px;"><colgroup><col style="mso-width-alt: 1592; mso-width-source: userset; width: 34pt;" width="45"></col>
<col style="mso-width-alt: 3015; mso-width-source: userset; width: 64pt;" width="85"></col>
<col style="mso-width-alt: 3470; mso-width-source: userset; width: 73pt;" width="98"></col>
<col style="mso-width-alt: 3384; mso-width-source: userset; width: 71pt;" width="95"></col>
<col style="mso-width-alt: 3413; mso-width-source: userset; width: 72pt;" width="96"></col>
<col style="mso-width-alt: 1905; mso-width-source: userset; width: 40pt;" width="54"></col>
</colgroup><tbody><tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td height="19" style="height: 14.4pt; width: 34pt;" width="45">No.</td>
<td style="width: 64pt;" width="85">Penulis</td>
<td style="width: 73pt;" width="98">Judul</td>
<td style="width: 71pt;" width="95">Penerbit</td>
<td style="width: 72pt;" width="96">Hlm dan Tahun</td>
<td style="width: 40pt;" width="54">Harga</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">1</td>
<td>Magdalena Sitorus</td>
<td>Jiwa-Jiwa Bermartabat</td>
<td>Tanda Baca</td>
<td>(xviii+239/2022)</td>
<td align="right" class="xl63">90.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">2</td>
<td>Silvia Federici</td>
<td>Perempuan dan Perburuan Penyihir</td>
<td>Penerbit Independen</td>
<td>(xxiv+158/2020)</td>
<td align="right" class="xl63">75.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">3</td>
<td>Albert Camus</td>
<td>Mitos Promoteus</td>
<td>Circa</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl63">65.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">4</td>
<td>Murti Bunanta</td>
<td>Berkelana Lewat Buku</td>
<td>Penerbit Bestari</td>
<td>(104/2021)</td>
<td align="right" class="xl63">40.700</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">5</td>
<td>Fumio Sasaki</td>
<td>Hidup Minimalis ala Orang Jepang</td>
<td>Gramedia</td>
<td>(xxxii+248/2021)</td>
<td align="right" class="xl63">78.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">6</td>
<td>Stephen C. Lundin dkk</td>
<td>FISH! Cara Luar Biasa Meningkatkan Moral dan Hasil Kerja</td>
<td>Elex Media Komputindo</td>
<td>(xii+112/2001)</td>
<td align="right" class="xl63">35.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">7</td>
<td>Enung Nurhayati</td>
<td>Inggris di Tembok Kamarku</td>
<td>Metagraf</td>
<td>(viii+296/2015)</td>
<td align="right" class="xl63">40.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">8</td>
<td>Samantha Moss</td>
<td>Organize Your Life</td>
<td>Kaifa for Teens</td>
<td>(124/2011)</td>
<td align="right" class="xl63">33.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">9</td>
<td>DAAD</td>
<td>Studying in Germany</td>
<td>DAAD</td>
<td>(88/2014)</td>
<td align="right" class="xl63">30.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">10</td>
<td>Abdul Waid</td>
<td>Strategi Jitu Memburu Beasiswa Luar Negeri</td>
<td>Penerbit Pinus</td>
<td>(120/2010)</td>
<td align="right" class="xl63">20.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">11</td>
<td>Miftachudin Arjuna dkk</td>
<td>Baca Ini Kamu Pasti Kuliah ke Luar Negeri Dijamin 100%</td>
<td>Inspira Publishing</td>
<td>(xxvi+302/2015)</td>
<td align="right" class="xl63">90.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">12</td>
<td>Sanusi Pane</td>
<td>Madah Kelana</td>
<td>Balai Pustaka</td>
<td>(viii+54/2011)</td>
<td align="right" class="xl63">25.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">13</td>
<td>T. Wedy Utomo</td>
<td>Gesang Tetap Gesang</td>
<td>Aneka Ilmu</td>
<td>(viii+92/2002)</td>
<td align="right" class="xl63">131.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">14</td>
<td>Kalis Mardiasih</td>
<td>Sister Fillah You'll Never Be Alone</td>
<td>Mizan</td>
<td>(xxvi+174/2022)</td>
<td align="right" class="xl63">89.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">15</td>
<td>Kalis Mardiasih</td>
<td>Hijrah Jangan Jauh-Jauh, Nanti Nyasar</td>
<td>Mojok</td>
<td>(xiii+210/2019)</td>
<td align="right" class="xl63">68.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">16</td>
<td>Prie GS</td>
<td>Aku Hidupku Humorku</td>
<td>Cipta Prima Nusantara</td>
<td>(xiv+315/2019)</td>
<td align="right" class="xl63">125.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">17</td>
<td>Prie GS</td>
<td>Hidup Bukan Hanya Urusan Perut</td>
<td>Cipta Prima Nusantara</td>
<td>(xxii+348/2017)</td>
<td align="right" class="xl63">125.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">18</td>
<td>Prie GS</td>
<td>Menjual Diri</td>
<td>Cipta Prima Nusantara</td>
<td>(xviii+214/2017)</td>
<td align="right" class="xl63">50.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">19</td>
<td>Prie GS</td>
<td>Menjual Omong<span style="mso-spacerun: yes;"> </span></td>
<td>Cipta Prima Nusantara</td>
<td>(xviii+174/-)</td>
<td align="right" class="xl63">90.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">20</td>
<td>Prie GS</td>
<td>Pertanyaan Alam Kubur</td>
<td>Cipta Prima Nusantara</td>
<td>(x+312/-)</td>
<td align="right" class="xl63">125.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">21</td>
<td>Prie GS</td>
<td>Mendadak Haji</td>
<td>Bunyan</td>
<td>(xxii+2016/2013)</td>
<td align="right" class="xl63">65.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">22</td>
<td>Agus Mulyadi</td>
<td>Bergumul dengan Gusmul</td>
<td>mediakita</td>
<td>(viii+208/2015)</td>
<td align="right" class="xl63">55.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">23</td>
<td>Agus Mulyadi</td>
<td>Madgeo: Ensiklopedia Nabati-Hewani Seadanya dan Semampunya</td>
<td>Mojok</td>
<td>(x+178/2019)</td>
<td align="right" class="xl63">78.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">24</td>
<td>Denny Sakrie</td>
<td>100 Tahun Musik Indonesia</td>
<td>GagasMedia</td>
<td>(xx+168/2015)</td>
<td align="right" class="xl63">66.500</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">25</td>
<td>Octo Lampito</td>
<td>Jurnalisme di Cincin Api: Tak Ada Berita Seharga Nyawa</td>
<td>Galang Pustaka</td>
<td>(xx+140/2015)</td>
<td align="right" class="xl63">40.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">26</td>
<td>Agus Becak</td>
<td>Gubernur Jelata</td>
<td>Galang Press</td>
<td>(xxii+228/2017)</td>
<td align="right" class="xl63">67.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">27</td>
<td>Veven SP. Wardhana & Herry Barus</td>
<td>Para Superkaya Indonesia: Sebuah Dokumentasi Gaya Hidup</td>
<td>Galang Press</td>
<td>(viii+192/1999)</td>
<td align="right" class="xl63">75.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">28</td>
<td>Adhi Soetardjo</td>
<td>Ramalam Joyoboyo tentang Citra Pemimpin Bangsa</td>
<td>Sinar Harapan</td>
<td>(72/1999)</td>
<td align="right" class="xl63">20.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">29</td>
<td>Dave Trott</td>
<td>Satu+Satu=Tiga</td>
<td>Gramedia</td>
<td>(242/2017)</td>
<td align="right" class="xl63">40.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">30</td>
<td>Yabumi</td>
<td>Budi Pekerti di Zi Gui</td>
<td>Yayasan Buddha Amitabha Indonesia</td>
<td>(96/-)</td>
<td align="right" class="xl63">35.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">31</td>
<td>Redaksi Arena</td>
<td>Catatan Kampus Putih</td>
<td>Arena Press</td>
<td>(xii+186/2021)</td>
<td align="right" class="xl63">68.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">32</td>
<td>Setia Widjaja</td>
<td>Let Dharma Be Your Teacher</td>
<td>SW-HARI Consultant</td>
<td>(152/2014)</td>
<td align="right" class="xl63">40.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">33</td>
<td>Aris Setyawan</td>
<td>Aubade: Kumpulan Tulisan Musik</td>
<td>Arung Wacana</td>
<td>(200/2021)</td>
<td align="right" class="xl63">85.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">34</td>
<td>Lisa Mandira</td>
<td>Sebatang Kara: Ketika Sebuah Mimpi dapat Memulihkan Luka</td>
<td>PT Litera Media Tama</td>
<td>(xx+172/2021)</td>
<td align="right" class="xl63">179.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">35</td>
<td>Benedict Anderson</td>
<td>Hidup di Luar Tempurung</td>
<td>Marjin Kiri</td>
<td>(x+205/2016)</td>
<td align="right" class="xl63">30.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">36</td>
<td>Irfan R. Darajat</td>
<td>Irama Orang-Orang (Menolak) Kalah</td>
<td>Marjin Kiri</td>
<td>(xiv+162/2022)</td>
<td align="right" class="xl63">72.500</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">37</td>
<td>Imam Al Ghazali</td>
<td>Memerangi Syetan</td>
<td>CV Bintang Pelajar</td>
<td>(96/1987)</td>
<td align="right" class="xl63">30.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">38</td>
<td>MS Kayani & K. Murad</td>
<td>Sang Pemberani</td>
<td>Mizan</td>
<td>(48/1995)</td>
<td align="right" class="xl63">20.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">39</td>
<td>Timotius Adi Tan</td>
<td>Who Am I</td>
<td>MetaNoia</td>
<td>(108/2007)</td>
<td align="right" class="xl63">30.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">40</td>
<td>Magdalena Sitorus</td>
<td>Taburan Kebaikan di Antara Kejahatan</td>
<td>Onepeach Media</td>
<td>(xxii+422/2021)</td>
<td align="right" class="xl63">164.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">41</td>
<td>Bre Redana</td>
<td>Kritik, Fakta, Fiksi</td>
<td>Tanda Baca</td>
<td>(xviii+249/2021)</td>
<td align="right" class="xl63">99.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">42</td>
<td>Alia Swastika</td>
<td>Di Balik Kubus Putih</td>
<td>Tanda Baca</td>
<td>(xii+260/2021)</td>
<td align="right" class="xl63">147.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">43</td>
<td>Imam Ghazali</td>
<td>Konsep Hidup Sesudah Mati</td>
<td>Penerbit Andalas Surabaya</td>
<td>(132/1986)</td>
<td align="right" class="xl63">40.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">44</td>
<td>Wisnu Prasetya Utomo</td>
<td>Suara Pers Suara Siapa?</td>
<td>EA Books</td>
<td>(x+216/2016)</td>
<td align="right" class="xl63">120.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">45</td>
<td>Andina Dwifatma</td>
<td>Menua dengan Gembira</td>
<td>Shira Media</td>
<td>(x+146/2023)</td>
<td align="right" class="xl63">59.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">46</td>
<td>Citra Maudy Mahanani</td>
<td>Yang Tidak Banyak Dikatakan Soal Pekerja Media</td>
<td>Litani</td>
<td>(xi+164/2022)</td>
<td align="right" class="xl63">93.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">47</td>
<td>Jayant Balaji Athavale</td>
<td>Importance and Benefits of Chanting</td>
<td>Sanantan's Publication</td>
<td>(88/2023)</td>
<td align="right" class="xl63">100.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">48</td>
<td>Saras Dewi</td>
<td>Sembayang Bhuvana: Renungan Filsafat tentang Tubuh, Seni, dan Lingkungan</td>
<td>Tanda Baca</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl63">69.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">49</td>
<td>A. Setyo Wibowo</td>
<td>Ataraxia: Bahagia Menurut Stoikisme</td>
<td>PT Kanisius</td>
<td>(xvi+208/2019)</td>
<td align="right" class="xl63">75.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">50</td>
<td>An. Ubaedy</td>
<td>Jurus-Jurus Mewujudkan Mimpi</td>
<td>Bee Media</td>
<td>(120/2009)</td>
<td align="right" class="xl63">30.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">51</td>
<td>Frieda Amran</td>
<td>Batavia: Kisah Kapten Woodes Rogers & Dr. Strehler</td>
<td>Penerbit Buku Kompas</td>
<td>(xiv+114/2012)</td>
<td align="right" class="xl63">81.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">52</td>
<td>Dian Septi Trisnanti</td>
<td>Bertahan Hidup dan Diabaikan: Pengalaman 10 Buruh Ibu dalam Pusaran
Pandemi</td>
<td>FSPBI</td>
<td>(174/2022)</td>
<td align="right" class="xl63">75.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">53</td>
<td>Rifai Asyhari</td>
<td>Mengaduk Ruang: Tafsir Merakyat Atas Bangunan</td>
<td>Hatopma</td>
<td>(xxii+110/2019)</td>
<td align="right" class="xl63">35.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">54</td>
<td>Alwi Shahab</td>
<td>Batavia Kota Banjir</td>
<td>Republika</td>
<td>(vi+209/2009)</td>
<td align="right" class="xl63">75.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">55</td>
<td>Maria Silvia K</td>
<td>Keliling Eropa 6 Bulan Hanya 1.000 Dolar!</td>
<td>Gramedia</td>
<td>(x+264/2008)</td>
<td align="right" class="xl63">80.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">56</td>
<td>Jakarta Globe</td>
<td>My Jakarta: Stories of Life in the City, From the Pages of the Jakarta
Globe</td>
<td>Jakarta Globe</td>
<td>(188/2009)</td>
<td align="right" class="xl63">50.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">57</td>
<td>Ernest Prakasa</td>
<td>Ngenest: Kadang Hidup Perlu Ditertawakan</td>
<td>Rak Buku</td>
<td>(x+170/2015)</td>
<td align="right" class="xl63">48.500</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">58</td>
<td>Ernest Prakasa</td>
<td>Ngenest: Kadang Hidup Perlu Ditertawakan 2</td>
<td>Rak Buku</td>
<td>(xii+172/2015)</td>
<td align="right" class="xl63">49.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">59</td>
<td>Ernest Prakasa</td>
<td>Ngenest: Ngetawai Hidup A La Ernest (3)</td>
<td>Rak Buku</td>
<td>(x+186/2015)</td>
<td align="right" class="xl63">50.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">60</td>
<td>Fahruddin Faiz</td>
<td>Thinking Skill: Pengantar Menuju Berpikir Kritis</td>
<td>Suka Press</td>
<td>(xiii+134/2012)</td>
<td align="right" class="xl63">30.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">61</td>
<td>Irfan Afifi dkk</td>
<td>Nusantara Berkaca: Catatan dari Langgar 2021</td>
<td>Langgar.co</td>
<td>(xiv+121/2021)</td>
<td align="right" class="xl63">65.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">62</td>
<td>Irfan Afifi<span style="mso-spacerun: yes;"> </span></td>
<td>Mimpi Tiga Pengelana: Kisah-Kisah Penuh Hikmah</td>
<td>Tanda Baca</td>
<td>(xiv+128/2021)</td>
<td align="right" class="xl63">65.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">63</td>
<td>Penyair Maluku Utara</td>
<td>Kita Halmahera</td>
<td>Komunitas Kita Halmahera dan Garasi Genta</td>
<td>(xxiv+322/2017)</td>
<td align="right" class="xl63">30.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">64</td>
<td>Muhammad Tito Karnavian dan Hermawan Sulistyo</td>
<td>Menuju Kekuatan Dunia</td>
<td>Pensil-324</td>
<td>(x+166/2018)</td>
<td align="right" class="xl63">55.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">65</td>
<td>Dyayadi</td>
<td>Nikmatnya Puasa Senin Kamis</td>
<td>Surya Media</td>
<td>(132/2010)</td>
<td align="right" class="xl63">20.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">66</td>
<td>Candra Nila Murti Dewojati</td>
<td>Panjangkan Umur dengan Silaturahmi</td>
<td>Pustaka Albana</td>
<td>(vi+172/2013)</td>
<td align="right" class="xl63">30.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">67</td>
<td>Lintong Simaremare</td>
<td>Bread for Reflection</td>
<td>Jogja Bangkit Publisher</td>
<td>(xvi+128)</td>
<td align="right" class="xl63">28.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">68</td>
<td>Syaefurrahman Al-Banjary</td>
<td>Prof. H. Muhammad Tito Karnavian, M.A., Ph.D dalam Pusaran Terorisme:
Catatan dari Tepian Musi ke Puncak Tribata</td>
<td>Media Pressindo</td>
<td>(xxxviii+570/2018)</td>
<td align="right" class="xl63">140.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">69</td>
<td>La Rose Djayasupena</td>
<td>Berdroom Fantasy</td>
<td>Galang Press</td>
<td>(206/2010)</td>
<td align="right" class="xl63">30.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">70</td>
<td>Ajip Rosidi</td>
<td>Tanya Jawab Diri Sendiri</td>
<td>Pustaka Jaya</td>
<td>(58/2018)</td>
<td align="right" class="xl63">30.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">71</td>
<td>Chef Nchank Tamberang & Utari N</td>
<td>Kalender Menu Sebulan</td>
<td>Kriya Pustaka</td>
<td>(ii+124/2010)</td>
<td align="right" class="xl63">45.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">72</td>
<td>Ragil Suwarna Pragolapati</td>
<td>Hikayat Sidarta Utama</td>
<td>Kiblat</td>
<td>(74/2018)</td>
<td align="right" class="xl63">32.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">73</td>
<td>Dinas Perpustakaan Kota Makassar</td>
<td>Buku Profil: Lorong Wisata Kota Makassar</td>
<td>Dinas Perpustakaan Kota Makassar</td>
<td>(40/2023)</td>
<td align="right" class="xl63">20.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">74</td>
<td>Agoeng Widyatmoko</td>
<td>Be Negative</td>
<td>iNSpired Books</td>
<td>(102/2007)</td>
<td align="right" class="xl63">20.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">75</td>
<td>Herry Nurdi</td>
<td>Fiqih Itu Asyik</td>
<td>DAR! Mizan</td>
<td>(174/2004)</td>
<td align="right" class="xl63">90.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">76</td>
<td>Raditya Dika</td>
<td>Cinta Brontosaurus</td>
<td>GagasMedia</td>
<td>(viii+152/2006)</td>
<td align="right" class="xl63">30.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">77</td>
<td>Roy Lessin</td>
<td>Kiat Mendisiplinkan Anak Sebelum Terlambat</td>
<td>Indo Gracia</td>
<td>(xii+76/2001)</td>
<td align="right" class="xl63">69.900</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">78</td>
<td>Rudi Hartono</td>
<td>Revolusi Keuangan Total</td>
<td>Elex Media Komputindo</td>
<td>(viii+136/2015)</td>
<td align="right" class="xl63">81.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">79</td>
<td>Ebes Rasyid & Karel Jariza</td>
<td>iShoot</td>
<td>bukune</td>
<td>(112/2012)</td>
<td align="right" class="xl63">48.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">80</td>
<td>Stuart Avery Gold</td>
<td>Ping: Perjalanan Seekor Katak Mencari Kolam Baru</td>
<td>BIP</td>
<td>(vi+82/2005)</td>
<td align="right" class="xl63">75.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">81</td>
<td>Tzen Po Ta</td>
<td>Mau Tze Tung: Peralihan dari Revolusi Demokrasi ke Sosialisme</td>
<td>Kreasi Wacana</td>
<td>(vi+90/2000)</td>
<td align="right" class="xl63">76.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">82</td>
<td>George Quinn</td>
<td>Wali Berandal Tanah Jawa</td>
<td>KPG</td>
<td>(xvi+552/2019)</td>
<td align="right" class="xl63">115.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">83</td>
<td>Andre Syahreza</td>
<td>The Innocent Rebel: Sisi Aneh Orang Jakarta</td>
<td>GagasMedia</td>
<td>(222/2006)</td>
<td align="right" class="xl63">40.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">84</td>
<td>Marco Kusumawijaya</td>
<td>Jakarta: Metropolis Tunggang-langgang</td>
<td>GagasMedia</td>
<td>(x+234/2004)</td>
<td align="right" class="xl63">30.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">85</td>
<td>MJ Lado</td>
<td>Common Idioms Daily</td>
<td>Titik Terang</td>
<td>(vi+90/-)</td>
<td align="right" class="xl63">75.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">86</td>
<td>Kalis Mardiasih</td>
<td>Muslimah yang Diperdebatkan</td>
<td>Mojok</td>
<td>(xii+202/2023)</td>
<td align="right" class="xl63">78.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">87</td>
<td>Dea Anugrah</td>
<td>Hidup Begitu Indah dan Hanya Itu yang Kita Punya</td>
<td>Shira Media</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl63">50.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">88</td>
<td>Dea Anugrah</td>
<td>Kenapa Kita Tidak Berdansa?</td>
<td>Shira Media</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl63">50.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">89</td>
<td>Trinity</td>
<td>The Naked Traveler (Part 1): 1 Year Round The World Trip</td>
<td>B-First</td>
<td>(xiv+246/2015)</td>
<td align="right" class="xl63">69.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">90</td>
<td>Trinity</td>
<td>The Naked Traveler (Part 2): 1 Year Round The World Trip</td>
<td>B-First</td>
<td>(x+262/2015)</td>
<td align="right" class="xl63">69.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">91</td>
<td>Trinity</td>
<td>The Naked Traveler (Part 3)</td>
<td>B-First</td>
<td>(x+326/2011)</td>
<td align="right" class="xl63">69.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">92</td>
<td>Trinity</td>
<td>The Naked Traveler (Part 4)</td>
<td>B-First</td>
<td>(x+262/2012)</td>
<td align="right" class="xl63">69.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">93</td>
<td>Trinity</td>
<td>The Naked Traveler 2</td>
<td>B-First</td>
<td>(xvi+352/2010)</td>
<td align="right" class="xl63">69.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">94</td>
<td>Tjetje Jusuf</td>
<td>Kesukaran-Kesukaran dalam Pendidikan</td>
<td>Balai Pustaka</td>
<td>(108/1960)</td>
<td align="right" class="xl63">75.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">95</td>
<td>Salandra</td>
<td>Asmara 14 Juta Dolar</td>
<td>Progres</td>
<td>(232/2003)</td>
<td align="right" class="xl63">45.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">96</td>
<td>Intisari</td>
<td>Diana (1961-1997)</td>
<td>Intisari</td>
<td>(152/1997)</td>
<td align="right" class="xl63">45.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">97</td>
<td>Tania Murray Li & Pujo Semedi</td>
<td>Hidup Bersama Raksasa: Manusia dan Pendudukan Perkembunan Sawit</td>
<td>Marjin Kiri</td>
<td>(xiv+362/2022)</td>
<td align="right" class="xl63">102.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">98</td>
<td>Rudolf W. Matindas & Budiman</td>
<td>Pantura Jawa: Peta Panduan Mudik dan Wisata Lengkap</td>
<td>PT Sarana Komunikasi Utama (SKU)</td>
<td>(xiv+426/2007)</td>
<td align="right" class="xl63">120.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">99</td>
<td>Iman Fatah</td>
<td>Rupa Suara: Catatan Perjalanan Bunyian</td>
<td>Arung Wacana</td>
<td>(120/2022)</td>
<td align="right" class="xl63">85.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">100</td>
<td>Zulfa Hanum</td>
<td>Psikologi Kesusastraan Sebuah Pengantar</td>
<td>PT Pustaka Mandiri</td>
<td>(x+128/2012)</td>
<td align="right" class="xl63">113.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">101</td>
<td>Deddy Mulyana & Idi Subandy Ibrahim</td>
<td>Bercinta dengan Televisi</td>
<td>Rosda</td>
<td>(xvi+376/-)</td>
<td align="right" class="xl63">98.500</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">102</td>
<td>Jo Lynne Pool</td>
<td>Pria Idaman Bilakah Ku Temukan</td>
<td>MetaNoia</td>
<td>(208/1998)</td>
<td align="right" class="xl63">37.500</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">103</td>
<td>Heru Puji Winarso</td>
<td>Sosiologi Komunikasi Massa</td>
<td>Prestasi Pustaka</td>
<td>(xi+222/2015)</td>
<td align="right" class="xl63">95.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">104</td>
<td>Patresia Kirnandita</td>
<td>Si Kecil yang Terluka dalam Tubuh Orang Dewasa</td>
<td>EA Books</td>
<td>(xviii+230/2022)</td>
<td align="right" class="xl63">88.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">105</td>
<td>Anumerta Prayoga</td>
<td>The Story of Helen Keller</td>
<td>Hi-fest Publishing</td>
<td>(168/2011)</td>
<td align="right" class="xl63">79.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">106</td>
<td>Jay Afrisando & Muhammad Rayhan Sudrajat (Ed)</td>
<td>Sounding Indonesia, Indonesians Sounding: A Compendium of Music
Discourses</td>
<td>Sounding Indonesia</td>
<td>(iv+280/2023)</td>
<td align="right" class="xl63">100.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">107</td>
<td>Robert T. Kiyosaki</td>
<td>Rich Dad, Poor Dad</td>
<td>Gramedia</td>
<td>(xxv+238/2001)</td>
<td align="right" class="xl63">169.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">108</td>
<td>Udi Rusadi</td>
<td>Kajian Media: Isu Ideologis dalam Perspektif, Teori dan Metode</td>
<td>RajaGrafindo Persada</td>
<td>(xvi+158/2015)</td>
<td align="right" class="xl63">59.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">109</td>
<td>Prita Hapsari Ghozie</td>
<td>Make It Happen, Now!</td>
<td>Gramedia</td>
<td>(xxvi+278/2021)</td>
<td align="right" class="xl63">118.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">110</td>
<td>Handrawan Nadesul</td>
<td>Cantik Cerdas & Feminim: Kesehatan Perempuan Sepanjang Waktu</td>
<td>Penerbit Buku Kompas</td>
<td>(xxvi+312/2010)</td>
<td align="right" class="xl63">40.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">111</td>
<td>Charles Duhigg</td>
<td>The Power of Habit</td>
<td>KPG</td>
<td>(xx+371/2021)</td>
<td align="right" class="xl63">93.500</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">112</td>
<td>John Medina</td>
<td>Brain Rules</td>
<td>Gramedia</td>
<td>(xvii+284/2011)</td>
<td align="right" class="xl63">95.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">113</td>
<td>Bacharuddin Jusuf Habibie</td>
<td>Habibie & Ainun</td>
<td>PT THC Mandiri</td>
<td>(xii+323/2010)</td>
<td align="right" class="xl63">35.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">114</td>
<td>Bernard Murchland</td>
<td>Humanisme dan Kapitalisme</td>
<td>Basa Basi</td>
<td>(vii+100/2019)</td>
<td align="right" class="xl63">45.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">115</td>
<td>Douglas A. Morrison & Christopher P. Witt</td>
<td>Dari Kesepian Menuju Cinta</td>
<td>Penerbit Obor</td>
<td>(vi+212/1997)</td>
<td align="right" class="xl63">35.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">116</td>
<td>J.I. Michell Suhardi</td>
<td>Habit: Delapan Kebiasaan yang Mengubah Nasib Anda</td>
<td>Gramedia</td>
<td>(xx+312/2009)</td>
<td align="right" class="xl63">60.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">117</td>
<td>Bram Soei Ndoed</td>
<td>Family First</td>
<td>Yayasan Family First Indonesia (FFI)</td>
<td>(xxii+180/2017)</td>
<td align="right" class="xl63">50.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">118</td>
<td>Arief Habib</td>
<td>Kiat Jitu Peramalan Saham</td>
<td>Penerbit Andi</td>
<td>(xiv+274/2008)</td>
<td align="right" class="xl63">55.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">119</td>
<td>Imran Hasibuan (Ed)</td>
<td>Sabam Sirait: Berpolitik Bersama 7 Presiden</td>
<td>Q Communication</td>
<td>(xvi+254/2019)</td>
<td align="right" class="xl63">85.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">120</td>
<td>Rick Warren</td>
<td>Kehidupan yang Digerakkan Oleh Tujuan</td>
<td>Penerbit Gandum Mas</td>
<td>(376/2005)</td>
<td align="right" class="xl63">55.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">121</td>
<td>Khadijah Abdulquddus Almutawakkil</td>
<td>Nama-Nama Pilihan untuk Putra-Putri Anda</td>
<td>Pustaka Amani Jakarta</td>
<td>(x+174/1994)</td>
<td align="right" class="xl63">20.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">122</td>
<td>Sidik Purnama Negara</td>
<td>Gunung Srandil & Sendok: Tempat Olah dan Laku Spiritual Kejawen Para
Pemimpin Indonesia</td>
<td>Penerbit Narasi</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl63">20.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">123</td>
<td>Imam Al Ghazali</td>
<td>Mengingat Mati</td>
<td>Pustaka Amani Jakarta</td>
<td>(80/1989)</td>
<td align="right" class="xl63">20.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">124</td>
<td>Syaikh Wahid Abdussalam Bali</td>
<td>Ruqyah: Jin, Sihir & Terapinya</td>
<td>Ummul Qura</td>
<td>(712/2015)</td>
<td align="right" class="xl63">159.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">125</td>
<td>Ki Ageng Pamungkas</td>
<td>Rahasi Supranatural Soeharto</td>
<td>Penerbit Narasi</td>
<td>(95/2007)</td>
<td align="right" class="xl63">20.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">126</td>
<td>Gita Paramita Fury</td>
<td>Agar Anak Mencintai Makhluk Hidup dan Lingkungan</td>
<td>Media Pusindo</td>
<td>(iv+28/2008)</td>
<td align="right" class="xl63">15.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">127</td>
<td>Hiroyoshi Kano</td>
<td>Diferensiasi Kehidupan Ekonomi Petani Selama 90 Tahun</td>
<td>Primaco Akademika</td>
<td>(23/1997)</td>
<td align="right" class="xl63">15.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">128</td>
<td>Ade Aprilia</td>
<td>Indonesian Muslimah Fashion Bloggers Now!</td>
<td>Gramedia</td>
<td>(324/2016)</td>
<td align="right" class="xl63">50.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">129</td>
<td>Burhanuddin Muhtadi</td>
<td>Perang Bintang 2014: Konstelasi dan Prediksi Pemilu dan Pilpres</td>
<td>Noura Books</td>
<td>(xvi+342/2013)</td>
<td align="right" class="xl63">65.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">130</td>
<td>Jurnal Perempuan</td>
<td>Pendampingan Korban Trafiking</td>
<td>Yayasan Jurnal Perempuan</td>
<td>(184/2004)</td>
<td align="right" class="xl63">40.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">131</td>
<td>Kuntowijoyo</td>
<td>Dinamika Sejarah Umat Islam Indonesia</td>
<td>IRCiSoD</td>
<td>(x+203/2017)</td>
<td align="right" class="xl63">70.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">132</td>
<td>George Orwell</td>
<td>Terpuruk dan Melarat di Paris dan London</td>
<td>Gramedia</td>
<td>(288/2021)</td>
<td align="right" class="xl63">80.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">133</td>
<td>Jerome Tadie</td>
<td>Jakarta Keras: Ruang Rawan Metropolitan 1965-1998</td>
<td>Masup Jakarta</td>
<td>(xviii+366/2009)</td>
<td align="right" class="xl63">185.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">134</td>
<td>Benedict Anderson</td>
<td>Imagined Communities: Komunitas-Komunitas Terbayang</td>
<td>Insist Press</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl63">95.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">135</td>
<td>Seno Gumira Ajidarma</td>
<td>Kentut Kosmopolitan: Obrolan Urban</td>
<td>Pabrik Tulisan</td>
<td>(xvi+320/2020)</td>
<td align="right" class="xl63">99.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">136</td>
<td>Abbidin Kusno</td>
<td>Jakarta The City of a Thousand Dimensions</td>
<td>National University of Singapore (NUS) Press</td>
<td>(xv+263/2023)</td>
<td align="right" class="xl63">461.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">137</td>
<td>Agus Mulyadi</td>
<td>Lambe Akrobat: Kisah Geng Koplo dan Keluarga Hansip</td>
<td>Mojok</td>
<td>(viii+165/2018)</td>
<td align="right" class="xl63">58.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">138</td>
<td>Raditya Dika</td>
<td>Koala Kumal</td>
<td>GagasMedia</td>
<td>(x+250/2014)</td>
<td align="right" class="xl63">30.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">139</td>
<td>Raditya Dika</td>
<td>Marmut Merah Jambu</td>
<td>bukune</td>
<td>(vi+222/2010)</td>
<td align="right" class="xl63">47.700</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">140</td>
<td>Abdullah Gymnastiar</td>
<td>Meraih Bening Hati dengan Manajemen Kalbu</td>
<td>Gema Insani Press</td>
<td>(xii+146/2002)</td>
<td align="right" class="xl63">25.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">141</td>
<td>Nunung Noor El Niel (Ed)</td>
<td>Kumparan Puisi</td>
<td>Teras Budaya</td>
<td>(xvi+256/2020)</td>
<td align="right" class="xl63">60.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">142</td>
<td>Jean Chatzky</td>
<td>Bikin Uang, Bukan Utang!</td>
<td>Gramedia</td>
<td>(xxvi+318/2008)</td>
<td align="right" class="xl63">65.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">143</td>
<td>Sutrisno Hadi</td>
<td>Metodologi Research</td>
<td>Andi Offset</td>
<td>(x+88/2000)</td>
<td align="right" class="xl63">30.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">144</td>
<td>Gorys Keraf</td>
<td>Diksi dan Gaya Bahasa</td>
<td>Gramedia</td>
<td>(xiii+155/2019)</td>
<td align="right" class="xl63">30.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">145</td>
<td>Margareta Astaman</td>
<td>Excuse-Moi</td>
<td>Kompas Media Nusantara</td>
<td>(vi+138/2011)</td>
<td align="right" class="xl63">55.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">146</td>
<td>Robertus Robert (Ed)</td>
<td>Kultur Hak Asasi Manusia di Negara Liberal</td>
<td>Marjin Kiri</td>
<td>(x+264/2020)</td>
<td align="right" class="xl63">80.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">147</td>
<td>C.L. Claride</td>
<td>Menjadi Orangtua Berhati Buddha</td>
<td>Yayasan Karaniya</td>
<td>(xii+288/2013)</td>
<td align="right" class="xl63">90.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">148</td>
<td>Susilo Bambang Yudhoyono</td>
<td>Indonesia Unggul</td>
<td>BIP</td>
<td>(xvi+335/2008)</td>
<td align="right" class="xl63">85.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">149</td>
<td>Merry Riana</td>
<td>A Gift from A Friend</td>
<td>Gramedia</td>
<td>(276/2012)</td>
<td align="right" class="xl63">65.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">150</td>
<td>Widjiono Wasis</td>
<td>Jadul Kinanti: Jokowi Dulu Kini dan Nanti</td>
<td>Kamboja Kelopak Enam</td>
<td>(xlvi+640/2018)</td>
<td align="right" class="xl63">150.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">151</td>
<td>Jurnal Perempuan</td>
<td>Perempuan dan Media</td>
<td>Yayasan Jurnal Perempuan</td>
<td>(176/2003)</td>
<td align="right" class="xl63">50.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">152</td>
<td>Paschalis Maria Laksono</td>
<td>The Common Ground in The Kei Island</td>
<td>Galang Press</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl63">90.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">153</td>
<td>Kaukabus Syarqiyah</td>
<td>Jago Atur Duit Pribadi & Keluarga</td>
<td>Penerbit Ikon</td>
<td>(xvi+246/2020)</td>
<td align="right" class="xl63">99.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">154</td>
<td>Gatut Susanta</td>
<td>Panduan Lengkap Menghitung Biaya Membangun Rumah</td>
<td>Griya Kreasi</td>
<td>(iv+164/2021)</td>
<td align="right" class="xl63">69.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">155</td>
<td>Ulf Ekman</td>
<td>Finansial Freedom</td>
<td>Enbloms Grafiska Sweden</td>
<td>(128/1990)</td>
<td align="right" class="xl63">80.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">156</td>
<td>Mochtar Lubis</td>
<td>Teknik Mengarang</td>
<td>Penerbit Kurnia Esa Jakarta</td>
<td>(148/1981)</td>
<td align="right" class="xl63">150.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">157</td>
<td>Moammar Emka</td>
<td>Jakarta Undercover: Sex 'n the City</td>
<td>Galang Press</td>
<td>(xl+488/2002)</td>
<td align="right" class="xl63">93.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">158</td>
<td>Heemin Sunim</td>
<td>The Things You Can See Only When You Slow Down</td>
<td>Penguin Books</td>
<td>(xviii+270/2017)</td>
<td align="right" class="xl63">125.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">159</td>
<td>Ernest Hemingway</td>
<td>Reportase-Reportase Terbaik Ernest Hemingway</td>
<td>Gramatical</td>
<td>(viii+170/2012)</td>
<td align="right" class="xl63">47.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">160</td>
<td>Sujiwo Tejo</td>
<td>Sabdo Cinta Angon Kasih</td>
<td>Bentang Pustaka</td>
<td>(vii+252/2018)</td>
<td align="right" class="xl63">94.800</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">161</td>
<td>Sujiwo Tejo</td>
<td>Lupa 3 Indonesia</td>
<td>Bentang Pustaka</td>
<td>(xvii+290/2016)</td>
<td align="right" class="xl63">69.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">162</td>
<td>Guy Standing</td>
<td>The Precariat: The New Dangerous Class</td>
<td>Bloomsbury Academic</td>
<td>(x+198/2011)</td>
<td align="right" class="xl63">100.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">163</td>
<td>Maria A. Sardjono</td>
<td>Pengantin Kecilku</td>
<td>Gramedia</td>
<td>(336/1999)</td>
<td align="right" class="xl63">50.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">164</td>
<td>Irmansyah Effendi</td>
<td>Reiki</td>
<td>Gramedia</td>
<td>(xi+188/1998)</td>
<td align="right" class="xl63">45.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">165</td>
<td>Candra Gautama & Pax Benedanto (Ed)</td>
<td>Lagak Jakarta 100 Tokoh yang Mewarnai Jakarta</td>
<td>KPG</td>
<td>(160/2008)</td>
<td align="right" class="xl63">35.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">166</td>
<td>Tanpoaran</td>
<td>Sangkan Paraning Dumadi</td>
<td>Tanpa Penerbit</td>
<td>(261/-)</td>
<td align="right" class="xl63">75.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">167</td>
<td>Betty Schrampfer</td>
<td>Understanding and Using English Grammar</td>
<td>Binarupa Aksara</td>
<td>(xviii+347/1993)</td>
<td align="right" class="xl63">69.500</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">168</td>
<td>Fikrul Hanif Sufyan</td>
<td>Menuju Lentera Merah: Gerakan Propagandis Komunis di Serambi Mekah
1923-1949</td>
<td>Gadjah Mada University Press</td>
<td>(xxxii+162)</td>
<td align="right" class="xl63">60.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">169</td>
<td>Dyah Rahmawati Hizbaron & Surani Hasanati</td>
<td>Menuju Kota Tangguh di Sungai Code Yogyakarta</td>
<td>Gadjah Mada University Press</td>
<td>(xiv+170/2016)</td>
<td align="right" class="xl63">75.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">170</td>
<td>Ahmad Muam & Cisya Dewantara Nugraha</td>
<td>Pengantar Penerjemahan</td>
<td>Gadjah Mada University Press</td>
<td>(viii+98)</td>
<td align="right" class="xl63">40.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">171</td>
<td>Yusi Avianto Pareanom (Ed)</td>
<td>Manusia, Perempuan, Laki-Laki</td>
<td>Komunitas Salihara</td>
<td>(x+108/2013)</td>
<td align="right" class="xl63">20.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">172</td>
<td>Andri Indradie</td>
<td>Rakyat Memantau Ibukota, Rakyat Memantau Jokowi-Basuki</td>
<td>Grasindo</td>
<td>(x+142/2013)</td>
<td align="right" class="xl63">35.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">173</td>
<td>John Gray</td>
<td>Men From Mars, Women Are From Venus</td>
<td>Gramedia</td>
<td>(352/1999)</td>
<td align="right" class="xl63">150.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">174</td>
<td>Koh Young Hun</td>
<td>Pramoedya Menggugat: Melacak Jejak Indonesia</td>
<td>Gramedia</td>
<td>(xxix+432/2020)</td>
<td align="right" class="xl63">146.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">175</td>
<td>Noam Chomsky</td>
<td>Politik Kuasa Media</td>
<td>Penerbit Jalan Baru</td>
<td>(x+56/1997)</td>
<td align="right" class="xl63">20.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">176</td>
<td>Wang Xiang Jun</td>
<td>Mengubah Nasib & Rejeki ala Cina</td>
<td>Pustaka Solomon</td>
<td>(150/2010)</td>
<td align="right" class="xl63">67.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">177</td>
<td>Amelia Masniari</td>
<td>Miss Jinjing Jakarta: Belanja Sampai Mati</td>
<td>PT Nicko Pratama Mandiri</td>
<td>(v+247/2014)</td>
<td align="right" class="xl63">30.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">178</td>
<td>Emha Ainun Nadjib</td>
<td>Secangkir Kopi Jon Pakir</td>
<td>Mizan</td>
<td>(396/1994)</td>
<td align="right" class="xl63">125.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">179</td>
<td>Justin M. Sihombing</td>
<td>Kekerasan Terhadap Masyarakat Marginal</td>
<td>Penerbit Narasi</td>
<td>(xii+104/2005)</td>
<td align="right" class="xl63">40.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">180</td>
<td>Noam Chomsky</td>
<td>Maling Teriak Maling: Amerika Sang Teroris?</td>
<td>Mizan</td>
<td>(xlv+167/2001)</td>
<td align="right" class="xl63">60.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">181</td>
<td>Kuntowijoyo</td>
<td>Maklumat Sastra Profetik</td>
<td>Diva Press</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl63">78.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">182</td>
<td>Titah AW</td>
<td>Parade Hantu Siang Bolong</td>
<td>Warning Books</td>
<td>(xxi+247/2020)</td>
<td align="right" class="xl63">90.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">183</td>
<td>Linda Christanty</td>
<td>Para Raja dan Revolusi</td>
<td>IRCiSoD</td>
<td>Segel</td>
<td align="right" class="xl63">60.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">184</td>
<td>Kurawa</td>
<td>A Man Called #AHOK</td>
<td>Kurawa</td>
<td>(111/2016)</td>
<td align="right" class="xl63">20.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">185</td>
<td>Umar Kayam</td>
<td>Madhep Ngalor Sugih, Madhep Ngidup Sugih</td>
<td>Grafiti</td>
<td>(xviii+434/2005)</td>
<td align="right" class="xl63">125.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">186</td>
<td>Benedict Anderson</td>
<td>Revolusi Pemuda</td>
<td>Marjin Kiri</td>
<td>(xxii+566/2918)</td>
<td align="right" class="xl63">155.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">187</td>
<td>Muhidin M. Dahlan</td>
<td>Kronik Penculikan Aktivis dan Kekerasan Negara 1998</td>
<td>Radio Buku</td>
<td>(xii+506/2024)</td>
<td align="right" class="xl63">140.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">188</td>
<td>Gary Smalley</td>
<td>Alasan Tersembunyi Mengapa Pria Berperilaku Tertentu</td>
<td>MetaNoia</td>
<td>(224/1996)</td>
<td align="right" class="xl63">100.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">189</td>
<td>Indoprogress</td>
<td>Agama dan Negara</td>
<td>Indoprogress dan Resist Book</td>
<td>(xx+168/2011)</td>
<td align="right" class="xl63">50.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">190</td>
<td>Indoprogress</td>
<td>Merayakan Perdebatan</td>
<td>Indoprogress dan Resist Book</td>
<td>(xxx+338/2012)</td>
<td align="right" class="xl63">50.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">191</td>
<td>Indoprogress</td>
<td>Vol. II Nomor 8, 2017</td>
<td>Indoprogress dan Resist Book</td>
<td>(128/2017)</td>
<td align="right" class="xl63">50.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">192</td>
<td>Indoprogress</td>
<td>Vol II. Nomor 4, 2015</td>
<td>Indoprogress dan Resist Book</td>
<td>(viii+142/2015)</td>
<td align="right" class="xl63">50.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">193</td>
<td>Indoprogress</td>
<td>Vol. III Nomor 1, 2015</td>
<td>Indoprogress dan Resist Book</td>
<td>(vi+126/2015)</td>
<td align="right" class="xl63">50.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">194</td>
<td>Indoprogress</td>
<td>Vol. I Nomor 01, 2014</td>
<td>Indoprogress dan Resist Book</td>
<td>(vi+134/2014)</td>
<td align="right" class="xl63">50.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">195</td>
<td>Indoprogress</td>
<td>Vol. I Nomor 5, 2016</td>
<td>Indoprogress dan Resist Book</td>
<td>(viii+106/2016)</td>
<td align="right" class="xl63">50.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">196</td>
<td>Indoprogress</td>
<td>Vol. I Nomor 7, 2017</td>
<td>Indoprogress dan Resist Book</td>
<td>(viii+112/2017)</td>
<td align="right" class="xl63">50.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">197</td>
<td>Indoprogress</td>
<td>Vol. II Agustus 2014</td>
<td>Indoprogress dan Resist Book</td>
<td>(vi+118/2014)</td>
<td align="right" class="xl63">50.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">198</td>
<td>Indoprogress</td>
<td>Vol. III Januari 2017</td>
<td>Indoprogress dan Resist Book</td>
<td>(vi+228/2013)</td>
<td align="right" class="xl63">50.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">199</td>
<td>Tim IKAPI</td>
<td>Buku Pintar IELTS</td>
<td>Bentang Pustaka</td>
<td>(228/2023)</td>
<td align="right" class="xl63">69.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">200</td>
<td>Manda Pullen</td>
<td>Success in Comprehension</td>
<td>Marshall Cavendish</td>
<td>(vi+106/2012)</td>
<td align="right" class="xl63">20.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">201</td>
<td>Pratibha Nath</td>
<td>Living with Values</td>
<td>S. Chand School</td>
<td>(88/2018)</td>
<td align="right" class="xl63">20.000</td>
</tr>
<tr height="19" style="height: 14.4pt;">
<td align="right" height="19" style="height: 14.4pt;">202</td>
<td>John Eastwood</td>
<td>Oxford Practice Grammar</td>
<td>Oxford University Press</td>
<td>(398/2006)</td>
<td align="right" class="xl63">100.000</td>
</tr>
</tbody></table>Isma Swastiningrumhttp://www.blogger.com/profile/05536645550639669153noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3466970969743762424.post-51036597839961415342024-01-13T08:11:00.006+07:002024-01-13T08:12:32.685+07:00Wewarah Jawa<p><i>Dedalane klawan yekti</i></p><p><i>Kudu andhap asor</i></p><p><i>Wani ngalah luhur wekasane</i></p><p><i>Tumung kula yen dipundukani</i></p><p><i>Bapang den simpangi</i></p><p><i>Ana catur mungkur</i></p><p>Artinya:</p><p>Jalan-jalannya ilmu yang selamat dan benar. </p><p>Sebenar-benarnya sebaiknya atau bajiknya harus bawah membawahi, menghormati, menghargai, tidak takabur (sombong). </p><p>Berani mengalah tidak melawan, tinggi derajat di akhirnya kemudian hari. </p><p>Menunduk bila dimarahi.</p><p>Pertengkaran dihindari.</p><p>Ada pergunjingan tidak menanggapi.<br /></p>Isma Swastiningrumhttp://www.blogger.com/profile/05536645550639669153noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3466970969743762424.post-90914649616958292642024-01-04T12:55:00.003+07:002024-01-04T13:04:53.166+07:00Buku Rilis 2023 - Negeri, Kota, dan Cerita<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinuldlfdtPBarzP3ap790K3ZSrS6gM4TczEM5_lOWBRXR3XLliWell9WssAgB383vfuPYoi9zcpjLecd1nQGEuyR02_DU_neDiBSDs221J8HDvy1kEBoUlcAAc9KHUn34ax8fVC2A-78mpXfr2q4PA7Y_SuJPl4gaZG1ohPqcm3asnV47ZY7z2BR4S0EQ/s2250/Negeri,%20Kota,%20dan%20Cerita.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2250" data-original-width="1410" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinuldlfdtPBarzP3ap790K3ZSrS6gM4TczEM5_lOWBRXR3XLliWell9WssAgB383vfuPYoi9zcpjLecd1nQGEuyR02_DU_neDiBSDs221J8HDvy1kEBoUlcAAc9KHUn34ax8fVC2A-78mpXfr2q4PA7Y_SuJPl4gaZG1ohPqcm3asnV47ZY7z2BR4S0EQ/s320/Negeri,%20Kota,%20dan%20Cerita.jpg" width="201" /></a></div><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:EnableOpenTypeKerning/>
<w:DontFlipMirrorIndents/>
<w:OverrideTableStyleHps/>
</w:Compatibility>
<w:DoNotOptimizeForBrowser/>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="false"
DefSemiHidden="false" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="376">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 6"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 7"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 8"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Normal Indent"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="footnote text"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="annotation text"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="header"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="footer"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index heading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="table of figures"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="envelope address"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="envelope return"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="footnote reference"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="annotation reference"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="line number"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="page number"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="endnote reference"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="endnote text"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="table of authorities"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="macro"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="toa heading"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Bullet"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Number"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Bullet 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Bullet 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Bullet 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Bullet 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Number 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Number 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Number 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Number 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Closing"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Signature"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text Indent"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Continue"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Continue 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Continue 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Continue 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Continue 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Message Header"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Salutation"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Date"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text First Indent"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text First Indent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Note Heading"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text Indent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text Indent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Block Text"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Hyperlink"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="FollowedHyperlink"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Document Map"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Plain Text"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="E-mail Signature"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Top of Form"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Bottom of Form"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Normal (Web)"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Acronym"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Address"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Cite"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Code"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Definition"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Keyboard"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Preformatted"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Sample"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Typewriter"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Variable"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Normal Table"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="annotation subject"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="No List"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Outline List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Outline List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Outline List 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Simple 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Simple 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Simple 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Classic 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Classic 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Classic 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Classic 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Colorful 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Colorful 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Colorful 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Columns 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Columns 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Columns 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Columns 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Columns 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 6"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 7"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 8"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 6"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 7"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 8"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table 3D effects 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table 3D effects 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table 3D effects 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Contemporary"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Elegant"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Professional"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Subtle 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Subtle 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Web 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Web 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Web 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Balloon Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Theme"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" QFormat="true"
Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" QFormat="true"
Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" QFormat="true"
Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" QFormat="true"
Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" QFormat="true"
Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" QFormat="true"
Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="41" Name="Plain Table 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="42" Name="Plain Table 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="43" Name="Plain Table 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="44" Name="Plain Table 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="45" Name="Plain Table 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="40" Name="Grid Table Light"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46" Name="Grid Table 1 Light"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51" Name="Grid Table 6 Colorful"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52" Name="Grid Table 7 Colorful"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="Grid Table 1 Light Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="Grid Table 6 Colorful Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="Grid Table 7 Colorful Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="Grid Table 1 Light Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="Grid Table 6 Colorful Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="Grid Table 7 Colorful Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="Grid Table 1 Light Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="Grid Table 6 Colorful Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="Grid Table 7 Colorful Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="Grid Table 1 Light Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="Grid Table 6 Colorful Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="Grid Table 7 Colorful Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="Grid Table 1 Light Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="Grid Table 6 Colorful Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="Grid Table 7 Colorful Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="Grid Table 1 Light Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="Grid Table 6 Colorful Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="Grid Table 7 Colorful Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46" Name="List Table 1 Light"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51" Name="List Table 6 Colorful"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52" Name="List Table 7 Colorful"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="List Table 1 Light Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="List Table 6 Colorful Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="List Table 7 Colorful Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="List Table 1 Light Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="List Table 6 Colorful Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="List Table 7 Colorful Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="List Table 1 Light Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="List Table 6 Colorful Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="List Table 7 Colorful Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="List Table 1 Light Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="List Table 6 Colorful Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="List Table 7 Colorful Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="List Table 1 Light Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="List Table 6 Colorful Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="List Table 7 Colorful Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="List Table 1 Light Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="List Table 6 Colorful Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="List Table 7 Colorful Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Mention"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Smart Hyperlink"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Hashtag"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Unresolved Mention"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Smart Link"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Tabel Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:8.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:107%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri",sans-serif;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;
mso-font-kerning:1.0pt;
mso-ligatures:standardcontextual;
mso-fareast-language:EN-US;}
</style>
<![endif]-->
<p class="MsoNormal">Buku "Negeri, Kota, dan Cerita" merupakan kumpulan
rilis dan dokumentasi dari berita-berita yang saya buat sepanjang tahun 2023 di
tempat kerja saya sekarang, Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri). Saya
mencatat ada 291 rilis berkenaan dengan kegiatan Menteri Dalam Negeri
(Mendagri) Muhammad Tito Karnavian, Wakil Menteri Dalam Negeri (Wamendagri)
John Wempi Wetipo, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Suhajar Diantoro, komponen
direktorat di Kemendagri, serta Masyarakat Ilmu Pemerintahan Indonesia (MIPI). <br /></p><p class="MsoNormal">Buku ini sebagai catatan dan dokumentasi terkait hal-hal
yang telah saya tuliskan. Sejak pertama saya bekerja sebagai Tenaga Lepas
Bidang Jurnalistik di Humas, Puspen Kemendagri pada Senin, 30 Agustus 2021, telah
banyak yang saya alami dan membentuk diri saya sekarang. Saya tak pernah
membayangkan jika saya akan bekerja di Kemendagri, meskipun Bapak saya telah
berusaha mendaftarkan saya sebanyak tiga kali untuk mengikuti tes masuk
Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN). Usaha saya juga tak pernah putus
pada masa itu untuk menyenangkan Bapak dan beliau berharap saya diterima di
IPDN, meski tiga kali itu usaha saya gagal total.</p>
<p class="MsoNormal">Masa-masa kuliah juga telah banyak membentuk saya, banyak
wacana dan teori yang membuat saya untuk berontak pada struktur dan sistem. Pertentangan
semacam ini saya alami ketika awal bekerja di pemerintahan dengan berbagai
kepentingannya. Ketika saya sadar, saya telah masuk ke dalam sistem, ternyata
banyak hal yang saya pelajari, yang tentu kondisi ini tak bisa dipahami oleh
pihak-pihak yang kontra-sistem. Namun di mana pun tempatnya, integritas, niat
baik, dan kelakuan baik akan selalu diperlukan. Menjadi "pelayan rakyat
yang baik" di sektor publik ternyata menjadi salah satu pekerjaan mulia
yang pernah ada.</p>
<p class="MsoNormal">Atas semua hal baik yang saya terima, saya ingin mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: Mujaeni yang telah memberi saya
jalan dan pintu sehingga saya bisa bekerja di Jakarta, khususnya di Kemendagri.
Kemudian, Farid Fakih, rekan sesama rilis, seorang pekerja yang kata pimpinan sulit
dicari celahnya. Lalu, Pak Syahdino Pratama, editor rilis yang telah mengajari
saya menulis dan menulis lagi. Tak lupa, Pak Aang Witarsa Rofik, Kabid Humas
yang telah banyak membantu saya. Juga kawan-kawan rilis yang telah bekerja
sama: Mbak Nina, Mbak Tika, Mbak Anggun, dan Cyce sang Jenderal Transkrip. Tabik.</p><p class="MsoNormal">Jakarta, 4 Januari 2024</p><p><span face=""Calibri",sans-serif" style="font-size: 11pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">LINK: <a href="https://drive.google.com/file/d/1sj_Lr0ageTF0NtEagaZ4t5UdkU4jWNNc/view">https://drive.google.com/file/d/1sj_Lr0ageTF0NtEagaZ4t5UdkU4jWNNc/view</a> <br /></span></p>Isma Swastiningrumhttp://www.blogger.com/profile/05536645550639669153noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3466970969743762424.post-36061547291375542352024-01-02T18:55:00.012+07:002024-01-03T07:46:44.717+07:00LPJ 2023: “Jika Ingin Hidup, Dekatlah dengan yang Hidup”<p>Judul LPJ hidupku tahun ini terinspirasi dari refleksi
spiritual Prie GS dalam buku “Aku Hidupku Humorku” (2019), hlm. 136. Awal
Desember 2023, akhirnya aku bisa membeli sepaket buku Pak Prie sebanyak 9 buku.
Kubaca saat aku sakit sekitar 3 minggu usai aku minum air dari sebuah makam.
Waktu itu jadi masa beratku setahun ini, badanku panas sambil mimpi aneh yang
berhubungan dengan teori-teori, batuk tak berhenti, susah tidur, pusing, sampai
ujian yang terakhir kesempret motor saat bocengan dengan teman—temanku nyerobot
lalu lintas dan kakiku bengkak lebih dari seminggu. <!--[if gte mso 9]><xml>
<o:OfficeDocumentSettings>
<o:AllowPNG/>
</o:OfficeDocumentSettings>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:EnableOpenTypeKerning/>
<w:DontFlipMirrorIndents/>
<w:OverrideTableStyleHps/>
</w:Compatibility>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="false"
DefSemiHidden="false" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="376">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 6"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 7"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 8"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Normal Indent"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="footnote text"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="annotation text"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="header"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="footer"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index heading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="table of figures"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="envelope address"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="envelope return"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="footnote reference"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="annotation reference"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="line number"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="page number"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="endnote reference"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="endnote text"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="table of authorities"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="macro"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="toa heading"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Bullet"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Number"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Bullet 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Bullet 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Bullet 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Bullet 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Number 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Number 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Number 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Number 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Closing"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Signature"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text Indent"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Continue"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Continue 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Continue 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Continue 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Continue 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Message Header"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Salutation"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Date"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text First Indent"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text First Indent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Note Heading"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text Indent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text Indent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Block Text"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Hyperlink"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="FollowedHyperlink"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Document Map"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Plain Text"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="E-mail Signature"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Top of Form"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Bottom of Form"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Normal (Web)"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Acronym"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Address"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Cite"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Code"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Definition"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Keyboard"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Preformatted"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Sample"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Typewriter"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Variable"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Normal Table"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="annotation subject"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="No List"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Outline List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Outline List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Outline List 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Simple 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Simple 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Simple 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Classic 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Classic 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Classic 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Classic 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Colorful 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Colorful 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Colorful 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Columns 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Columns 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Columns 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Columns 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Columns 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 6"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 7"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 8"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 6"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 7"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 8"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table 3D effects 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table 3D effects 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table 3D effects 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Contemporary"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Elegant"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Professional"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Subtle 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Subtle 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Web 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Web 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Web 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Balloon Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Theme"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" QFormat="true"
Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" QFormat="true"
Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" QFormat="true"
Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" QFormat="true"
Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" QFormat="true"
Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" QFormat="true"
Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="41" Name="Plain Table 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="42" Name="Plain Table 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="43" Name="Plain Table 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="44" Name="Plain Table 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="45" Name="Plain Table 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="40" Name="Grid Table Light"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46" Name="Grid Table 1 Light"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51" Name="Grid Table 6 Colorful"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52" Name="Grid Table 7 Colorful"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="Grid Table 1 Light Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="Grid Table 6 Colorful Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="Grid Table 7 Colorful Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="Grid Table 1 Light Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="Grid Table 6 Colorful Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="Grid Table 7 Colorful Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="Grid Table 1 Light Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="Grid Table 6 Colorful Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="Grid Table 7 Colorful Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="Grid Table 1 Light Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="Grid Table 6 Colorful Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="Grid Table 7 Colorful Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="Grid Table 1 Light Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="Grid Table 6 Colorful Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="Grid Table 7 Colorful Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="Grid Table 1 Light Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="Grid Table 6 Colorful Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="Grid Table 7 Colorful Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46" Name="List Table 1 Light"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51" Name="List Table 6 Colorful"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52" Name="List Table 7 Colorful"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="List Table 1 Light Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="List Table 6 Colorful Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="List Table 7 Colorful Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="List Table 1 Light Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="List Table 6 Colorful Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="List Table 7 Colorful Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="List Table 1 Light Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="List Table 6 Colorful Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="List Table 7 Colorful Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="List Table 1 Light Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="List Table 6 Colorful Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="List Table 7 Colorful Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="List Table 1 Light Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="List Table 6 Colorful Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="List Table 7 Colorful Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="List Table 1 Light Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="List Table 6 Colorful Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="List Table 7 Colorful Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Mention"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Smart Hyperlink"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Hashtag"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Unresolved Mention"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Smart Link"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--></p>
<p class="MsoNormal">Kesehatan yang menjadi prioritasku nomor satu dalam hidup
jebol. Namun sebagaimana pesan Pak Prie, aku harus mendekati semua yang hidup
agar aku tetap hidup. Menjaga kesehatan wajib dilakukan kapan pun dan di mana
pun. Tanpa kesehatan kita bukan apa-apa. Aku ingin selalu sehat, bahkan ketika
Allah SWT (Mahabesar Dia dan Mahatinggi) nanti memanggilku pun, aku ingin dalam
keadaan sehat. Aamiin.</p>
<p class="MsoNormal">Hal lain yang patut kusyukuri di tahun ini, aku menemukan bidang
keilmuan yang ingin kutekuni dengan sungguh-sungguh. Salah satu jalan itu
ditunjukkan arahnya oleh Profesor Studi Lingkungan York University Kanada, dan
Direktur Pusat Penelitian Asia York (YCAR), Pak Abidin Kusno. Ke depan, aku ingin
jadi <i>scholar </i>atau pekerjaan yang bergelut dengan ilmu pengetahuan. Entah
bagaimana nanti jalanku.</p><p class="MsoNormal"></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwfQhIRreLxrweubh-3KiWfRxXFsw3uGhjvWMC-L6fDDA-sg8x-6_IK3AQ3CzEiF69Q-gsbJ6kBUo2blYgdZ3owOZ07PlLbg-ink4cse9vf-ZBmE9yl4p4gxvT1D_HsoVSVM5W5SLdQHiHpCjeOw4BE66Wwy1E3OaJmkSzKHExwDTD6Hdq-l-fkgA-3ak/s1600/2023%20(6).jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwfQhIRreLxrweubh-3KiWfRxXFsw3uGhjvWMC-L6fDDA-sg8x-6_IK3AQ3CzEiF69Q-gsbJ6kBUo2blYgdZ3owOZ07PlLbg-ink4cse9vf-ZBmE9yl4p4gxvT1D_HsoVSVM5W5SLdQHiHpCjeOw4BE66Wwy1E3OaJmkSzKHExwDTD6Hdq-l-fkgA-3ak/s320/2023%20(6).jpeg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Diskusi Islam Bergerak bersama scholar Lin Hongxuan dari NUS<br /></td></tr></tbody></table>Secara garis besar selama tahun 2023, aku menemukan kepingan
<i>puzzle </i>hidup yang lain, dari tujuan hidup, perjalanan ke berbagai tempat
di Indonesia yang menyenangkan, dan aneka kegagalan/pencapaian berharga. Begini
detailnya:<p></p>
<h3 class="MsoNormal" style="text-align: left;"><b>Membaca Tujuan Hidup di Ubud, Bali</b></h3>
<p class="MsoNormal">Saat itu hari Sabtu, 9 September 2023, di Ubud, Bali. Aku
bertemu dengan seorang ahli tarot bernama Aliya. Aku mengenalnya lewat
Instagram dari jalur <i>circle</i> Icha (@hairembulan) dan Kongsi 8. Awalnya,
aku pernah mengontaknya untuk memberi <i>insight </i>tentang masalahku via WA,
biaya konsultasi dengannya 90 ribu/30 menit. Usai dengar pembacaan Aliya,
sekitar lebih 80 persen menurutku sesuai dengan kenyataan, dan itu memberikan
pandangan yang berbeda bagiku untuk menganalisis situasi dan menilai seseorang,
khususnya dari sisi-sisi yang gak bisa aku lihat. </p><p class="MsoNormal"></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEirR1W5nPOUFMi6HAlosdFIeu2v8J4mrgCHLwUAsWaVgs1yjyWqCTGOQWsd0depK9ZxkN5zoZmvfEw8R583wXLZjAuU06X3DmLX73xngQsyTMBHteym8mv4h6-_GNTnDSLV45JyhtAoqtnGRWfidxarmjimgUGdaWmlKRy6ywKndOSKpWYsArMQRYeb9G8/s4160/Isma%20-%20Kak%20Theo%20(2).jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="4160" data-original-width="3120" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEirR1W5nPOUFMi6HAlosdFIeu2v8J4mrgCHLwUAsWaVgs1yjyWqCTGOQWsd0depK9ZxkN5zoZmvfEw8R583wXLZjAuU06X3DmLX73xngQsyTMBHteym8mv4h6-_GNTnDSLV45JyhtAoqtnGRWfidxarmjimgUGdaWmlKRy6ywKndOSKpWYsArMQRYeb9G8/s320/Isma%20-%20Kak%20Theo%20(2).jpg" width="240" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Bareng Kak Theo Rumthe di Kongsi 8<br /></td></tr></tbody></table>Ilmu ramalan, perbintangan, ataupun sejenisnya memang masih
menjadi perdebatan, ada yang percaya dan tidak percaya. Jika pembacaannya
berdasarkan ilmu aku percaya, karena hal ini bisa dipelajari secara logika dan
hanya orang-orang tertentu saja yang bersedia mempelajarinya dan menjadikan hal
itu sebagai bagian dari pekerjaan profesional. Faktor lainnya, karena energi
akan hal-hal yang bersifat spiritual di diriku ini tergolong berfrekuensi
tinggi, akhirnya aku tertarik juga. Buat yang gak percaya, tolong jangan dicoba
biar tak menyesal.<p></p>
<p class="MsoNormal">Aku memandang pembacaan dengan ahlinya langsung ini sebagai <i>side
opinion</i>, dia pihak netral yang sama sekali tak kenal dengan orang-orang
yang aku hadapi, sebagai pihak yang tak memiliki kepentingan, pembacaannya
bagiku jujur. Aliya membuka pembacaan terkait “<i>life purpose</i>” juga dengan
harga yang berbeda, akhirnya aku coba. Saat itu Aliya sudah tinggal di Ubud,
saat aku dinas ke Bali, tepanya di Sanur, aku ngontak Aliya untuk ke tempatnya.
Sanur ke Ubud ternyata cukup jauh, aku naik Go-Jek hampir satu jam, apalagi itu
liburan dan arah ke Ubud macetnya udah kayak Jalan Thamrin Jakarta pukul lima
sore, tapi dengan lebar jalan lebih sempit.</p><p class="MsoNormal"></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhD6cshZDeKw_8i10kVB2x1JLs629RQ8Xih-EXWctf9JFTWtJHvN9BVeub1FcVtQP0GM4YLLvr9Fu8OXvNfaL7wkkwJ61JE78qfmUGvKu8M8d0FaSAbOsdBEoxrEl6PXhNfam6qplrOlZpZT6x8xmMPg39MhxhpzxwKcJ6n0gEhei59GNfzsZCzcUOoAvE/s4160/Bali%20(190).jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="4160" data-original-width="3120" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhD6cshZDeKw_8i10kVB2x1JLs629RQ8Xih-EXWctf9JFTWtJHvN9BVeub1FcVtQP0GM4YLLvr9Fu8OXvNfaL7wkkwJ61JE78qfmUGvKu8M8d0FaSAbOsdBEoxrEl6PXhNfam6qplrOlZpZT6x8xmMPg39MhxhpzxwKcJ6n0gEhei59GNfzsZCzcUOoAvE/s320/Bali%20(190).jpg" width="240" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Energi Bali<br /></td></tr></tbody></table>Kami bertemu di depan sebuah supermarket, di depannya ada
meja dari kayu dan kursi. Aku dan Aliya saat itu secara tak sengaja seperti
janjian memakai baju hitam. Aliya ini tipe orang yang tergolong misterius
karena tak menampakkan fisiknya barang satu pun foto terkait dirinya di media
sosial. Tinggi kami tak jauh berbeda, berperawakan sedang, dan lebih tua
dariku. Kami bersalaman, berkenalan sebentar, dan sekitar satu jam dia membaca nasib
sampai garis tanganku. <p></p>
<p class="MsoNormal">Hal pertama yang membuatku <i>shocked </i>tentu masalah
bintang. Dari lahir sampai umur 30 tahun aku mempercayai jika bintangku adalah
Aries, aku pun hidup di bawah Negara Kesatuan Republik Aries (NKRA). Aku pun
telah membaca dari berbagai sumber watak dan <i>betitet </i>Aries dari A sampai
Z. Namun pas ketemu Aliya aku seperti terdeportasi dari NKRA, dan pindah ke
Negeri Kesatuan Republik Pisces (NKRP). Waktu itu rasanya aku seperti mengalami
transisi bintang, hal yang tak kuantisipasi sebelumnya dan benar-benar mengguncang
<i>status qou </i>ku. Kira-kira Aliya bilang gini:</p>
<p class="MsoNormal">“Aku lihat fisikmu pertama kali itu sudah melihat kalau kamu
itu Pisces, dari raut muka, cara bicara, ukuran badan. Aries itu gak gini,
badannya lebih kekar, gaya bicaranya meledak-ledak, dan heboh. Kamu itu
ngomongnya alus.”</p><p class="MsoNormal"></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZQtKFTUBRoJtgnbmCegcnANU-QsSBfR6buknXCtReg3o1eKepo44Ufel5fFzEZnM-_1F0gQAaBrLzC6xW8eXLGprkhFp66dOXwZLhsEYAYS6EYkCSEiUsKqrNDAjN2vg_8v9eVuKU-C02jSJn2ENsp-0-RKSDeNNzpGkLKW08Xn64Swl7L0xaHRS4nac/s4160/Cecil%20Mariani%20-%20Grace%20Grief%20(3).jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3120" data-original-width="4160" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZQtKFTUBRoJtgnbmCegcnANU-QsSBfR6buknXCtReg3o1eKepo44Ufel5fFzEZnM-_1F0gQAaBrLzC6xW8eXLGprkhFp66dOXwZLhsEYAYS6EYkCSEiUsKqrNDAjN2vg_8v9eVuKU-C02jSJn2ENsp-0-RKSDeNNzpGkLKW08Xn64Swl7L0xaHRS4nac/s320/Cecil%20Mariani%20-%20Grace%20Grief%20(3).jpg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Lukisan Mbak Cecil Mariani sebagai penggambaran hidup<br /></td></tr></tbody></table>Terus dia jelasin lagi, metode pembacaan dia pakai Sidereal
Astrology bukan Tropical Astrology yang sudah laris dan jadi budaya pop. Kalau
pakai Sidereal, 84% bintang seseorang akan berbeda dari zodiaknya sekarang.
Cara menghitungnya juga rigid, pakai jam lahir, beda jam akan beda nasib. Tapi
kalau dilogika, kelahiranku di 21 Maret itu memang di dua sisi, Pisces dan
Aries, tapi karena aku punya <i>feeling </i>lahir subuh menjelang fajar, aku
masuk di Piscesnya. Aku serasa masih <i>newbie </i>di Pisces.<p></p>
<p class="MsoNormal">Bermodal tanggal dan jam lahir, Aliya lalu membaca kehidupan
lamaku dan kehidupan masa depanku. Dari keadaan keluargaku, orangtua, saudara, kelemahan,
kecenderungan, keterpengaruhan, hobi, percintaan, peruntungan, dll. Banyak
bacaan-bacaan yang menurutku menarik. Inti besarnya, <i>past life </i>aku (yang
sudah kucapai di masa lalu) ada di rumah ketiga (Taurus), tentang kreativitas,
media, keindahan, ini hal-hal yang bisa kucapai dengan mudah nyaris <i>effortless</i>.
Sedangkan <i>present</i> <i>life </i>aku berada di rumah kesembilan (Scorpio),
rumah ilmu pengetahuan dan akademia. Itu yang harus aku kejar meski dengan
banyak hambatan. Aku ditakdirkan sebagai seorang <i>higher learner, </i>ini
juga yang jadi kontrak jiwaku dengan pencipta. Masing-masing rumah akan punya
fokus hidup mereka sendiri-sendiri.</p>
<p class="MsoNormal">Sekali lagi, namanya ramalan itu sifatnya dinamis, tidak
akan 100% terjadi, karena manusia punya “kehendak bebas” dan “faktor X” yang
gak satu pun makhluk tahu kecuali Tuhan (Yang Mahaesa). Ibaratnya gini, meski
kamu diramalkan dan dibaca garis tangannya hari ini akan sukses, tapi kalau
kamu malas-malasan yang garis itu bisa berubah mengikuti apa yang kita lakukan
sekarang. Aku bukan tipe orang yang <i>strict </i>dengan ramalan, hanya sebagai
pengetahuan tambahan saja.</p><p class="MsoNormal"></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEguiO0BwmanIfg65MfviBrCasLgdf126PvTApbl3eZer9iep5FuCpqx4WHirJgKmcKf310IjTpaWPqRq4qCPbvndw96m7cle3aeKXNPPzCw3UZ2khQ7ybW_qxBJ5n8feBI-m5Bg08YoyGj3HAVXwl7sHHxJ6DYZ5f8MbTBt02UHFjU2ddGrlFfnITMPRYU/s4160/Bali%20(138).jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3120" data-original-width="4160" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEguiO0BwmanIfg65MfviBrCasLgdf126PvTApbl3eZer9iep5FuCpqx4WHirJgKmcKf310IjTpaWPqRq4qCPbvndw96m7cle3aeKXNPPzCw3UZ2khQ7ybW_qxBJ5n8feBI-m5Bg08YoyGj3HAVXwl7sHHxJ6DYZ5f8MbTBt02UHFjU2ddGrlFfnITMPRYU/s320/Bali%20(138).jpg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Puri Ubud<br /></td></tr></tbody></table>Usai pembacaan <i>life purpose, </i>lalu aku dan Aliya
berjalan-jalan di sekitar Ubud, selama kurang lebih 1-2 jam. Dia mengajakku ke Pasar
Seni Ubud, Puri Ubud (yang tertua), Bukit Campuhan, dan berakhir dengan membeli
Mixue di Jalan Raya Ubud. Pertemuanku dengan Aliya ini juga rasanya seperti
keajaiban, gak mungkin terjadi kalau aku gak ditugaskan ke Bali, gak mungkin
terjadi kalau pas dinas itu aku lagi sibuk-sibuknya liputan Pak Menteri, dan
gak mungkin terjadi kalau misal aku gak punya tabungan uang. Ya, banyak
faktorlah mengapa suatu pertemuan itu bisa ada dan tidak ada.<p></p>
<p class="MsoNormal">Di sepanjang perjalanan banyak ngobrol dengan Aliya terkait
lika-liku hidupnya dan hidupku. Berada di Ubud itu seperti berada di negara
lain karena mayoritas bule dan lokalnya justru sedikit. Banyak kafe-kafe mahal
berjajar dan bahasanya pun bahasa Inggris, sampai orang yang nawarin kendaraan
ke tempat wisata Bali pun bisa bahasa Inggris. </p>
<p class="MsoNormal">Saat itu aku yang berkhayal ingin jadi bintang ambasadornya
Periplus (toko buku yang didirikan oleh Eric Oey dan menjual buku-buku impor),
ternyata di Ubud gak berguna, wkwk, karena kalau dilihat-lihat setiap beberapa
meter saja sudah ada gerai Periplus di mana-mana. Minat baca orang luar negeri
memang setinggi itu. Saat di Sanur kuperhatikan mereka berjemur sambil baca
buku cuy! Jauh-jauh dari negaranya cuma pengen merasakan hal sesepele itu.</p><p class="MsoNormal"></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEizRwQmgukVWuUI0KveD_hOfawKwTfpEvdmiS6ljT7CzpKOHthhmKIZCaTIiz6JKOCd2MrleB7BSmYt_PvTLc-mwXLP61gpx59Nd6xnKZ630_bKhRJuNWP3DrSNjvCIHrte3ZG9egtMvB-ghnIseCz9kDwti4ZSVtGTBOovTmuhZ0iGSqbpKMOCbWvBgxc/s4160/Bali%20(170).jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="4160" data-original-width="3120" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEizRwQmgukVWuUI0KveD_hOfawKwTfpEvdmiS6ljT7CzpKOHthhmKIZCaTIiz6JKOCd2MrleB7BSmYt_PvTLc-mwXLP61gpx59Nd6xnKZ630_bKhRJuNWP3DrSNjvCIHrte3ZG9egtMvB-ghnIseCz9kDwti4ZSVtGTBOovTmuhZ0iGSqbpKMOCbWvBgxc/s320/Bali%20(170).jpg" width="240" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Di Periplus Bali<br /></td></tr></tbody></table>Sorenya aku juga senang banget bisa ketemuan secara langsung
dengan guru English First (EF) online-ku bernama John Gledhill. Dia dari Leeds, UK. Jadi
ceritanya aku banyak <i>booking </i>kelas blio khususnya di hari Sabtu/Minggu
pagi buat <i>speak-speak English. </i>John ini salah satu guru yang cocok di
aku, karena dia suka baca, suka nulis, suka nonton, suka jalan-jalan, suka
cerita keluarganya, dan suka Radiohead. Nyambunglah kami. Sebab sama <i>teachers
</i>lain khususnya yang dari Afrika Selatan, Asia, Australia, atau Eropa bagian
lain aku kurang cocok. Pas di Bali, kebetulan John tinggal di Sanur,
ketepatanlah moment itu. <br /><p></p>
<p class="MsoNormal">Kami bertemu sore hari usai aku dari Ubud. Dia mengajakku ke
sebuah kafe depan pantai pas, yang sumpah bagus banget dan <i>memorable</i>!
Nama kafenya Lilla Pantai Sanur. John datang sama istrinya yang berasal dari
Bali namanya Mbak Ari, orangnya ramah dan baik. Kafenya enak banget buat
ngobrol, itu tempat akan aku rekomendasikan untuk <i>deep talk </i>atau sekedar
melepas penat. Sore itu aku pesan makan gado-gado, dan John makan dua porsi
besar makanan Barat (aku lupa namanya). John bilang intinya, “Saya makannya
banyak.” Aku baru ngeh, karena fisiknya yang besar, bule ternyata makannya
banyak dibandingkan rata-rata makannya orang Indonesia. </p><p class="MsoNormal"></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEheRaDcM2fto9zw7HYGWuDNhpW_O0bOZzBZxJvVpQHtXhef66o9Sxha_C023SkXLGyv-p5s3RuWYdBseUoKMvawmXWBnMnrRtIHLtrlyb1PeJFjtfgBnxRgJ3ospT1z7Z5MrgGPv2eR4lcquJ3Xx-6_Kg18fqJXzi96hdP1ADjT4NRroT5kZhUVarvQiGk/s4160/Bali%20(207).jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3120" data-original-width="4160" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEheRaDcM2fto9zw7HYGWuDNhpW_O0bOZzBZxJvVpQHtXhef66o9Sxha_C023SkXLGyv-p5s3RuWYdBseUoKMvawmXWBnMnrRtIHLtrlyb1PeJFjtfgBnxRgJ3ospT1z7Z5MrgGPv2eR4lcquJ3Xx-6_Kg18fqJXzi96hdP1ADjT4NRroT5kZhUVarvQiGk/s320/Bali%20(207).jpg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Thank you John dan Mbak Ari!<br /></td></tr></tbody></table>Sore itu kami ngobrol tentang pelajaran, tentunya pakai
bahasa Inggris karena John belum bisa bahasa Indonesia. Kalau ada istilah yang
sulit, akan dibantu Mbak Ari. Ya, meski bahasa Inggrisku belum jago-jago
banget, tapi pede aja. Obrolannya seputar murid-muridnya, ternyata muridnya
banyak yang dari China, hampir setiap hari dan mereka sangat kompetitif. Kalau
dari Indonesia jarang, dan aku murid pertama yang dia temui secara <i>offline. </i>Obrolan
lain terkait rencana masa depanku mau kuliah kemana, ngobrol buku, film, dan
Bali. Nah, ternyata sore itu aku ditraktir sama John, makasi John. Pas mau
pisahan, aku dan Mbak Ari beli <i>ice cream</i> Gelato, aku beli rasa
strawberry favoritku, enak, haha. <i>Nice to meet you, </i>John dan Mbak Ari!<p></p>
<h3 class="MsoNormal" style="text-align: left;"><b>Agenda <i>Travelling</i> yang Semakin Percaya Diri</b></h3>
<p class="MsoNormal">Perjalanan bepergianku tahun ini kalau digaris dari Timur ke
Barat Indonesia, dari Merauke (Papua) sampai ke Aceh sudah ceklis beberapa.
Dari pulau ke pulau, penerbangan ke penerbangan, bus ke bus, mobil ke mobil memberiku
pelajaran berharga: hidup di luar tempurung itu sangat perlu! </p>
<p class="MsoNormal">Kalau kurunut perjalanan dari awal bulan ke akhir bulan yang
sempat tercatat dan terdeteksi:</p>
<p class="MsoNormal"><i>☘️🌳Tanggal 20-23 Februari 2023, aku pergi ke Balikpapan</i>, Kalimantan Timur.
Untuk orang-orang dengan ingatan rata-rata sepertiku, mengingat nama tempat
kadang nama orang dengan durasi yang panjang bukanlah fak-ku. Itu kenapa,
menulis menjadi jembatanku dalam mengingat. Seingatku ketika main ke
Balikpapan, kami menginap di sebuah hotel lama yang angker. Fasad hotel ini
memang direparasi lebih modern, tapi tidak isinya. Segala perabotan sudah
sangat lama, dari tegel, meja, kursi, sampai <i>shower</i> dan kamar mandinya
nyaris seperti gudang lama. </p>
<p class="MsoNormal">Waktu itu karena Presiden sedang datang ke Balikpapan,
hotel-hotel di kota sudah banyak di-<i>booking</i>, hanya tersedia hotel-hotel
pinggiran dengan kamar sisa. Saat itu aku menempati kamar yang satu ruang diisi
tiga tempat tidur ukuran satu orang, cahaya lampu kamar lumayan remang.
Keangkeran terjadi saat kamar di sebelah kamar temanku penghuninya mengalami
kesurupan. Paginya, kolegaku ngomel parah di mobil terkait hotel dan berniat
memberikan satu bintang di Google setelah menulis kritik pedasnya. Salah satu omelan
dia, “Selain angker, resepsionisnya gak sekolah, ditanya malah marah-marah, TV-nya hanya pajangan karena gak bisa dinyalakan.”</p><p class="MsoNormal"></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqlZ5gweLhMjZlCiWwV_TegWVldLsPtDTrp0T9XQRTb87oAiDwPCfxbUj_Je0YU5mstywHQsI4PzUsu7fi9XD9JTptWROhB2jTiMej0YnfTbJ7l7eHDAcqg3XqFRqHEfQM8I1t9FiZcR768SxQ7vGGT7wwUmjjJpccpx2ljzbpiAQxKdCN9jtzmFtOMMw/s4160/Balikpapan%20(115).jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3120" data-original-width="4160" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqlZ5gweLhMjZlCiWwV_TegWVldLsPtDTrp0T9XQRTb87oAiDwPCfxbUj_Je0YU5mstywHQsI4PzUsu7fi9XD9JTptWROhB2jTiMej0YnfTbJ7l7eHDAcqg3XqFRqHEfQM8I1t9FiZcR768SxQ7vGGT7wwUmjjJpccpx2ljzbpiAQxKdCN9jtzmFtOMMw/s320/Balikpapan%20(115).jpg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Di Pantai Lamaru, sempat nyasar<br /></td></tr></tbody></table><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOIWtCSm53SY2LIUtqyVgLVx8rP3tTfW__FcIF14n3s5NNs054i0yk5ZAGWpwgbSaKwJPIurgG1IJ_-B08DdvC-x_aokgwPWsqnGqpzsVddg_f69mbNtRJPkDGPyMhxipZXv7LUpOy3rjqloZBTdqyf8M11kjX_KlDlq0riOm8meLErKk1ApKwfK6Z8B4/s4160/Balikpapan%20(117).jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="4160" data-original-width="3120" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOIWtCSm53SY2LIUtqyVgLVx8rP3tTfW__FcIF14n3s5NNs054i0yk5ZAGWpwgbSaKwJPIurgG1IJ_-B08DdvC-x_aokgwPWsqnGqpzsVddg_f69mbNtRJPkDGPyMhxipZXv7LUpOy3rjqloZBTdqyf8M11kjX_KlDlq0riOm8meLErKk1ApKwfK6Z8B4/s320/Balikpapan%20(117).jpg" width="240" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Belajar dari bapak tua yang bekerja sebagai penawar alas, dia sedih karena pantai akhir-akhir ini sepi<br /></td></tr></tbody></table>Namun, selama di Balikpapan, aku banyak berkunjung ke
tempat-tempat wisata yang sudah kudaftar di buku. Aku mengunjungi banyak tempat
sendirian. Aku sudah lupa rinciannya kemana saja, tapi jarak pulang<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>pergi lebih dari 60 kilometer. Yang kuingat,
aku pergi ke: Pantai Monpera, Taman Budaya Balikpapan, Museum Makam Jepang
Balikpapan (Nipponkaigun Heishi Kinenhi - <span lang="EN-US" style="font-family: "MS Gothic"; mso-bidi-font-family: "MS Gothic";">日本海軍兵士記念碑</span> Nipponkaigun
Heishi Kinenhi), Pantai Lamaru, sampai yang terakhir di sebuah pura di Mahavihara
Buddhamanggala tapi berakhir gagal, aku tak diizinkan masuk, karena sudah
malam. Kecewa malam itu sungguh, dan akhirnya kuobati dengan solat di masjid
terbesar di sana, Masjid Madinatul Iman - Islamic Center Balikpapan. Saat di
masjid kondisinya hujan. <p></p><p class="MsoNormal"></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi57hEezHyc24DRhj5kvEGsN1YcuGfYbANF5qCSMvFQust4hrh7S_P4BTvTl9l1ohusfP2nytLKG1wxUwGd3pDAkVQyKL4KmiqOwPsOXg3saDbHGr_IEFuagGe7FOqdISo5ZpPxlbvr5fyEQDZ-Z_lMIeGH0G1qkx-HTu6xHEzB_ON2q6bvGSRQZOXUY0g/s4160/Balikpapan%20(134).jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3120" data-original-width="4160" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi57hEezHyc24DRhj5kvEGsN1YcuGfYbANF5qCSMvFQust4hrh7S_P4BTvTl9l1ohusfP2nytLKG1wxUwGd3pDAkVQyKL4KmiqOwPsOXg3saDbHGr_IEFuagGe7FOqdISo5ZpPxlbvr5fyEQDZ-Z_lMIeGH0G1qkx-HTu6xHEzB_ON2q6bvGSRQZOXUY0g/s320/Balikpapan%20(134).jpg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Taman Budaya di Balikpapan<br /></td></tr></tbody></table>Hal lain juga yang tak kulupakan saat ke Pantai Melawai,
pantai ini di tepi jalan raya. Kalau sore ramai anak muda dan orang-orang
jualan, saat menuju kesana di tengah jalan aku kehujanan, nyaris bajuku <i>kebes</i>
air hujan. Pas ke Taman Budaya Balikpapan juga aku tersandera hujan
magrib-magrib sangat lama, gedungnya kosong karena barangkali sedang liburan.
Aku sendirian, lampunya belum dinyalakan, dan sampai dicari satpam, haha.<p></p>
<p class="MsoNormal">Seharian itu aku merasa sangat-sangat capek. Kadang sampai
segitunya ya energi eksplorasiku. Aku sampai gak sempat melakukan refleksi ke
buku.</p>
<p class="MsoNormal"><i>☘️🌳Tanggal 28-30 April 2023, aku pergi ke Makassar</i>, Sulawesi Selatan. Kesini
buat meliput peringatan Hari Otonomi Daerah (Otda) yang acaranya berlangsung di
lapangan Pantai Losari, yang tak jauh dari situ ada Masjid 99 Kubah. Sebagian
besar kepala daerah (gubernur, bupati/walikota) seluruh Indonesia datang
kesana. Sebagian menang penghargaan yang diberikan langsung oleh Mendagri. Hal
yang menurutku menarik, di Pantai Losari sudah bersiap banyak kapal dengan
penari di atasnya, mereka gladi resik saat senja. Entahlah, sore itu tiba-tiba
senjanya Boy Pablo di video klip “Everytime” di Norwegia itu kalah sama Losari. </p><p class="MsoNormal"></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgF-07INOmYCfAlzu_XBJKPIioX06rRCsQaODChEmYmVbxIrVBIyactnoadeBDD0-xGHDHZbI9pDy2xFajIDvljST6FG7UM7hSYmjqPIDhs1bydUhwkGW1-p4b1Yade6ee2gx8m-lZBN-uxkUYqMLcGbd6Ut4z1z1c0ge-G1hXf8I2lf5BT2igJlNChiHY/s4160/Makassar%20(111).jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3120" data-original-width="4160" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgF-07INOmYCfAlzu_XBJKPIioX06rRCsQaODChEmYmVbxIrVBIyactnoadeBDD0-xGHDHZbI9pDy2xFajIDvljST6FG7UM7hSYmjqPIDhs1bydUhwkGW1-p4b1Yade6ee2gx8m-lZBN-uxkUYqMLcGbd6Ut4z1z1c0ge-G1hXf8I2lf5BT2igJlNChiHY/s320/Makassar%20(111).jpg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pantai Losari Makassar<br /></td></tr></tbody></table>Yang tak kulupakan juga selama perjalanan ke Makassar yang
kedua ini, aku bisa mengunjungi makam Pangeran Diponegoro, makam Sultan
Hasanuddin, makam Syeh Yusuf, Benteng Rotterdam, Museum Kota Makassar. Ketika
ziarah, aku ketemu abang-abang Go-Jek yang cerita banyak tentang watak orang
Makassar sampai kisah pribadi dia soal keluarganya. Di perjalanan itu abangnya
doain aku ini-itu, maklum, jaraknya mayan jauh dari Losari, sudah masuk ke
kabupaten lain kali ya. <p></p><p class="MsoNormal"></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5s3DZDjfXLzQzikvThJU8cHDhOwW-kwX1WTtbgex_obgZgoSqX7QqMvpSMDlBkTZyybIHeDYg3Wmnrs-mR_M2UAXH-AVzoGQAJYFhJ6ABfHondWkb5Cr7obXAz2hRs74Eej-3CpSvREysR5H9RzdvtdTL3ZWmTHTvbmVoeqcXZQr0V48C5N5zH84NTpg/s4160/Makassar%20(12).jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3120" data-original-width="4160" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5s3DZDjfXLzQzikvThJU8cHDhOwW-kwX1WTtbgex_obgZgoSqX7QqMvpSMDlBkTZyybIHeDYg3Wmnrs-mR_M2UAXH-AVzoGQAJYFhJ6ABfHondWkb5Cr7obXAz2hRs74Eej-3CpSvREysR5H9RzdvtdTL3ZWmTHTvbmVoeqcXZQr0V48C5N5zH84NTpg/s320/Makassar%20(12).jpg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Museum Kota Makassar<br /></td></tr></tbody></table><br /><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgnRLUqj3b9ioRwSLDRP_O3RcAJzpIF5JZ1OBduGodZmZdADzjO8O08XzFUH0B4_9vwBGYXxJ3jBd_x_zP1L7Sjav3S3hLsZIoyP_aHq19eL8G9A-ykeXWnEts8-767RnNdSptGJGSYwABVzMaZ08Yv2mbx1UoN6uG1ho_QLRh2mcMnMchySNTwwYAxdH0/s4160/Makassar%20(91).jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3120" data-original-width="4160" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgnRLUqj3b9ioRwSLDRP_O3RcAJzpIF5JZ1OBduGodZmZdADzjO8O08XzFUH0B4_9vwBGYXxJ3jBd_x_zP1L7Sjav3S3hLsZIoyP_aHq19eL8G9A-ykeXWnEts8-767RnNdSptGJGSYwABVzMaZ08Yv2mbx1UoN6uG1ho_QLRh2mcMnMchySNTwwYAxdH0/s320/Makassar%20(91).jpg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Rotterdam Makassar<br /></td></tr></tbody></table><br /><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyMcCrZKshp7jRLYEWZPjEa7kXJbYn2x3ZAthBSxCkZFBIX-F6f6qmuW1ZVI6QEp1n2Q_JfNp2TlmFZhEqjysOvYSHRHEpgmOotSA_P-uWnEUzLoVfkrXdM_Wh8YBYKsj-wV01wIICVNJJ0i6cveMyReG09BVPRtoASFtuktfotRfz6TLl3FCQZO_7MG4/s4160/Makassar%20(154).jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3120" data-original-width="4160" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyMcCrZKshp7jRLYEWZPjEa7kXJbYn2x3ZAthBSxCkZFBIX-F6f6qmuW1ZVI6QEp1n2Q_JfNp2TlmFZhEqjysOvYSHRHEpgmOotSA_P-uWnEUzLoVfkrXdM_Wh8YBYKsj-wV01wIICVNJJ0i6cveMyReG09BVPRtoASFtuktfotRfz6TLl3FCQZO_7MG4/s320/Makassar%20(154).jpg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kompleks Makam Pangeran Diponegoro<br /></td></tr></tbody></table><br /><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjs6ywHKDePpOgHJhgg6kdJFTAAUHbNKs0JY3FFCUaNa5IM5n2WAQHDwjpQ0L3kjgE2aS3TyLuvsXhgWm-Ls9k7GmDKVpYZ87nanDnylBGD-rj-6ZP81ATlhzyfa2PxXSZAnY7grDNSwk_iSfH7a41VMIXFQ2DLdHyTZdFptWxtD464b98_f_RJoAzCnqg/s4160/Makassar%20(184).jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3120" data-original-width="4160" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjs6ywHKDePpOgHJhgg6kdJFTAAUHbNKs0JY3FFCUaNa5IM5n2WAQHDwjpQ0L3kjgE2aS3TyLuvsXhgWm-Ls9k7GmDKVpYZ87nanDnylBGD-rj-6ZP81ATlhzyfa2PxXSZAnY7grDNSwk_iSfH7a41VMIXFQ2DLdHyTZdFptWxtD464b98_f_RJoAzCnqg/s320/Makassar%20(184).jpg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kompleks Makam Sultan Hasanuddin<br /></td></tr></tbody></table>Di Makassar pula sebenarnya ingin ketemu teman yang kuliah
S2 di sana, tapi dianya di Malang, ya sudah. Aku akan senang sekali kalau bisa
jalan-jalan sama dia di kota ini. Anaknya suka pindah-pindah kota sama
sepertiku, tapi aku jauh lebih ingin bisa main ke kampungnya di Kei, Maluku,
sana. Pesanku, kejar cita-citamu, terima kasih untuk semua persahabatan baik
yang kita jalani bersama. Terima kasih telah mendengar semua curhat-curhatan
dan segala keluh kesah yang mungkin tak perlu kau dengar, atau kuulang juga
kadang, haha. Dengan siapa pun engkau hidup, semoga engkau selalu sehat dan
bahagia.<p></p>
<p class="MsoNormal"><i>☘️🌳 Tanggal 1-4 Juni 2023, aku pergi ke Purwokerto dan Dieng</i>, Jawa Tengah.
Kisah perjalananku ini telah kutulis di blog tersendiri di link berikut: <a href="https://ideopraksis.wordpress.com/2023/06/07/perjalanan-ke-dieng-negeri-di-atas-awan/">Perjalanan
ke Dieng, Negeri di Atas Awan</a>. Sebenarnya pas sampai Purwokerto, perutku
sangat sakit, dan aku istirahat lama di salah satu gazebo Taman Mas Kemambang.
Aku merasa saat itu bener-bener sendiri, dan keberangkatan ke Dieng adalah
kenekatan lain yang kusyukuri. Tempat ini benar-benar indah, aku juga bisa
bersilaturahmi ke rumah dosen pembimbing skripsiku. Bertemu istri, mertua, dan
anak-anak beliau. Selain itu, banyak orang-orang baik yang membantuku selama
perjalanan.</p><p class="MsoNormal"></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinlqKXQJfmXi3vvV6_EL4kA9Dco-HaL6hGNcHdmsGj52k1_rI7ROlNJm7IPCJW0_pz26H-4HuMECuoLvowz-yUxrSLCAugZgUKc-1Ui0Jcxu-VWQi-xJEmaG4C4TOhWzeK_G9wjuEIlqlnmdc5fCMfMfOqYS0b1hCcL3JMhtwyLG60sDMQXKE6bNA9GxY/s4160/Dieng%20(46).jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3120" data-original-width="4160" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinlqKXQJfmXi3vvV6_EL4kA9Dco-HaL6hGNcHdmsGj52k1_rI7ROlNJm7IPCJW0_pz26H-4HuMECuoLvowz-yUxrSLCAugZgUKc-1Ui0Jcxu-VWQi-xJEmaG4C4TOhWzeK_G9wjuEIlqlnmdc5fCMfMfOqYS0b1hCcL3JMhtwyLG60sDMQXKE6bNA9GxY/s320/Dieng%20(46).jpg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Candi Arjuna<br /></td></tr></tbody></table><p></p><p class="MsoNormal"></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitx1vZhx-ayHBK07qV49yKVbKy9qJeBzTFABqLYSdjnQHHd-UQpKZFBiuDGqNyx_HcCJGRaWOXI_kuSEgbVU79YbrJ9NuN40fUnxAP7_Qz1JU5UNGE8GcYSLwwKaoIP2VqMAR0HMDkrBKzhROgPvSfLQRBaqoE7BQVWNGb3rYwgO9GcOsBuaiRyVCxzpY/s4160/Dieng%20(34).jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3120" data-original-width="4160" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitx1vZhx-ayHBK07qV49yKVbKy9qJeBzTFABqLYSdjnQHHd-UQpKZFBiuDGqNyx_HcCJGRaWOXI_kuSEgbVU79YbrJ9NuN40fUnxAP7_Qz1JU5UNGE8GcYSLwwKaoIP2VqMAR0HMDkrBKzhROgPvSfLQRBaqoE7BQVWNGb3rYwgO9GcOsBuaiRyVCxzpY/s320/Dieng%20(34).jpg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kawasan Candi Arjuna<br /></td></tr></tbody></table><br /><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgESHUHgm06BtZDhMFWAtlTSwr3R5Up9iCeTLlNjQv7k9fynEGK7Nn_sk1SFEaYcs5_RePn0pfaHQfIWl6Pg9g-_GouCPCMONzhxhRfAEthDlDqByjABRCOuAuv-l8XiJvDnjDZ6N0Xiu_kCIOd_mpSgFAg1RyeaRFbsMbjTLFecUvCKYk595bMKeE4M0U/s4160/Dieng%20(67).jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3120" data-original-width="4160" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgESHUHgm06BtZDhMFWAtlTSwr3R5Up9iCeTLlNjQv7k9fynEGK7Nn_sk1SFEaYcs5_RePn0pfaHQfIWl6Pg9g-_GouCPCMONzhxhRfAEthDlDqByjABRCOuAuv-l8XiJvDnjDZ6N0Xiu_kCIOd_mpSgFAg1RyeaRFbsMbjTLFecUvCKYk595bMKeE4M0U/s320/Dieng%20(67).jpg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kawah Sikidang<br /></td></tr></tbody></table><br /><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNQXP96xzpv7QaHausS3kpym1-FHilh6eGIZi4TE9RfzTd8K4PnKMPAW9d7rlXmBP0yuGSwWo-BU-zVgQewdicNe-KSiUNs5n6thC_idkCDYie8-92QhEql5Rs-Tv9WaK0tm6D5E0Q7AiywXLwXQ0OklK4RV946G880COxWLnvA9aYobUzzFPoo2LmjaY/s4160/Dieng%20(92).jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3120" data-original-width="4160" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNQXP96xzpv7QaHausS3kpym1-FHilh6eGIZi4TE9RfzTd8K4PnKMPAW9d7rlXmBP0yuGSwWo-BU-zVgQewdicNe-KSiUNs5n6thC_idkCDYie8-92QhEql5Rs-Tv9WaK0tm6D5E0Q7AiywXLwXQ0OklK4RV946G880COxWLnvA9aYobUzzFPoo2LmjaY/s320/Dieng%20(92).jpg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Di Batu Pandang Ratapan Angin<br /></td></tr></tbody></table><br /><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9LcqNf8benfZlRXQNTrS_OKQRAilvtsKUwCCbwEFtQNk5-MThhv5MHCvDq-A_e7VHRGGMohMgCOM81mZQs_Z69xvXlS9ajQlgePQWH9Q2zb3qrRWq6PtCg9jEGqU4V7iyT3F9NHmuaMsL2NVeyVms1ZhPMQMkQ3G4SEfQMObS3Crrlo9ieNw_N1W6hC8/s4160/Dieng%20(117).jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3120" data-original-width="4160" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9LcqNf8benfZlRXQNTrS_OKQRAilvtsKUwCCbwEFtQNk5-MThhv5MHCvDq-A_e7VHRGGMohMgCOM81mZQs_Z69xvXlS9ajQlgePQWH9Q2zb3qrRWq6PtCg9jEGqU4V7iyT3F9NHmuaMsL2NVeyVms1ZhPMQMkQ3G4SEfQMObS3Crrlo9ieNw_N1W6hC8/s320/Dieng%20(117).jpg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Gadjah Mada<br /></td></tr></tbody></table><br /><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjn5AtkLvTQUHkkZJJzx-w8zhZL6MerAV_N_emxqG1bdJcHFx5Qf_EXhr3rruMYrGGMw90d9_QqHCObaLZupZwyd8YJHujO5cKbM4PbRPSogHcOaB1c1RgKE33azr5KRkeqHwKwTQzNEnTHq1G1ON4sWvRrcTSXzCbqxisir3eKh_TfVaRBIdV3XsSOi7A/s4160/Dieng%20(137).jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3120" data-original-width="4160" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjn5AtkLvTQUHkkZJJzx-w8zhZL6MerAV_N_emxqG1bdJcHFx5Qf_EXhr3rruMYrGGMw90d9_QqHCObaLZupZwyd8YJHujO5cKbM4PbRPSogHcOaB1c1RgKE33azr5KRkeqHwKwTQzNEnTHq1G1ON4sWvRrcTSXzCbqxisir3eKh_TfVaRBIdV3XsSOi7A/s320/Dieng%20(137).jpg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Goa Semar tempat semedi orang-orang besar<br /></td></tr></tbody></table><i>☘️🌳 Tanggal 15-18 Juni 2023, aku ke Lhokseumawe</i> kemudian lanjut ke Banda Aceh.
Cerita lainnya bisa dibaca di link: <a href="https://ideopraksis.wordpress.com/2023/06/16/langit-lhokseumawe/">Langit
Lhokseumawe</a>. Kota ini sebagaimana kota klasik lain yang dilupakan. Hal yang
kuingat tentu ketika sore-sore berjalan ke kotanya, mampir ke Pantai Jagu,
ketemu bangunan-bangunan tua yang seolah bisa bicara dengan arsitektur dan
cat-catnya. Saat ke Majid Baiturrahman Banda Aceh pun yang ada hanya perasaan
takjub, masjid ini memang hebat di depan tsunami. Siapa ya arsitek dan
kontraktor yang bangun? Pengen kerja sama.<br /><p></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXdujmEUGpGoTLiyjB7jX7uuqT4pt0pGIklqfbq7swyWOHAoP291ek_f_k1KzjIGdFgFq22fpluuQXziCEvU67LIS5J3xRElvWZqzY4BpHupr590zEIHh0SQL15rRJ5UfpkYFIyAJTz_hBFhYO0IgoBo2MG8HZIHu-QNc2gnliyiYxph5V01RsG0Ywx1M/s4160/Lhokseumawe%20(34).jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="4160" data-original-width="3120" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXdujmEUGpGoTLiyjB7jX7uuqT4pt0pGIklqfbq7swyWOHAoP291ek_f_k1KzjIGdFgFq22fpluuQXziCEvU67LIS5J3xRElvWZqzY4BpHupr590zEIHh0SQL15rRJ5UfpkYFIyAJTz_hBFhYO0IgoBo2MG8HZIHu-QNc2gnliyiYxph5V01RsG0Ywx1M/s320/Lhokseumawe%20(34).jpg" width="240" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Arsitektur kota<br /></td></tr></tbody></table><p class="MsoNormal"></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhvdrGreCWOuyAMZAG6AUHdn_fpRdfH91x5cFEBvrWqyBQEqLHKG9dLSKa_jPKXrcmGxGqg1iTkKthKdxolKgXr5vSAqOz2eQGSKsqfZg60q9NWD_ENAhvyol96ITH-a1NP8tqa6U2EoZcP51vFs6QKDGgczvdMKmuLGN34SUblT1vXQQiAmHIBNXyd2zE/s4160/Lhokseumawe%20(23).jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3120" data-original-width="4160" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhvdrGreCWOuyAMZAG6AUHdn_fpRdfH91x5cFEBvrWqyBQEqLHKG9dLSKa_jPKXrcmGxGqg1iTkKthKdxolKgXr5vSAqOz2eQGSKsqfZg60q9NWD_ENAhvyol96ITH-a1NP8tqa6U2EoZcP51vFs6QKDGgczvdMKmuLGN34SUblT1vXQQiAmHIBNXyd2zE/s320/Lhokseumawe%20(23).jpg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pantai Jagu tempat nongkrong<br /></td></tr></tbody></table><br /><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg8WwxxxNVzUIJWwYophYN8gIeAb7IH6E99TvClAMaQupwhdHc629tK_pJohXmm9jmRjTDcI1sSAGZYm67LxhqAW1THSqgSWh0-ybIBeluBGpOt9wK5WQe90Kt-YweNZGzIbt80C4TjeCwcqcbLnSun_gLwWotQRHmsGm3imKdhWL9c7xo49JTDjlrbS1o/s4160/Lhokseumawe%20(82).jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3120" data-original-width="4160" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg8WwxxxNVzUIJWwYophYN8gIeAb7IH6E99TvClAMaQupwhdHc629tK_pJohXmm9jmRjTDcI1sSAGZYm67LxhqAW1THSqgSWh0-ybIBeluBGpOt9wK5WQe90Kt-YweNZGzIbt80C4TjeCwcqcbLnSun_gLwWotQRHmsGm3imKdhWL9c7xo49JTDjlrbS1o/s320/Lhokseumawe%20(82).jpg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Danau buatan<br /></td></tr></tbody></table><br /><i><span style="font-family: Wingdings; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin; mso-symbol-font-family: Wingdings;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: Wingdings;"></span></span></i><p></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhz43CJS9rL9W6oPEd-COHri0jYFIf24bV5hdd6fSJ3nmidBDi_QXftXzOpAupGOthanyeOSADPyjmiPWivNHNzefYpxiPTJh3oW6qEBfJSwhCz2V6EX9HUA0C9cza5Xfs6lUW-tzuVOT9t3UdM-78MQUF_BLfcXsQRhmeN3tFAz9MWyhDmvLED5rxrwH0/s4160/Lhokseumawe%20(115).jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3120" data-original-width="4160" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhz43CJS9rL9W6oPEd-COHri0jYFIf24bV5hdd6fSJ3nmidBDi_QXftXzOpAupGOthanyeOSADPyjmiPWivNHNzefYpxiPTJh3oW6qEBfJSwhCz2V6EX9HUA0C9cza5Xfs6lUW-tzuVOT9t3UdM-78MQUF_BLfcXsQRhmeN3tFAz9MWyhDmvLED5rxrwH0/s320/Lhokseumawe%20(115).jpg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Arsip lawas Lhokseumawe<br /></td></tr></tbody></table><p><i><span style="font-family: Wingdings; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin; mso-symbol-font-family: Wingdings;"></span></i></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiIhFBN48K845m258VzaJMkN1AJmGDdZUMs_z3jbu8VKhTYT52fU_YY6ED1L986qievBkrkq-BhfOM_tgrVbkQOhgVnz9TR-UWkzB7WGOGkEMjQVxAmRXSDQaYjXdzWCCzKcM1hnUSxEqpRzDXEit68R0bIdLdkjCyctL3FnumR_B7LLsSQ9kaoIaTwBKI/s4160/Aceh%20(14).jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3120" data-original-width="4160" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiIhFBN48K845m258VzaJMkN1AJmGDdZUMs_z3jbu8VKhTYT52fU_YY6ED1L986qievBkrkq-BhfOM_tgrVbkQOhgVnz9TR-UWkzB7WGOGkEMjQVxAmRXSDQaYjXdzWCCzKcM1hnUSxEqpRzDXEit68R0bIdLdkjCyctL3FnumR_B7LLsSQ9kaoIaTwBKI/s320/Aceh%20(14).jpg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Masjid Raya Baiturrahman Aceh<br /></td></tr></tbody></table><div style="text-align: center;"><i></i></div><i>☘️🌳 Tanggal 7-10 September 2023</i>, aku ke Bali. Kisah-kisah di Bali ini bagian
menariknya telah kuceritakan sebelumnya bersama Aliya dan John. Kenangan indah
lain yang kuingat dari perjalanan ke Bali untuk yang kesekian ini yaitu, aku
baru nyadar ternyata Pantai Sanur seindah itu. Saat itu kami menginap di Hotel
Prama Sanur, hotel ini seperti punya pantai pribadi sendiri. Jalan-jalan di
sekitar pantai itu saat pagi/sore sangat indah sekali. Di sana juga ada
vila-vila tropis, pura dalem yang khusus, kafe-kafe, dan saat itu aku eksplor
nemuin banyak hal indah. Semisal pohon bunga bugenvil, garis horizon, pantai
yang jernih, pasir putih, arsitektur yang menyejukkan mata. Juga, ya, aku
selalu nekat untuk memberanikan diri masuk ke pura sambil mengucapkan salam pada
dewa-dewi tak terlihat.<p></p><p></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijVavB4JEQkgBWfPIk6lOsdeWpJFigIrRz7_Pp_GfV8_CqD95Sv1wxe6Cp29UWtEMOmN1UbZzWDX0h6gYKsDOsjmN2-twNXZk-BVeeOiZZkPfTr8b92BSurP29NIFaTDMJ0z-35bfKDiQlsZDZojEeV9Igmbq62dL73ruGF_gPbJQhgztvKTAZsC1cW7A/s4160/Bali%20(29).jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3120" data-original-width="4160" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijVavB4JEQkgBWfPIk6lOsdeWpJFigIrRz7_Pp_GfV8_CqD95Sv1wxe6Cp29UWtEMOmN1UbZzWDX0h6gYKsDOsjmN2-twNXZk-BVeeOiZZkPfTr8b92BSurP29NIFaTDMJ0z-35bfKDiQlsZDZojEeV9Igmbq62dL73ruGF_gPbJQhgztvKTAZsC1cW7A/s320/Bali%20(29).jpg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Restauran barat<br /></td></tr></tbody></table><br /><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhV2j9w4hgf2dIfw2LSEUo0m0Rzck72T5mFQoB7vFtXmia9_WzM-CqcyyZ7P3xMCcK6HbVCEc_U6qe8-3M37JrKNinZqDcU-Bpy34wPeANbtCu-V0NWXgwfTxCtlDySI8Ac8q2qthEjyGg0Hi5gOu4RHGATUBHOyzqhYz9HUkYWZsGpWDHBySeXT9B-r5A/s4160/Bali%20(41).jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3120" data-original-width="4160" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhV2j9w4hgf2dIfw2LSEUo0m0Rzck72T5mFQoB7vFtXmia9_WzM-CqcyyZ7P3xMCcK6HbVCEc_U6qe8-3M37JrKNinZqDcU-Bpy34wPeANbtCu-V0NWXgwfTxCtlDySI8Ac8q2qthEjyGg0Hi5gOu4RHGATUBHOyzqhYz9HUkYWZsGpWDHBySeXT9B-r5A/s320/Bali%20(41).jpg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Rumah tropis<br /></td></tr></tbody></table><p></p><p></p><p class="MsoNormal"><i>☘️🌳 Tanggal 13-15 Oktober 2023, aku ke Semarang dan Salatiga</i> untuk datang ke
nikahannya Mbak Dwi Nastiti Muliasari dan Mas Fery. Mbak Nastiti bagiku sudah
kuanggap seperti kakak sendiri. Aku berangkat naik kereta malam hari dan
sampai di Stasiun Tawang pagi hari. Tujuan pertamaku di kontrakannya Mbak Nisa di dekat
Unnes daerah Sekaran, aku sudah bilang padanya akan nginep seminggu sebelumnya.
Sayangnya saat itu Mbak Nisa sedang pergi ke Jambi sama gank filmnya. </p>
<p class="MsoNormal">Perlu kuceritakan sedikit, kontrakan Mbak Nisa ternyata
rumah yang isinya banyak kamar yang kosong dan dia tinggal sendiri bersama dua
kucing yang bernama Chika dan Combro. Apalagi pas diantar Mas-Mas Go-Jek dan
saat itu kami nyasar, tak jauh dari kontrakan ada rumah kosong tak berpenghuni,
masnya nyeritain hal-hal yang bikin merinding lagi. Lalu pas malam, kamar di
sebelah kamar Mbak Nisa itu sering ada suara, entah tikus entah apa tapi mayan
berisik. Perumahan di sana masih sepi, kontrakannya terasa suwung, dan
bisa-bisanya akademisi film juri FFI 2023 ini berani tinggal sendiri?! Kuat
mental sekali bliio.</p>
<p class="MsoNormal">Sebelum ke nikahan Mbak Nastiti di Rumah Makan Cikal Gading
Tuntang, aku keliling Semarang dulu dong buat udar rasa. Melewati Jembatan Wesi
Sampangan dan sekitarnya sudah bisa <i>ngodal-ngadul</i> kenanganku selama
kurang lebih 18 bulan tinggal di lingkungan sana. Bisa jadi buku sendiri ini
kalau diceritakan, dari kos-kosan, Pasar Sampangan, Masjid Sampangan, Tugu
Soeharto, wah, banyak! Tapi <i>moment</i> pentingnya, bisa ketemuan sama Mas
Galih, redaktur pelaksanaku dulu di <i>Inibaru.id</i>. Mas Galih masih sama
seperti dulu, suka bercerita, suka merefleksikan hidup, suka ngemong. Kami
cerita hidup masing-masing, cerita nasib media sekarang, cerita keluarga atau
juga curhat ini-itu. Oh iya, mau berterima kasih sama Mas Galih sudah mau
kutitipi makan buat Chika dan Combro, hehe. Sebab makanan dua anabul itu sudah
habis, dan keduanya sama-sama suka <i>ngglendot</i> meskipun aku orang baru. </p><p class="MsoNormal"></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4-Vf15GdAusji2IBsbGyVR1AZSOVbm2s16f-LPfhDsgP4YbWW9SSNDfX6_-49edEEzTTBNk9zDRf-jX9-hvRJpwmgtJ1ds7W_mfcC4ANh3mviKFJMoG7yfCNJHX6_VUWjIBda2mCi_gHgYxiznF_-qaA5YwwvOoJCAp_ZAFkaGKw7UYXiRXJ9NfTUc8c/s4160/Semarang%20(20).jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3120" data-original-width="4160" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4-Vf15GdAusji2IBsbGyVR1AZSOVbm2s16f-LPfhDsgP4YbWW9SSNDfX6_-49edEEzTTBNk9zDRf-jX9-hvRJpwmgtJ1ds7W_mfcC4ANh3mviKFJMoG7yfCNJHX6_VUWjIBda2mCi_gHgYxiznF_-qaA5YwwvOoJCAp_ZAFkaGKw7UYXiRXJ9NfTUc8c/s320/Semarang%20(20).jpg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Nisan Pak Prie GS<br /></td></tr></tbody></table>Waktu di Semarang juga kugunakan untuk <i>nyekar </i>ke
makam Pak Prie GS, makam beliau suasananya <i>padhang</i> (terang). Salah satu
makam dengan suasana enak yang pernah kukunjungi. Kijing yang terbuat dari
keramik beliau sangat sederhana berwarna hitam. Sore itu aku kirim doa, baca
Surat Yasin, dan ngobrol hal-hal yang menurutku ingin kuobrolkan. Habis dari
makam Pak Prie aku janji akan melajari tulisan beliau, dan akhirnya keinginan
itu berhasil kuwujudkan setelah membeli sepaket buku beliau dan membacanya satu
per satu. <p></p>
<p class="MsoNormal">Jiwa Pak Prie begitu hidup di buku-bukunya, membaca buku itu
seperti diceritain beliaunya langsung. Aku jadi bisa menelusuri sensibilitas
beliau ketika menolongku dulu dengan caranya yang sangat halus. Tirakat,
penderitaan, dan perjuangannya yang tak hanya berdasar pada intelektualitas dan
emosionalitas, tapi juga spiritualitas. Sampai sekarang aku masih merasa jika
Pak Prie masih mengawasiku dari jauh, menyemangatiku untuk mewujudkan cita-cita
yang dulu pernah aku utarakan padanya di Kelas Prie GS, hadiah yang tak pernah
kulupakan seumur hidup. Sore itu aku pamit, aku bilang padanya kapan-kapan aku
akan main lagi.</p>
<p class="MsoNormal">Usai dari makam Pak Prie, aku pergi ke Goa Maria Sartika,
tempat ibadah umat Katolik ini sudah kayak jadi tempat <i>healing </i>ku yang
lain selama hidup di Semarang. Suasananya dari pagi sampai sore indah. Mau
lihat <i>surise</i> atau <i>sunset</i> keduanya bisa, di atas ketinggian dan
bisa melihat Semarang dari banyak sisi. Ya, tentu, jangan lupa salam dulu pada
Bunda Maria. Di sana aku menulis sebentar, dan merasakan suasana sore yang
perlahan mulai menggelap.</p>
<p class="MsoNormal">Paginya tanggal 15 Oktober 2023, dengan naik Trans Semarang,
Trans Jateng, kemudian Go-Jek, aku sampai ke nikahannya Mbak Nastiti. Aku bawa
kado buku (aku suka menghadiahi buku orang-orang yang kukenal dengan baik),
kami berpelukan, dan bercerita setelah kurang lebih dua tahun tak bertemu. Ya,
Mbak Nastiti tak banyak berubah setelah berbagai badai hidup yang menimpanya,
dia selalu berdiri sebagai perempuan yang sabar, teguh, tegar, dengan berbagai
kualitas perempuan sholehahnya. Mbak Nastiti menangis tersedu saat pernikahan,
aku ketemu ibu, bapak, dan eyang Mbak Nastiti yang masih hidup.</p><p class="MsoNormal"></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgjDljc7Yzi-OZMQsWQ5brqXYGbUqUrCAKAk_-QHsigxdd5hpvU433LBPJ3NuMSX0EmU_crY7yIQO62M9yJ9Eg0YpqaR9NL5lCu5brybTIZNuiQvmhRFW65LDvuHIPvqssG5rlTxWxNMfDQZ0LQgNJqaINnjYzbZef9_-TDuZpxqb8WB73yCc-4WSnQHNw/s4160/Nikahan%20Mbak%20Nastiti%20(46).jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="4160" data-original-width="3120" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgjDljc7Yzi-OZMQsWQ5brqXYGbUqUrCAKAk_-QHsigxdd5hpvU433LBPJ3NuMSX0EmU_crY7yIQO62M9yJ9Eg0YpqaR9NL5lCu5brybTIZNuiQvmhRFW65LDvuHIPvqssG5rlTxWxNMfDQZ0LQgNJqaINnjYzbZef9_-TDuZpxqb8WB73yCc-4WSnQHNw/s320/Nikahan%20Mbak%20Nastiti%20(46).jpg" width="240" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Nikahan Mbak Nastiti<br /></td></tr></tbody></table>Dzuhur aku pamitan ke Mbak Nastiti dan suami, perjalanan
kulanjutkan ke Universitas Satya Wacana Salatiga (UKSW). Mungkin sekitar satu
jam aku keliling kampus UKSW, kampus ini sudah banyak melahirkan pemikir dari
Arief Budiman, Ariel Heryanto, Andreas Harsono, George Junus Aditjondro, dll.
Kampusnya teduh, dan meski di kalangan Nasrani, di kampus ini juga ada bangunan
masjid.<p></p><p class="MsoNormal"></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgWhk-bS0wZ7NXnh1KTeJLuKeoIaVCZBYBZL0_jJ8LisQFmAMF2CsLglECKPKSzG62EbhgiO5KFXIferNvRFexcjGnm7Uivxplcmufk4ldwqf7aDXlTT6NrFl0yV7RZ5-_U3zRXxEun0rfC0QqMAHH6YSA2XXLaxCD-Q80eBtU51e8fAD-Fav91dPF3bps/s4160/UKSW%20(4).jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3120" data-original-width="4160" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgWhk-bS0wZ7NXnh1KTeJLuKeoIaVCZBYBZL0_jJ8LisQFmAMF2CsLglECKPKSzG62EbhgiO5KFXIferNvRFexcjGnm7Uivxplcmufk4ldwqf7aDXlTT6NrFl0yV7RZ5-_U3zRXxEun0rfC0QqMAHH6YSA2XXLaxCD-Q80eBtU51e8fAD-Fav91dPF3bps/s320/UKSW%20(4).jpg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Halaman depan UKSW<br /></td></tr></tbody></table><br /><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMTiRYQG-vb4QnZJx89_nXbQx8CFRsCjdE1tGLYvnPa9Y1A_b1cAhYC8u1bzyXgcW8EIi7xC_IP4i0o6_Nj04yYXfg4KPuPVxKXpHODMdwuSFGRQw_cMr3DtqIE9_2ypCoUqbwa8G0ZaNDKZIENSuN_miVUff-4Ea9YPswHhOyX_5I9yHV2QUvE-X0FCE/s4160/UKSW%20(18).jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3120" data-original-width="4160" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMTiRYQG-vb4QnZJx89_nXbQx8CFRsCjdE1tGLYvnPa9Y1A_b1cAhYC8u1bzyXgcW8EIi7xC_IP4i0o6_Nj04yYXfg4KPuPVxKXpHODMdwuSFGRQw_cMr3DtqIE9_2ypCoUqbwa8G0ZaNDKZIENSuN_miVUff-4Ea9YPswHhOyX_5I9yHV2QUvE-X0FCE/s320/UKSW%20(18).jpg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Langit UKSW<br /></td></tr></tbody></table>Usai dari UKSW, aku ke makam Pak Arief Budiman sekaligus
berjunjung ke rumah beliau yang diarsitekturi oleh Romo YB Mangunwijaya. Makam
beliau ada di kawasan bong, pemakaman yang dikhususkan untuk para Chinese.
Makamnya rapi, bersih, dan tertata. Seorang bapak menemaniku, aku lupa namanya,
tapi bapak inilah yang menemaniku ke makam lain, seperti makam <i>scholar</i>
UKSW Oentoeng Soeropati (1945-2000). <p></p>
<p class="MsoNormal">Pas ke rumah Pak Arief Budiman, bapak paruh baya yang
mengantarku tipe orang yang hobi bercerita. Dia akan menceritakan banyak hal
melebihi apa yang kuminta, termasuk soal tokoh-tokoh di Salatiga hingga Pak
Arief. Siang menuju sore itu, depan rumah Pak Arief sepi, si bapak
memanggil-manggil tapi tak ada yang keluar sampai kami ke belakang rumah dan
ketemu tetangga di sana yang bilang untuk lewat depan saja.</p><p class="MsoNormal"></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgUdm_RHAeGDTjO-8uG1BAJJNKzpomn3Ktmzsd-3vhyabg2iV_WY4MnnMlTmLo5hqljrOIPrQZijvXSTApSL4bx7CvzlNFNuo6s8h1D9CryKCyRM_D4IAKKJeu_Zv9XvnqmwcURjP2YKbQKMNSwjcqmBby7nnuvd0Kahpeeo5Px7aa7Z1euOenfQ-cVcFE/s4160/Arief%20Budiman%20(9).jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3120" data-original-width="4160" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgUdm_RHAeGDTjO-8uG1BAJJNKzpomn3Ktmzsd-3vhyabg2iV_WY4MnnMlTmLo5hqljrOIPrQZijvXSTApSL4bx7CvzlNFNuo6s8h1D9CryKCyRM_D4IAKKJeu_Zv9XvnqmwcURjP2YKbQKMNSwjcqmBby7nnuvd0Kahpeeo5Px7aa7Z1euOenfQ-cVcFE/s320/Arief%20Budiman%20(9).jpg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Makam Arief Budiman<br /></td></tr></tbody></table>Si bapak kemudian membuka gerbangnya yang ternyata tak
ditutup. Selintas melihat wajah rumah Pak Arief memang mengagumkan, bangunan
ini tak mengubah sama sekali geografi asal yang tanahnya tak merata, bukan
diurug tapi memberi bentuk alternatif lain yang lebih alami. Kami bertemu
dengan seorang laki-laki yang menjaga ruang depan dekat ruangan yang sepertinya
diperuntukkan sebagai garasi.<p></p>
<p class="MsoNormal">Si bapak mengatakan keinginan kami untuk berkunjung ke rumah
Pak Arief dan jika diperkenankan bisa bertemu dengan istri Pak Arief, Bu Leila
Chairani. Si penjaga itu pun bilang, Bu Leila tak bisa ditemui kalau tidak ada
janji terlebih dulu. Lalu si bapak melakukan lobi, tolong dibilangkan pada Bu
Leila dulu. Akhirnya setelah menunggu, Bu Leila bersedia menemui kami, tapi tak
lama karena beliau akan pergi <i>check up </i>ke dokter.</p>
<p class="MsoNormal">“Di sini prosedurnya memang begitu Mbak, bahkan katanya
pernah ada yang diusir dan diminta pergi lagi karena gak janjian terlebih dulu.
Maklum beliau sudah sepuh dan suaminya inikan orang penting,” kata si Bapak.
Mendengar cerita ini aku jadi gugup sendiri. Kami pun menunggu Bu Leila keluar
dari ruangannya sembari aku mengamati arsitektur rumah dan taman di sekitarnya.</p>
<p class="MsoNormal">Tak lama kemudian Bu Leila datang, kami bersalaman dan
beliau menanyai namaku, dari mana, dan kerja di mana?</p>
<p class="MsoNormal">“Saya Isma, dari Jakarta,” kataku.</p>
<p class="MsoNormal">“Isma? Seperti pernah saya kenal,” kata Bu Leila yang
seperti mengingat sosok lain bernama sama.</p>
<p class="MsoNormal">“Begini Bu, Mbaknya ini pembacanya bukunya Pak Arief,
fans...” kata si bapak mengenalkanku tanpa diminta.</p><p class="MsoNormal"></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnEOuq0Cmxv88im1LDWYkfgCyOilhpf5V86bk8WeKOA6VZ-jMGIwArsahqHzqrxG9MC8DeISp6qwdvjK736gdOTDdA6XXP9KKzwD-7Yd4gKjxdn7f5wgHyH5UaMLfk_bf9WFbS-4Z8MuGXUGF0qbJxEvgsWEI73nLO63y7AWhdla_Nj8JwKPBM43XT2OI/s4160/Arief%20Budiman%20(48).jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="4160" data-original-width="3120" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnEOuq0Cmxv88im1LDWYkfgCyOilhpf5V86bk8WeKOA6VZ-jMGIwArsahqHzqrxG9MC8DeISp6qwdvjK736gdOTDdA6XXP9KKzwD-7Yd4gKjxdn7f5wgHyH5UaMLfk_bf9WFbS-4Z8MuGXUGF0qbJxEvgsWEI73nLO63y7AWhdla_Nj8JwKPBM43XT2OI/s320/Arief%20Budiman%20(48).jpg" width="240" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Bu Leila Chairani Budiman<br /></td></tr></tbody></table>Sungguh sore itu sebenarnya aku tak tahu hendak bicara apa,
akhirnya hanya pembicaraan-pembicaraan sederhana, semacam sejak kapan tinggal
di sini, kegiatannya yang sebentar lagi akan bertemu dokter. Tak ada lima menit
pertemuan canggung itu berlangsung, karena aku tak enak kalau menjadi
penghalangnya untuk pergi ke dokter. Namun sekilas bertemu Bu Leila, beliau
orang yang baik dan ramah. Usai itu, Bu Leila ke lantai atas rumah lagi.<p></p>
<p class="MsoNormal">Aku dan si bapak berada di sebuah ruangan yang berisi bufet
kaca yang isinya beraneka macam majalah lama, termasuk majalah-majalah pers
mahasiswa. Tak dinyana, aku dapat majalah Arena edisi lawas. Ada juga majalah
Balairung, jurnal Kritis UKSW, dll. Aku banyak motret tulisan-tulisan yang
menurutku menarik. Setelah itu, kami pamitan sama laki-laki yang menjaga rumah
tak jauh dari ruang garasi. Sesampainya di pagar luar, si bapak berkata padaku:</p>
<p class="MsoNormal">“Mbak beruntung sekali langsung ditemui sama Bu Leila, gak
sembarang orang lho Mbak. Orang-orang yang mau ketemu biasanya harus janjian
dulu, itu pun kadang gak langsung ditemui. Ada sesuatu dalam diri Mbak, saya
akan terus ingat sama Mbak,” ujarnya dan terkesan melebih-lebihkan. Aku hanya
nyengir.</p>
<p class="MsoNormal">Dan aku baru melihat di catatanku, nama si Bapak yaitu
Benyamin. Kalau ke Salatiga lagi dan hendak main kemana, diminta kontak
beliau—dan aku lupa mencatat nomornya di buku yang mana. Hehe.</p>
<p class="MsoNormal"><i>☘️🌳 Tanggal 26-30 Oktober 2023</i>, aku ke Kendari, Buton, dan Kepulauan Wakatobi
di Sulawesi Tenggara (Sultra). Di Kendari, aku main ke areal kota tuanya. Di
sana aku berkunjung ke makam Belanda aneh yang menyatu dengan rumah penduduk.
Nah, dari makam itu terlihat jembatan besar Kota Kendari yang mengingatkanku
dengan jembatan Brooklyn di USA (bentuknya agak mirip). Terus di sana juga
terasa masuk di dunia Ghibli begitu, enak aja di mata. Di Kendari berkesempatan
pula ke Makam Raja Sao-Sao dan Taman Makam Pahlawan Watubangga Kendari. </p><p class="MsoNormal"></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj7gg-axRRJqSKiSn02RO3cHyIvbdOvk-jBCeT5eIsxBL1rTgtg-2D74nUvgQFRMHTAyp1kmN-Pc5feiUshNlCvu1hdYvPBU8u0QAtciVK3Aqp2OZk_2xzSsA5lVQADLKsgVCCC9sMWCaolqW_7N_1-_AMl5olyeRG-tqtvKvZoxBgQ8BUWgE8FslAsvow/s4160/Kendari%20(123).jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="4160" data-original-width="3120" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj7gg-axRRJqSKiSn02RO3cHyIvbdOvk-jBCeT5eIsxBL1rTgtg-2D74nUvgQFRMHTAyp1kmN-Pc5feiUshNlCvu1hdYvPBU8u0QAtciVK3Aqp2OZk_2xzSsA5lVQADLKsgVCCC9sMWCaolqW_7N_1-_AMl5olyeRG-tqtvKvZoxBgQ8BUWgE8FslAsvow/s320/Kendari%20(123).jpg" width="240" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Jembatan Teluk Kendari yang mirip Brooklyn<br /></td></tr></tbody></table>Esoknya, perjalanan berlanjut ke Buton. Kami naik pesawat
lokal yang pilotnya nyetir sembari mabar <i>game</i>. Bayangin pesawat goyang
berkali-kali bahkan di langit tanpa awan, dan itu cukup membuat beberapa
penumpang mendadak relegius dengan menyebut aneka zikir. Mengingat Buton, <i>fun
fact, </i>karena Bapak menyuruhku daftar PNS, aku pernah sempat melamar PNS di
Buton—yang saat itu di imajinasiku tempatnya sangat jauh. Alasannya, formasinya
lumayan banyak, dan kalau di daerah (apalagi terpencil) kayaknya mudah. Setelah
pengumuman, aku kayaknya gak lolos di administrasi, wkwk.<p></p>
<p class="MsoNormal">Setelah aku benar-benar ada di Buton, ternyata bagian
kotanya ramai banget Ya Allah, gak kalah sama keramaian kota-kota besar lain di
Indonesia. Ada bioskopnya juga, beda sama Cepu, Blora, hiks. Malah aku
bayangin, ini di Buton lho Is, bukan di Bandung. Di Buton, bersama kolega, kami
juga berkunjung ke Benteng Keraton Kesultanan Buton. <i>Joke</i> bapak-bapak
yang kudengar, saat Megawati lewat ke tanjakan menuju benteng, dia langsung
jadi presiden! Dari benteng itu, kita bisa melihat keindahan pesisir laut
Sulawesi yang indah banget. Di sana juga ada masjid tuanya, terus bendera yang
umurnya lebih dari 100 tahun, makam lelulur yang tersebar, dan rumah-rumah
tradisional Buton.</p><p class="MsoNormal"></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhKdk0rAGoY3NcYZ9HTfsHSaeU90ONXQct-p5gi91b1kgINN6DjfBI7BWWBIXPv3uhSwIm0smvpENyN-x6i6HeHIvqC95lnxbqxwVvOwh51w8fo1YeWYXNQ7uHpxoqo9w28JqR_50uF2cXi7ve8ogoOVct3m-ThCpmofjdKpOCHaW_3kKBXigY3aqdn3ZY/s4160/Buton%20(18).jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="4160" data-original-width="3120" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhKdk0rAGoY3NcYZ9HTfsHSaeU90ONXQct-p5gi91b1kgINN6DjfBI7BWWBIXPv3uhSwIm0smvpENyN-x6i6HeHIvqC95lnxbqxwVvOwh51w8fo1YeWYXNQ7uHpxoqo9w28JqR_50uF2cXi7ve8ogoOVct3m-ThCpmofjdKpOCHaW_3kKBXigY3aqdn3ZY/s320/Buton%20(18).jpg" width="240" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kompleks Kasultanan Buton<br /></td></tr></tbody></table><br /><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjx7bVFwGyP1LrF-tCV7zCWih06EsqrD91ypqyBZrNAkInqbrY13KkpaStTILMxh8E2SMyW9OA11IXgBtv49UoqmISdEu-PWAenr-PRa5MlRHfK3IjM31nlRUfNZ-iyPDwJdBRpOaK97VpMXptNhxFPh9CfrIXSynGkl7MPxNt0VG_dT-ULi0nwCWUjQHs/s4160/Buton%20(44).jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="4160" data-original-width="3120" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjx7bVFwGyP1LrF-tCV7zCWih06EsqrD91ypqyBZrNAkInqbrY13KkpaStTILMxh8E2SMyW9OA11IXgBtv49UoqmISdEu-PWAenr-PRa5MlRHfK3IjM31nlRUfNZ-iyPDwJdBRpOaK97VpMXptNhxFPh9CfrIXSynGkl7MPxNt0VG_dT-ULi0nwCWUjQHs/s320/Buton%20(44).jpg" width="240" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Alam Buton<br /></td></tr></tbody></table>Hari itu, kami menginap di sebuah tempat buat <i>staycation </i>di
daerah Pasar Wajo, Kondowa<i>. </i>Belakangnya itu langsung laut dan pulau, sumpah
bagus banget! Terus lautnya jernih, dan aku bisa melihat salah satu senja
paling indah di dunia di Buton! Nah, malamnya itu entah ada adat tradisional
apa, kayak di depan rumah khas mereka gitu ada bakar-bakar kayu depan rumah. Di
Buton juga ikannya segar dan besar-besar, sama pemilik penginapan dibantu
dengan salah seorang penduduk asli, kami dibuatkan ikan bakar yang sedap
banget, terus dimakan di tepi laut dan pulau. Nikmat mana yang kau dustakan,
Is?!<p></p><p class="MsoNormal"></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEio2xnnPGQ1UQxRNjMMAVEz91x1jfTinE4Asv7qOgevU_P-ZMtR-3_dLzgCDkVobD70I5Sa4jAF9hX6v4N7zzlKpsdr_6rDsa-mFnjVh8Rhmj7PynDS76Pkt8Mrjzt6cbMb37r_8CXky0uiUGLzQCFVR4pzKmcAzY0nFboa2JR-YTcKjcPJV13XeS9356E/s4160/Buton%20(23).jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3120" data-original-width="4160" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEio2xnnPGQ1UQxRNjMMAVEz91x1jfTinE4Asv7qOgevU_P-ZMtR-3_dLzgCDkVobD70I5Sa4jAF9hX6v4N7zzlKpsdr_6rDsa-mFnjVh8Rhmj7PynDS76Pkt8Mrjzt6cbMb37r_8CXky0uiUGLzQCFVR4pzKmcAzY0nFboa2JR-YTcKjcPJV13XeS9356E/s320/Buton%20(23).jpg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Rumah Adat Buton<br /></td></tr></tbody></table><br /><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiMtUbeIcOUJCABPed2qMxiKsEtKLEQ6uqV1Z7mlR_FMJ8XUbpXbk5yi_99yV0YZsmGwCBJimmkK0HmRqFJZGYdnEUzSog2DL1woSSiE9H7Y3Jd2AK9-Vfb3jJ10ggOh4Ln8jOzyZq5slV6CdvO5Lfr49rOUo8iX-8PeaaumDg1az-oT_i1tb1M0PejwHI/s4160/Buton%20(81).jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3120" data-original-width="4160" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiMtUbeIcOUJCABPed2qMxiKsEtKLEQ6uqV1Z7mlR_FMJ8XUbpXbk5yi_99yV0YZsmGwCBJimmkK0HmRqFJZGYdnEUzSog2DL1woSSiE9H7Y3Jd2AK9-Vfb3jJ10ggOh4Ln8jOzyZq5slV6CdvO5Lfr49rOUo8iX-8PeaaumDg1az-oT_i1tb1M0PejwHI/s320/Buton%20(81).jpg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Senja di Buton<br /></td></tr></tbody></table>Esoknya kami lanjut ke Wakatobi. Nama ini itu sebuah daerah
dengan kepanjangan Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia, dan Biongko (masih satu
wilayah dengan Kepulauan Buton). Kami ke Wakatobi naik kapal bersama penduduk
setempat. Wakatobi ini terkenal dengan keindahan alam bawah lautnya, buat yang
suka <i>diving </i>dan <i>deep fishing </i>(kegiatannya orang-orang kaya sampai
superkaya), Wakatobi surganya. Yah, jangankan <i>diving </i>cuy, renang aja gw
kagak bisa, haha. <p></p><p class="MsoNormal"></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJL80ElGAd92ku8zUVodfw3HeZH-cMZxkBSpRpL1msBlTH6Gb-axlw5yLL6JVbAPeNsyPFLzx0fPVFFEXbwlbunK3oveOFL3BlKynBzY0q3gVA9bJEDFkSC4jSlDYXByzqA17J56Z4verDNnTDl-dRKY2Qwb7t7q9ckzQ3bc0BRGhmNtMj461YlRimGhU/s4160/Wakatobi%20(37).jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="4160" data-original-width="3120" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJL80ElGAd92ku8zUVodfw3HeZH-cMZxkBSpRpL1msBlTH6Gb-axlw5yLL6JVbAPeNsyPFLzx0fPVFFEXbwlbunK3oveOFL3BlKynBzY0q3gVA9bJEDFkSC4jSlDYXByzqA17J56Z4verDNnTDl-dRKY2Qwb7t7q9ckzQ3bc0BRGhmNtMj461YlRimGhU/s320/Wakatobi%20(37).jpg" width="240" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">The best place for reading<br /></td></tr></tbody></table>Jalan utama di Wakatobi tuh ternyata kecil, maklum ini
daerah masih di fase-fase baru pemekaran. Setiap desa itu dibatasi oleh gapura
yang dibuat sejenis, nama-namanya dari Desa Wapiapia, Desa Waha, Desa
Koroeonowa, Desa Waelumu, dan tentu jalannya dekat laut. Angin laut khas
membelai wajah. Rumah-rumah penduduk kuperhatikan mirip rumah-rumah di Jawa,
barangkali kebanyakan mereka merupakan pendatang. Kami menginap di Wakatobi
Patuno Resort, Pulau Wangi-Wangi. Suasananya enak banget buat liburan atau
bulan madu, sedikit banget gangguan-gangguan modernnya, orang sinyal saja
susah. <p></p><p class="MsoNormal"></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhrleadLhInbflL0uS29dgwejwlljin8RMnpdKfuNbc12IAXZzcvHqUC9SLfXVZirKi3my1rjnhQxMIgZEmCF0ENPvUDyl_GlQvII-svJhI9d8pFDPEffqX1rhMXm9GzB_n5sXSPwf8YqDTHV2h4v2bMyjmqO6GeVAzDWoD7jt-Kroqbiol73UFTXCGdwo/s4160/Wakatobi%20(36).jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="4160" data-original-width="3120" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhrleadLhInbflL0uS29dgwejwlljin8RMnpdKfuNbc12IAXZzcvHqUC9SLfXVZirKi3my1rjnhQxMIgZEmCF0ENPvUDyl_GlQvII-svJhI9d8pFDPEffqX1rhMXm9GzB_n5sXSPwf8YqDTHV2h4v2bMyjmqO6GeVAzDWoD7jt-Kroqbiol73UFTXCGdwo/s320/Wakatobi%20(36).jpg" width="240" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Surga Wakatobi<br /></td></tr></tbody></table>Resort ini itu sampingnya pantai dan laut pas. Nah, di situ
juga ada pulau kecil, saat laut surut aku sempetin sendirian kesana. Asyik
juga, haha. Isinya gugusan batu karang aja sih, tapi kayak dunia kerasa luas
aja, seperti ada di dunia entah mana gitu, dan airnya jernih. Aku suka di sini.<p></p>
<p class="MsoNormal"><i>☘️🌳</i><i> Tanggal 24-26 November 2023, aku ke Soreang</i>, Bandung sama anak-anak EF. Intensitas
main bareng di EF sudah tak seintens ketika di awal-awal masuk, dan di Soreang
ini kayak jadi puncak pertemuan kami lintas center EF. Selama tiga hari dua
malam isinya karaoke, makan, bakar-bakaran, main <i>games</i>, goyang dumang<i>,
</i>ngrumpi, seru sih seru. Kabar dari EF juga, Kris sudah pindah kerjaan,
sudah gak jadi <i>teacher</i> di EF. Padahal bagiku Kris ini salah satu <i>teacher
</i>terbaik. Mungkin Kris mau fokus di Rame-Rame Jakarta (RRJ) sama Mas Andesh,
Barda, dan kawan-kawan. Di tahun ini beberapa kali juga main sama anak-anak
RRJ, dapat teman di RRJ kemudian jalan-jalan lagi, haha.</p><p class="MsoNormal"></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNmfmWi3N3w0QrMQ5jbNdbdwNTDgM5W1NFpvTtPmm1dKhHh5jyHvXqdlLJy68tqmy5dlvKdmSAzsPXUqZqsu8e-LFgytDBLGxTNkrmZkcZ11nU2WHbDhHhDtbtShYbNrpHTxL0yv5ld9cd357V8_6EhrIabfDzAIZVkYVRQLYc8EVSugabl-goQiWJB_A/s4160/EF%20CHRIS%20(2).jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3120" data-original-width="4160" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNmfmWi3N3w0QrMQ5jbNdbdwNTDgM5W1NFpvTtPmm1dKhHh5jyHvXqdlLJy68tqmy5dlvKdmSAzsPXUqZqsu8e-LFgytDBLGxTNkrmZkcZ11nU2WHbDhHhDtbtShYbNrpHTxL0yv5ld9cd357V8_6EhrIabfDzAIZVkYVRQLYc8EVSugabl-goQiWJB_A/s320/EF%20CHRIS%20(2).jpg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">My best EF teachers! Kris, Q-Man, Miss Rina<br /></td></tr></tbody></table><p></p><p class="MsoNormal"></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjzanIvO8naXQlZUYs5rRZHHE-oZCqNRo-HiHlQh305A1FtaITYQsZ_c8hfIUWwMQdzhebBBtaudw6EZIEJgrXjr_6pfsUXLIgZzlpOyyMUjE9lgH1-fB0Oqm5B-jU_OkYsliDsbrQ8DI7ZB3vn30cJx2Guae8_PxLg3EUk7-fSXXlXfEqcqfB2abSN9qs/s3648/2023%20(2).jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="2736" data-original-width="3648" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjzanIvO8naXQlZUYs5rRZHHE-oZCqNRo-HiHlQh305A1FtaITYQsZ_c8hfIUWwMQdzhebBBtaudw6EZIEJgrXjr_6pfsUXLIgZzlpOyyMUjE9lgH1-fB0Oqm5B-jU_OkYsliDsbrQ8DI7ZB3vn30cJx2Guae8_PxLg3EUk7-fSXXlXfEqcqfB2abSN9qs/s320/2023%20(2).jpeg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">EF went to Bandung<br /></td></tr></tbody></table><br /><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhuRKb4J4MMF_rK-HWPLGcR5rMQfefs61vrxII2ppBDbRP3aOovS-kQzKd_m1qfhl2v4chL_pPfqkGHqy1onR3Dx48YF3aL3xelBAPSA_ZA7SXN_GajIbhNzBHjYlWdZrWuAn66z2P_PpG4e5D3CyzS97Wyh49b_JJLIMafpuFa3HbipTg7Iot0PsuMdXY/s1024/2023%20(3).jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1024" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhuRKb4J4MMF_rK-HWPLGcR5rMQfefs61vrxII2ppBDbRP3aOovS-kQzKd_m1qfhl2v4chL_pPfqkGHqy1onR3Dx48YF3aL3xelBAPSA_ZA7SXN_GajIbhNzBHjYlWdZrWuAn66z2P_PpG4e5D3CyzS97Wyh49b_JJLIMafpuFa3HbipTg7Iot0PsuMdXY/s320/2023%20(3).jpeg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">RRJ jalan-jalan<br /></td></tr></tbody></table><br /><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8nv1OzvbwoaLPE7zxJuM2EZFR7up9c3CQ9v3ruu2peRxpQbseUFfCpJfKyL3DF_IqHavlPpFFifq6lXVcNezL2iYCRvzOM0dYW9eoJrmPpxCRti7ECnEVZLdVarBPk5fFyNUTo0TyF2QJjCeMQhM4v6iK2VZ0KBxW5Zuy688Vsuw7dOEcTckf9rCqu48/s1280/2023%20(4).jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="853" data-original-width="1280" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8nv1OzvbwoaLPE7zxJuM2EZFR7up9c3CQ9v3ruu2peRxpQbseUFfCpJfKyL3DF_IqHavlPpFFifq6lXVcNezL2iYCRvzOM0dYW9eoJrmPpxCRti7ECnEVZLdVarBPk5fFyNUTo0TyF2QJjCeMQhM4v6iK2VZ0KBxW5Zuy688Vsuw7dOEcTckf9rCqu48/s320/2023%20(4).jpeg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">RRJ di Pasar Baru<br /></td></tr></tbody></table>Berbicara RRJ, aku jadi ingat sama Mas Iwang dan Mbak Tita (satu komplotan sama Rujak Urban Studies, hehe),
senang juga tahun ini akhirnya bisa main ke rumah pasangan seniman favoritku
sejak kuliah ini. Rumah mereka bergaya industrial-minimalis yang <i>homey </i>buat
bercerita, punya banyak kucing. Ngobrol panjang lebar bersama mereka terkait
nasib pekerja di Jakarta. Sama Mbak Tita, aku juga diperkenalkan sama Weng,
jurnalis dan aktivis dari China yang sedang liputan di Indonesia. Aku bertemu
Weng di Upnormal Raden Saleh, kami membahas tentang kereta api cepat
Jakarta-Bandung, cukup tertatih ngomong sama Weng karena beda bahasa, tapi
lancar-lancar juga.<p></p><p class="MsoNormal"></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgktU0BiZQeuv67D66wNgpNKDS9l2b7IM9dNHuSMZ4B3rgEWk3ehYf06xSMFZMOYKcvcOq2bWcNZJb3_pG6QFQSMWElgePPj3Df8QNUIXkYeYdGFfFrXTZQmKl8W9T7ioX9t17CxW0ZoYYJw51ZoBdDn06kaoKT1fRM0JvflCB7b-4ZB0uZD7501VIWb_I/s4160/Di%20Rumah%20Mas%20Iwang%20(16).jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3120" data-original-width="4160" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgktU0BiZQeuv67D66wNgpNKDS9l2b7IM9dNHuSMZ4B3rgEWk3ehYf06xSMFZMOYKcvcOq2bWcNZJb3_pG6QFQSMWElgePPj3Df8QNUIXkYeYdGFfFrXTZQmKl8W9T7ioX9t17CxW0ZoYYJw51ZoBdDn06kaoKT1fRM0JvflCB7b-4ZB0uZD7501VIWb_I/s320/Di%20Rumah%20Mas%20Iwang%20(16).jpg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Bareng Mas Iwang & Mbak Tita lofff<br /></td></tr></tbody></table><br /><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRgsDYJTyF7MW483Is7RP2zMB853sxD43U82lNYJmIWmYGCn4qQpcYycqIcwS0mqiglN0j1EgdYcG0tGIUDmnIw0rOb2SJnCRFRoR6SQtNl4We59qMC20VKBo48BgVynVIimnRdg7pwKhRIRZq_eE6tmzx19ydo3pHCqE3ODzQAQuVCufXta7ZoxUrRew/s4160/Isma%20-%20Weng%20(1).jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3120" data-original-width="4160" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRgsDYJTyF7MW483Is7RP2zMB853sxD43U82lNYJmIWmYGCn4qQpcYycqIcwS0mqiglN0j1EgdYcG0tGIUDmnIw0rOb2SJnCRFRoR6SQtNl4We59qMC20VKBo48BgVynVIimnRdg7pwKhRIRZq_eE6tmzx19ydo3pHCqE3ODzQAQuVCufXta7ZoxUrRew/s320/Isma%20-%20Weng%20(1).jpg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sama Ci Weng<br /></td></tr></tbody></table><i>☘️🌳Tanggal 4-8 Desember 2023, aku ke Provinsi Papua dan ke Merauke</i> di Papua
Selatan. Ini perjalanan keduaku ke Pulau Papua. Mengingat Papua aku selalu
mengingat kisah Denias. Pas ke Papua itu makin kerasa suasananya, dari Bandara
Sentani ke Jayapura, jarak sekitar satu jam, dan kami melewati berbagai
perbukitan Papua yang mirip di film Denias. Cukup wajar jika di area pegunungan
harga akan berkali-kali lipat, karena harus dibawa dengan helikopter. Di
Merauke, kami sempatkan main di kebun binatang kecil di sana, juga ke Pantai
Lampu Satu, tipikal daerah <i>low land </i>yang airnya keruh, meski pasirnya
alus banget.<p></p><p class="MsoNormal"></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgX4wTXBR88SRPtmViA1ZG9_R2PYygwUzzrW3_zVH6iKRNb_HpYB1KDoglL_7GsmdTfrB5ovijm5W3p4I_OmkyTNdtOllhBidIIEaYAzWD647W52_Ut7wOIAQYFjuBYKoiGVVDm0XzpK8Adk8Mt_DGNe_pYcR5pFVqxQnVi1W4dvJ_TJ-I51FMNvsUDIM/s1600/2023%20(7).jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgX4wTXBR88SRPtmViA1ZG9_R2PYygwUzzrW3_zVH6iKRNb_HpYB1KDoglL_7GsmdTfrB5ovijm5W3p4I_OmkyTNdtOllhBidIIEaYAzWD647W52_Ut7wOIAQYFjuBYKoiGVVDm0XzpK8Adk8Mt_DGNe_pYcR5pFVqxQnVi1W4dvJ_TJ-I51FMNvsUDIM/s320/2023%20(7).jpeg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pesisir di Jayapura, Papua<br /></td></tr></tbody></table><br /><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgC5dzeUHPxXMvxMTFegCCkzSITtPd8Ek7MQ5RcMSudCs9FojKKWzJLLfaYZJpUFIuypsgAhsHS1G_AF2nLYuPNgfzDnMB5aYJO2SjZsrXveiPXHVJp_bwHVJ-KaSy1hnp4KiqVFaki6qQi1WoL1XsvmzPzz_PJEusoNckbCgdJCR3cs-A3DxU5nNj3I64/s1600/2023%20(9).jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgC5dzeUHPxXMvxMTFegCCkzSITtPd8Ek7MQ5RcMSudCs9FojKKWzJLLfaYZJpUFIuypsgAhsHS1G_AF2nLYuPNgfzDnMB5aYJO2SjZsrXveiPXHVJp_bwHVJ-KaSy1hnp4KiqVFaki6qQi1WoL1XsvmzPzz_PJEusoNckbCgdJCR3cs-A3DxU5nNj3I64/s320/2023%20(9).jpeg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pantai Lampu Satu<br /></td></tr></tbody></table><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhDnRZtevOy3BmRYT2pNhBxcpJDS9My6YtzKkWHnVWz7NUs0fE_mW5kKfYiF6S2mCqGbJRF4eVWWaIsH-1-BVaDgCz4qEVkWrQqIi6q1o0XwQ3yuohDmhiaeGUjWMQsxKb9B8V40QWf7EGCn_ca8-E9fTKU02f_O2rdyfXzW1jvuoHFHemGgKFBC9Pj9RA/s1600/2023%20(8).jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1200" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhDnRZtevOy3BmRYT2pNhBxcpJDS9My6YtzKkWHnVWz7NUs0fE_mW5kKfYiF6S2mCqGbJRF4eVWWaIsH-1-BVaDgCz4qEVkWrQqIi6q1o0XwQ3yuohDmhiaeGUjWMQsxKb9B8V40QWf7EGCn_ca8-E9fTKU02f_O2rdyfXzW1jvuoHFHemGgKFBC9Pj9RA/s320/2023%20(8).jpeg" width="240" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kanguru!</td></tr></tbody></table>Di tengah-tengah perjalanan ke beberapa daerah itu, tak lupa
aku juga <i>travelling</i> solo atau duo ke sekitaran Jakarta, Bogor, Sumedang,
dan Kota Bandung. Kalau untuk ini, perjalanan yang banyak kutempuh adalah
perjalanan rohani dan spiritual. Misalkan, di awal-awal Desember, usai dari
Merauke, pagi-pagi aku nyetel lagu Utha Likumahua berjudul “Sesaat Kau Hadir”.
Lalu tiba-tiba entah seperti dapat wangsit darimana, lagu yang bagiku terdengar
sangat transenden itu seperti mengundangku secara langsung untuk mengunjungi
makam beliau. Berikut lirik lagu beliau yang bagiku terasa mengena:<p></p>
<p class="MsoNormal"><i>Diri-Mu hadir</i></p>
<p class="MsoNormal"><i>Bagaikan sinar menerangi jalanku</i></p>
<p class="MsoNormal"><i>Kau tunjukkan arah mana yang kini harus kutempuh</i></p>
<p class="MsoNormal"><i>Agar diriku tak sesat lagi seperti dulu</i></p>
<p class="MsoNormal"><i> </i></p>
<p class="MsoNormal"><i>Bersama bayangan-Mu kasih</i></p>
<p class="MsoNormal"><i>Seakan-akan kuterjaga dari mimpi-mimpi</i></p>
<p class="MsoNormal"><i>Dari kehidupan yang semu dan melenakanku</i></p>
<p class="MsoNormal"><i>Membuat kuterlupa akan segala-galanya</i></p>
<p class="MsoNormal"><i> </i></p>
<p class="MsoNormal"><i>Hari ini hari ini</i></p>
<p class="MsoNormal"><i>Aku mencoba berdiri dan melangkah lagi</i></p>
<p class="MsoNormal"><i>Bila esok sinar mentari pagi kan bersinar lagi</i></p>
<p class="MsoNormal"><i>Aku kan menuju cita-cita yang pasti</i></p>
<p class="MsoNormal"><i>Yang pasti</i></p>
<p class="MsoNormal"><i>.........</i></p>
<p class="MsoNormal">Setelah mencari informasi yang cukup dari internet, aku
menemukan jika Pak Utha dimakamkan di TPU Cipaku, Bogor. Pagi-pagi dengan
kondisi yang sebenarnya masih lelah dari Papua, aku naik KRL dari Juanda ke
Bogor. Pas sampai Depok aku harus berputar lagi karena salah kereta, KRL tak
sampai Bogor dan aku menunggu lama, alhasil aku merelakan 4 jam les IELTS ku di
Ultimate Education yang kantornya di Gedung Sampoerna Strategic Square, Karet
Semanggi. Sesampai di Stasiun Bogor, aku langsung pesan Go-Jek ke TPU Cipaku.
Sesampainya di sana, ternyata makamnya sangat luas berhektar-hektar, ada yang
diurus Pemda dan ada yang diurus swasta (yayasan). Pemakaman ini juga makam
khusus Nasrani.</p><p class="MsoNormal"></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5s2DLaV-BxTYvM8IMxjKW6iddS48i-WxmZSVjOohtT3EYJBnDFeXshFQxCjna-DKyNdRaR_VsCGSJBmqKixNjlU4B0exGBntTAMyQ-zPmEoTRUaBSBeufuZFksfzdjMpAHvmaZZlt2xfrwh3qs396KROZXjMe77hPpzDga-tBh_AT18Rl7aBT425r58Q/s4160/Ultimate%20Education%20(4).jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3120" data-original-width="4160" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5s2DLaV-BxTYvM8IMxjKW6iddS48i-WxmZSVjOohtT3EYJBnDFeXshFQxCjna-DKyNdRaR_VsCGSJBmqKixNjlU4B0exGBntTAMyQ-zPmEoTRUaBSBeufuZFksfzdjMpAHvmaZZlt2xfrwh3qs396KROZXjMe77hPpzDga-tBh_AT18Rl7aBT425r58Q/s320/Ultimate%20Education%20(4).jpg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Tempat belajar IELTS<br /></td></tr></tbody></table>Aku langsung mencari orang-orang yang mengurusi makam, aku
ketemu seorang mas-mas gitu yang sedang bersihin makam, tapi dia gak tahu
makamnya Pak Utha. Lalu laki-laki tua yang tak lain bapaknya si mas-mas itu
datang, menunjukkan aku di mana bloknya yang berada di tepi sungai yang kiri
kanannya pohonan rimbun. Aku jalan sendiri dan ternyata aku <i>ndredeg </i>dan
takut saat itu. Ada seorang ibu yang menangkap kebingunganku, yang diikuti
seorang bapak yang tak terlalu tua mengantarku sampai di makam Pak Utha. Ternyata
makam beliau banyak sekali alang-alang, rumput, dan tanamannya.<p></p>
<p class="MsoNormal">Sebab ibu yang mengantarku sudah pergi, tinggal bapak itu
yang nemeni, aku memintanya untuk membersihkan makam Pak Utha. Kami terlibat
tawar menawar harga. Akhirnya Bapak bersedia, suasana di situ saat itu
kurasakan lumayan angker, karena blok itu pinggir sungai, tanahnya rendah di
banding blok lain. Terus ada pohon besar juga di tanah blok atasnya yang juga
terlihat wingit. Untungnya Bapak yang membantu membersihkan orangnya baik dan
meredakan semua ketakutanku. Sungguh saat itu aku merasa, aku tak mau sendiri,
rasanya aku ingin sekali ada sahabat yang menemaniku. Aku keingat seseorang,
dan rasanya aku ingin sekali dia ada di sampingku, menemaniku, itu aja. Entah
saat itu rasanya sangat sentimental dan aku pengen nangis. Padahal cuaca saat
itu juga baik, tak begitu panas, agak mendung karena mau hujan.</p><p class="MsoNormal"></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8gLoQiRw3ONry6ohM1oURJ0Y4NQUvviZoHYpv6z01cLKgUAkcpWY-m0NfXOw2VV-OyLpBb73i45vsCbAD4pbX-H-EfuqxIeq531CbHMKmB77WaYOmKXUYHjq0jn7913tp4X4rKkmJZCWjIKU2Nt-UoCjbAXuv3E3Rfye419MGdAFuGLy3fRz1AS2eF80/s1600/2023%20(10).jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1200" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8gLoQiRw3ONry6ohM1oURJ0Y4NQUvviZoHYpv6z01cLKgUAkcpWY-m0NfXOw2VV-OyLpBb73i45vsCbAD4pbX-H-EfuqxIeq531CbHMKmB77WaYOmKXUYHjq0jn7913tp4X4rKkmJZCWjIKU2Nt-UoCjbAXuv3E3Rfye419MGdAFuGLy3fRz1AS2eF80/s320/2023%20(10).jpeg" width="240" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Makam Pak Utha Likumahua setelah dibersihkan<br /></td></tr></tbody></table>Sambil membersihkan, Bapak yang kupanggil Bang (ikut-ikutan
orang Jakarta) itu menceritakanku tentang banyak hal. Dia bercerita makam Pak
Utha sudah jarang dikunjungi, terakhir saat Covid-19. Tapi seingatku bilang,
dirinya bermimpi untuk membersihkan makam yang dekat sungai, dan kejadian hari
ini. “Saya mimpi begitu, dan ini sedang membersihkan. Neng nanti juga akan
jarang lagi datang kesini, iya kan?” tanyanya yang belum kupahami sepenuhnya.
Maksud beliau, setelah kedatanganku hari ini ke TPU Cipaku, ke depan belum bisa
dipastikan aku akan datang lagi. Aku pun mengiyakan.<p></p>
<p class="MsoNormal">Lalu kami terlibat obrolan yang cukup serius, aku bertanya
kebingungan, “Bang, aku kan Islam, Pak Utha ini enggak, doanya bagaimana ya?”</p>
<p class="MsoNormal">“Ya gak bakal nyampai Neng. Kata Pak Ustad begitu, meski itu
orangtua kita kalau gak seagama doanya ya gak bakal nyampai.”</p>
<p class="MsoNormal">“Kata ustad siapa Bang?”</p>
<p class="MsoNormal">“Lupa. Saya kan pernah ziarah ke makam wali-wali juga,
Neng.”</p>
<p class="MsoNormal">“Lha terus bagaimana, Bang?”</p>
<p class="MsoNormal">“Ya, bagaimana ya.”</p>
<p class="MsoNormal">Tak ada jawaban dari Abangnya, dan pertanyaan itu kubawa
sampai pulang dan sampai sekarang. Namun aku tetap berdoa melalui jalur
kemanusiaan. Kita sama-sama manusia meski berbeda alam, dan aku mendoakannya
sebagai manusia yang hidup kepada manusia yang telah tiada. Doaku adalah doa
kemanusiaan.</p>
<p class="MsoNormal">Tanpa diminta si abang pun menceritakanku terkait beberapa
makam yang sempat menjadi pembicaraan di TPU Cipaku. Salah satunya makam
Hilarius Christian Event Raharjo, remaja korban kekerasan adu gladiator antar
sekolah SMA di Bogor. Ibunya tak terima dan kirim surat ke Pak Presiden Jokowi
di Facebook, surat itu viral, dan dilangsungkanlah autopsi, ketemu siapa
pelakunya dan dipenjara. Sebab masih di bawah umur, kurungannya pun tak seperti
diharapkan. Jujur aku sangat sedih baca kisah dramanya di internet. Bisa-bisanya
hal seperti itu ada di sekolahan! Abangnya pun mengantarku ke makam Hilarius
yang tanahnya lebih rendah lagi, dan bisa langsung lihat sungai yang gelap itu.</p>
<p class="MsoNormal">“Pas meninggalnya dia, satu sekolahan datang, terus pas
ziarah pun sekelas datang,” kata si abang. Makam Hilarius sederhana.</p><p class="MsoNormal"></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjIPPdzF1ZYRGhSekHRUHx3TKZEMxwbm2IfUVmhJlxfFb9XEJVn4-JwzxI8nOiQm1EyFzzfXs53py-QZrCHTs7k87ApZUBGKpCbvsPP2_Da2F_1g74MjltllyfzJkmQyNhYq3xkNRAn900VJFsqJE18mGvKkpLMZJY8znzrT3VB4iyq0Hhf_BaAnlVgzs0/s1600/2023%20(11).jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjIPPdzF1ZYRGhSekHRUHx3TKZEMxwbm2IfUVmhJlxfFb9XEJVn4-JwzxI8nOiQm1EyFzzfXs53py-QZrCHTs7k87ApZUBGKpCbvsPP2_Da2F_1g74MjltllyfzJkmQyNhYq3xkNRAn900VJFsqJE18mGvKkpLMZJY8znzrT3VB4iyq0Hhf_BaAnlVgzs0/s320/2023%20(11).jpeg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Abang yang bantu-bantu bersihin makam<br /></td></tr></tbody></table>Lalu si abang mengantarku ke makam-makam yang lain, seperti
makam oma/opa Ahmad Dhani; Friederich Silaban arsitek yang buat Masjid
Istiqlal, GBK, dan Monas; sampai pendeta-pendeta, Romo, dan bruder-bruder yang
setelah kucari namanya berasal dari Sekolah Budi Mulia. <p></p>
<p class="MsoNormal">Usai dari dari TPU Cipaku, aku berjalan kaki menuju Makam
Mbah Dalem Batu Tulis. Jaraknya sekitar satu kilometer menanjak. Sebelum sampai
ke sana, di jalan aku ketemu makam lain. Makam Mbah Batu Tulis ini warna
dominannya hijau, di dalamnya ada juru kunci perempuan, tampak sibuk membaca
doa. Aku yang seperti perlu diajari sopan santun dalam berfoto langsung ditegur
sama si juru kunci, “Ini bukan TMII, ini makam, gak boleh foto sembarangan,”
katanya langsung membuatku tertunduk dan bersimpuh tak jauh darinya, tepat di
makam Mbah Batu Tulis yang berbau setanggi. Aku pun diberinya nasihat dan
setelah itu berdoa.</p><p class="MsoNormal"></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhjEpY1KrqdtdfdfjnLT0ms5FoV0vKyJ9Pyr55nOcVnU9ELGRAJ1xsoUGeAYoW-TRBj7YXB_-OqItGJcdi-XC7DyuANV9DYiuE2qAPK4opOqwqvn58mdMMjaDLAKrcH0wwXvvvwGhjVlcmqCWDE2Yv48I_CtSEO0H0uC1rj7C81SotHbO-iEEboz5akEZ4/s1600/2023%20(12).jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhjEpY1KrqdtdfdfjnLT0ms5FoV0vKyJ9Pyr55nOcVnU9ELGRAJ1xsoUGeAYoW-TRBj7YXB_-OqItGJcdi-XC7DyuANV9DYiuE2qAPK4opOqwqvn58mdMMjaDLAKrcH0wwXvvvwGhjVlcmqCWDE2Yv48I_CtSEO0H0uC1rj7C81SotHbO-iEEboz5akEZ4/s320/2023%20(12).jpeg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Makam Mbah Batutulis<br /></td></tr></tbody></table><br /><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjAnilQzuLctwjYTZcCjd1KcbXiWOGPaQ6iPl3MDlCZElJ5Mzr0lnCerPsq-nmFMWNGy8Z5ATUc5r4LrYO_QvJVausp8iNVPWQ861qoPeRd2b-8HXrdL8kUbu3gS9OVxwBmfG_KxLOLMEh7gpY2KAaK3AjMITzo8C0qGvy3qT-y6um__qewwSmz2JfnuG8/s1600/2023%20(13).jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjAnilQzuLctwjYTZcCjd1KcbXiWOGPaQ6iPl3MDlCZElJ5Mzr0lnCerPsq-nmFMWNGy8Z5ATUc5r4LrYO_QvJVausp8iNVPWQ861qoPeRd2b-8HXrdL8kUbu3gS9OVxwBmfG_KxLOLMEh7gpY2KAaK3AjMITzo8C0qGvy3qT-y6um__qewwSmz2JfnuG8/s320/2023%20(13).jpeg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Begini suasana Bogor kala itu<br /></td></tr></tbody></table>Usai berdoa, juru kunci memintaku kalau bawa botol
dimintanya mengambil air di sebuah kentongan gerabah. Katanya airnya sudah
didoakan dan mempunyai khasiat ini serta itu. Air itu boleh untuk mandi atau
diminum langsung. Tak selang beberapa lama, aku mengambil air tersebut, kemudian pamit sambil memberi derma
semua sisa uang yang kupunya. <p></p>
<p class="MsoNormal">Pas jalan mau pulang ke Jakarta, sore itu aku lapar
sedangkan uangku habis. Akhirnya aku makan di semacam KFC KW 12 tak jauh dari
Stasiun Batutulis. Waktu itu pesan nasi <i>bowl</i> ayam, cilok, dan es teh, bayar pakai Q-RIS.
Karena sambelnya kepedesan, sedangkan perutku sebenarnya tak kuat pedas, es ku
pun langsung cepat habis. Kecepatan minuman dan makanan bagaikan deret hitung
dan deret ukur, kok rumit ya, gitulah intinya. Nah, pas esku habis, sedangkan
makananku masih belum habis, ada air botol dari makam itu di depanku, yaudah, karena
kata Mbah boleh diminum, akhirnya <i>kusok</i> di gelas. Beberapa menit
kemudian malapetaka itu datang, tenggorokanku sakit, sampai kos aku demam,
sakit tenggorokan, diikuti batuk, pusing, <i>nggreges</i>, sampai kurang lebih
dua minggu. Aku diminta untuk benar-benar istirahat.</p><p class="MsoNormal"></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjKKXGNd28ifjM7wNugmnMFCNHHkZOEC82qmTJxplp-sVtQGnBbPFHoBXioPw6caXr5-6hnZyBOo5VYWM0Rjv-HcX_wqrZQJ7-yz-h4HPRdwa6AGNwO76FPe4ZcqwIdp1bu0482lVVzc3XVystx5GoCFgl-26eNJQvo_cjw8fgOMMfrQAL5c0A3Za2BDVw/s1600/2023%20(14).jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjKKXGNd28ifjM7wNugmnMFCNHHkZOEC82qmTJxplp-sVtQGnBbPFHoBXioPw6caXr5-6hnZyBOo5VYWM0Rjv-HcX_wqrZQJ7-yz-h4HPRdwa6AGNwO76FPe4ZcqwIdp1bu0482lVVzc3XVystx5GoCFgl-26eNJQvo_cjw8fgOMMfrQAL5c0A3Za2BDVw/s320/2023%20(14).jpeg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Nikahan Niam & Nisa, di samping Nisa ada Ayu adiknya Fitri<br /></td></tr></tbody></table>Mengakhiri perjalanan luar kotaku, tanggal 31 Desember
2023-1 Januari 2024, aku ke Pemalang-Tegal dalam rangka datang ke pernikahan
Niam dan Nisa. Niam sudah kuanggap seperti adik sendiri di Arena. Niam dan Nisa sama-sama
anak persma, sama-sama wartawan (Kompas dan CNN), dan sama-sama suka baca
sampai salah satu bingkisan dekat mahar buku “Orientalisme” karya Edward Said.
Di rumah Nisa tak kusangka ketemu sama Ayu (teman dekat Nisa) yang ternyata
adiknya si Fitri Wahyuningsih, anak Persma Teknokra Universitas Lampung (Unila)
yang kutemui di acara Jelajah Wisata 1.000 Jurnalis di Palangkaraya, Kalimantan
Tengah. Dunia begitu sempit.<p></p>
<h3 class="MsoNormal" style="text-align: left;"><b>Selesai dengan Cinta-Cintaan yang Melelahkan</b></h3>
<p class="MsoNormal"><i>She doesn't know who he is</i></p>
<p class="MsoNormal"><i>No, she doesn't know what he's up to</i></p>
<p class="MsoNormal"><i>Her heart gets broken every time, every time</i></p>
<p class="MsoNormal"><i>She doesn't know who he is</i></p>
<p class="MsoNormal">—“Everytime”, Boy Pablo</p>
<p class="MsoNormal">Penyanyi asal Chili yang saat ini menetap di Norway, Boy
Pablo jadi artis yang lagunya paling banyak kudengar tahun ini. Meski paling
banyak kudengar, penyanyi paling favorit di hatiku masih dihuni oleh baginda
Akeboshi, wkwk. Nada-nada lagu Boy khususnya yang di album “Wachito Rico”, “Soy
Pablo”, dan “Roy Pablo” aku suka. Kalau dianalisis secara lirik, liriknya gak
seprogresif Radiohead sih, aku suka Boy karena efek <i>chill </i>dan <i>relax </i>yang
dinyanyikannya. </p><p class="MsoNormal"></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh6UWO4dgWX1SmGEuj97zUMLCRgtdQTCr3-BayEBmAeimxOqYjZDILFhSOHz714osiVaPm1WszmBXFFzYbWAz_gxiPJHfR0q2VHNcZe10jFS_ZyX4dbcFH6n36_kP_4A7fcV-mBh1X0n8KAJo4miF5N7ouHacsD4YGUMv043LSVUnU8e0AVXv5orGqsEnY/s1599/Spotify.jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1599" data-original-width="899" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh6UWO4dgWX1SmGEuj97zUMLCRgtdQTCr3-BayEBmAeimxOqYjZDILFhSOHz714osiVaPm1WszmBXFFzYbWAz_gxiPJHfR0q2VHNcZe10jFS_ZyX4dbcFH6n36_kP_4A7fcV-mBh1X0n8KAJo4miF5N7ouHacsD4YGUMv043LSVUnU8e0AVXv5orGqsEnY/s320/Spotify.jpeg" width="180" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Thanks BP!<br /></td></tr></tbody></table>Lagu BP itu kayak panasea yang bisa menghilangkan sakit
dengan cepat, terutama masalah cinta-cintaan. Kalau dari lagu BP yang
kutangkap, semisal kamu masih sakit hati sama orang yang kamu cintai, ya
berarti kamu belum kenal dia, lebih buruk lagi, kamu tidak mengenal dirimu
sendiri.<p></p>
<p class="MsoNormal">Memasuki umur menuju 31 tahun ini, aku sudah tak se-<i>excited</i>
itu lagi menemukan jodoh atau membicarakan pernikahan. Masa-masa itu bagiku
sudah selesai. Aku mulai sadar kebutuhan utamaku adalah sahabat, bukan suami.
Apa gunanya suami kalau gak bisa jadi sahabat dan diajak kerja sama? Unsur
cinta juga bukan hal prioritas dalam hidupku, meski akan menjadi prioritas bagi
hidup orang lain.</p><p class="MsoNormal"></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEihKc7P1zHqQwHQKyyFeJDOOAAd9tti9WH-e551a5Ca-iASpDnwOBtu-0MVrkfv9uV589imJZz8UW3N35EopCeye7X6gKUq58Tz9N9v4JEjcuPWORrh98H_mCOHJTwKSdf72SAAN6v7LfnlwUFq5nnI_GQB1pXOFirQFTf8XHxtaIbhdBkYdARQvTLJ11s/s1462/Isma%2030th.jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="975" data-original-width="1462" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEihKc7P1zHqQwHQKyyFeJDOOAAd9tti9WH-e551a5Ca-iASpDnwOBtu-0MVrkfv9uV589imJZz8UW3N35EopCeye7X6gKUq58Tz9N9v4JEjcuPWORrh98H_mCOHJTwKSdf72SAAN6v7LfnlwUFq5nnI_GQB1pXOFirQFTf8XHxtaIbhdBkYdARQvTLJ11s/s320/Isma%2030th.jpeg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Perayaan umur 30 tahun bersama Keluarga Kos Pak Mamat<br /></td></tr></tbody></table>Berurusan dengan hati itu bagiku sangat melelahkan. Sebagai
orang yang waras dalam mencintai, aku memilih cinta yang sehat. Aku menilai
kualitas cinta juga dari usahaku dan usahanya yang bertemu, karena cinta bukan
cuma kata. Jika tak ada usaha, ya sudah, tinggalkan. Orang akan datang dan
pergi, <i>it’s okay</i>.<p></p>
<p class="MsoNormal">Meski Boy Pablo bernyanyi kembali:</p>
<p class="MsoNormal"><i>Should've stayed at home</i></p>
<p class="MsoNormal"><i>And searched, "How to date" on Chrome</i></p>
<p class="MsoNormal">Wkwk, pas baca lirik itu rasanya pengen tertawa, liriknya
sesuai zaman. Tahun ini aku sudah benar-benar selesai bermain aplikasi kencan,
lebih dari 20 orang yang aku temui di aplikasi ini hingga ratusan orang secara <i>chatting
</i>telah memberiku banyak pelajaran terkait cinta, mencintai, dicintai.
Ketergantungan pada seorang pria bukanlah natural atau sifat alamiahku. Jika
aku menggoblokkan diri untuk bersikap <i>clingy </i>tentu itu akan membunuh
diriku sendiri. Beberapa orang di aplikasi kencan yang kami pernah dekat juga
ada yang sudah menikah, dan aku mengucapkan selamat kepadanya. Semoga langgeng
dan samawa.</p><p class="MsoNormal"></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8wmZiJwkZkOLFfDT7CoHD9xiVsOIpHhkrmBp1jb8dbnIIAWHrADKu0-X9XvqijiIDBejR9ywJxnv587qIpgmSvE4CXegouSXCkZbjZt9jhcObC5VdqsaxfFnQ7qLy08yaex3UUeoAeKBQphe57X_qpw4uwP6p6WpwMsxkg1Sr7wPlzNBCpdxyLKjE2hE/s900/Erich%20Fromm.jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="900" data-original-width="720" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8wmZiJwkZkOLFfDT7CoHD9xiVsOIpHhkrmBp1jb8dbnIIAWHrADKu0-X9XvqijiIDBejR9ywJxnv587qIpgmSvE4CXegouSXCkZbjZt9jhcObC5VdqsaxfFnQ7qLy08yaex3UUeoAeKBQphe57X_qpw4uwP6p6WpwMsxkg1Sr7wPlzNBCpdxyLKjE2hE/s320/Erich%20Fromm.jpeg" width="256" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Manut Mbah Erich Fromm<br /></td></tr></tbody></table>Seseorang meramalkanku jika aku akan menikah di tahun ganjil
dan bertemu jodoh di tahun genap rasanya juga hanya menjadi latar saja, hehe.
Aku lebih baik hidup sendiri tapi bisa melakukan semua hal yang kusukai,
daripada aku menikah tapi menderita. Standar wajib minimal yang kuterapkan pada
seorang laki-laki adalah dia tak pernah menyakitiku. Jika sudah ada tanda
menyakiti (entah jiwa, hati, fisik), aku dengan senang hati akan mundur tanpa
diminta.<p></p>
<h3 class="MsoNormal" style="text-align: left;"><b>Penutup</b></h3>
<p class="MsoNormal">Selama tahun 2023, banyak hal terjadi. Satu per satu mimpi
yang berkenaan dengan materi terkabul, aku bisa menabung, membeli merk laptop
dan tablet yang kuinginkan, membeli pakaian yang kinginkan, mengirimi
orangtua dengan jumlah yang kumau, membantu biaya adik, les bahasa,
berderma, hingga membeli banyak buku tanpa melihat harga. Meski masih ada mimpi
besar yang sangat-sangat ingin kuwujudkan: membangun rumah saya sendiri
dengan bantuan arsitek. Aku ingin mengonsep rumah itu dengan fasad, denah,
fungsi, desain interior, <i>furniture</i>, ukuran, lokasi, dan filosofiku
sendiri. Satu ruang wajib yang tak bisa diganggu gugat adalah perpustakaan, aku ingin membuatnya senyaman mungkin. Perpustakaan itu surga saya, itu
kebebasanku.</p><p class="MsoNormal"></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjI102PZWTALVMz1xUHUL98AeHrXC8ltOT3gIrawxpU8-1EU0SwbaVbtWsvZhuUr9VZz94cB15NvIres4MX-qL3zXTfTZS_yBSQ6iP3LRpalXxOIB1PQtAQ_21EiUnAFTy8HGsvh9Qh5adBqZTykAUPUc_36svTYPfex8Yc_QSZwd6-1Rkv1RZPs5l0uZs/s1897/Mande.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="806" data-original-width="1897" height="170" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjI102PZWTALVMz1xUHUL98AeHrXC8ltOT3gIrawxpU8-1EU0SwbaVbtWsvZhuUr9VZz94cB15NvIres4MX-qL3zXTfTZS_yBSQ6iP3LRpalXxOIB1PQtAQ_21EiUnAFTy8HGsvh9Qh5adBqZTykAUPUc_36svTYPfex8Yc_QSZwd6-1Rkv1RZPs5l0uZs/w400-h170/Mande.jpg" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Manifesting aja dulu<br /></td></tr></tbody></table>Bercerita terkait kegagalan-kegagalan, banyak juga, seperti
naskah bukuku berhenti di tengah jalan. Aku punya lebih dari satu <i>draft</i>
buku yang mestinya jadi tahun ini ternyata belum sempat kurealisasikan. Lalu,
aku sudah banyak uji coba tes IELTS lebih dari lima kali dan hasilnya belum
sampai di skor yang kumau. Jujur, aku tak ingin terlihat bodoh saat tes aslinya
berlangsung. Menjadi bodoh dan plonga-plongo itu menyedihkan.<p></p>
<p class="MsoNormal">Lainnya, ada seorang teman yang gak kukenal dekat
membandingkan hidupku dengan teman dekatku yang lain, mengatakan jika hidup
temanku lebih baik, lebih berhasil, dan lebih sukses dariku. Aku tahu ucapannya
menjatuhkan, dan sempat membuatku menangis, tapi setelah kupikir-pikir, aku tak
perlu membandingkan diriku dengan siapa pun. Urusan perbandingannya ya biar
urusan dia. Membandingkan diri akan mengikis berbagai <i>feature </i>khas yang
kupunya. </p>
<p class="MsoNormal">Pencapaian-pencapaian lainnya, aku bisa menjalin obrolan
mendalam dengan orang lain terkait hidupku dan hidup mereka. Bagiku ini
lonjakan <i>skill</i> komunikasi yang perlu kuapresiasi sebagai orang yang
terlalu introver dan sangat pilih-pilih orang kalau bercerita. Sampai ada
seorang teman yang bilang, ke aku saat aku bilang, “aku susah dekat sama orang,
apalagi cowok,” kataku. Terus dia bilang, “jangankan cowok, cewek aja kamu
pilih-pilih.” Jleb, kok iya kalau dipikir-pikir, wkwk. Pencapaian lainnya,
alhamdulillah masih bisa nulis di Remotivi dan beberapa <i>website </i>lain.
Tahun ini juga rekor terbanyak aku nonton entah di bioskop atau di Netflix,
bisa baca banyak buku, dan perlahan menemukan arti hidupku sendiri.</p><p class="MsoNormal"></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjA28S6QFjaLxmRnzoTZf4nCNd8okrPO_dyRWc4NSbTLost9NXRyoNYTgVUf0hbWR8nrc-GUEwCE8ypAMrtYQ0sNUbRMfQn7qfexYppTFPmhXaJdK3jGst4d2-sVtpV31Vz0a6gKFOIj8JkwWlMXg7ZBoIFNLgCAskBm_4dUyO1o3KJgYimKMJEpoAijwk/s4160/Sarangan%20(97).jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3120" data-original-width="4160" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjA28S6QFjaLxmRnzoTZf4nCNd8okrPO_dyRWc4NSbTLost9NXRyoNYTgVUf0hbWR8nrc-GUEwCE8ypAMrtYQ0sNUbRMfQn7qfexYppTFPmhXaJdK3jGst4d2-sVtpV31Vz0a6gKFOIj8JkwWlMXg7ZBoIFNLgCAskBm_4dUyO1o3KJgYimKMJEpoAijwk/s320/Sarangan%20(97).jpg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Alif dan ibunya saat kami sekeluarga ke Sarangan<br /></td></tr></tbody></table>Tahun ini tentu banyak perubahan pula dengan orang-orang di
sekitarku, semisal Farid tim rilis liputan sudah keluar dari Kemendagri dan
pindah ke AJI. Kata Pak Aang atasanku, gak papa keluar, asal bisa membuatmu
lebih kaya dan sejahtera, kalau tidak jangan. Teman-teman di Islam Bergerak beberapa
masih melanjutkan pendidikan mereka di Belanda, Pimred kami Mbak Rizki mau lahiran lagi
(anak dan buku). Ponakanku Alif juga sudah sekolah tahun ini, hehe.<p></p><p class="MsoNormal"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh9oQ1Pi145ru2i8gpWFbsZQnNiIYi1DMJqRUCbNwuGtZOk3Hk-pw00ukgJ9uK_FKFEkAtq0o_024rlVTKfGC7I6I3aVwzuEKESio1gjlslv7UPMHL6ysCqJc6bd4-KEhI2xhbzc8a9KGUy3H13G6fRvTt1-lmbhC9ALYGGpMLI8xgmJCuEDSZoMKXjmtY/s1600/2023%20(1).jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1200" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh9oQ1Pi145ru2i8gpWFbsZQnNiIYi1DMJqRUCbNwuGtZOk3Hk-pw00ukgJ9uK_FKFEkAtq0o_024rlVTKfGC7I6I3aVwzuEKESio1gjlslv7UPMHL6ysCqJc6bd4-KEhI2xhbzc8a9KGUy3H13G6fRvTt1-lmbhC9ALYGGpMLI8xgmJCuEDSZoMKXjmtY/s320/2023%20(1).jpeg" width="240" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Bersama kolega kantor di Sate Senayan Menteng<br /></td></tr></tbody></table><p>Sama, hal random yang kualami tahun 2023 di antaranya, suatu
hari pas aku ke Taman Surapati di Menteng, ada sepasang kekasih yang malah
milih duduk satu bangku denganku, nah otomatis aku dengar semua obrolan mereka
kan. Nah, obrolan si cowok itu kebanyakan filosofis gitu. Di antara yang
kuingat, orang bijak itu biasanya ngomongnya gak cepet, dengan
alasan-alasannya. Persahabatan yang tulus itu juga dijabarin kriterianya. Terus
dia sebagai anak UIN bangga, karena gak cuma belajar dunia tapi juga akhirat. </p><p></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgjqVG2om-hoPfoc6OTfWQiSZMRCR2RyqbhD_rs1RMNIUfGqqtqjZAQ6UHOwr6Xvn4nQX3VRzsNhH6tINJ8JwDBHBknBpdgiu5dISP_JgGgzj7FNM5hnB8nlG1qBJBL3fw-oVVYTP1N1fUjtyZVgUExQIz5-zOv69wcChvdMYlvJxo3d5OgpNvzAF5Qcm4/s4160/Balikpapan%20(94).jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3120" data-original-width="4160" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgjqVG2om-hoPfoc6OTfWQiSZMRCR2RyqbhD_rs1RMNIUfGqqtqjZAQ6UHOwr6Xvn4nQX3VRzsNhH6tINJ8JwDBHBknBpdgiu5dISP_JgGgzj7FNM5hnB8nlG1qBJBL3fw-oVVYTP1N1fUjtyZVgUExQIz5-zOv69wcChvdMYlvJxo3d5OgpNvzAF5Qcm4/s320/Balikpapan%20(94).jpg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Seluas langit<br /></td></tr></tbody></table><p></p><p></p><p class="MsoNormal">Doaku di tahun 2024, yang pasti dan utama aku ingin terus
sehat, ingin waras lahir dan batin. Hubunganku dengan Allah SWT (Mahabesar Dia
dan Mahatinggi) semakin kuat, tak mau mengandalkan dan bersandar pada manusia
lagi. Penyakit ibuku bisa sembuh, keluargaku bahagia, kawan-kawanku sejahtera. Semoga
dunia intelektual, emosional, dan spiritualku seimbang, aku dikelilingi oleh
orang-orang dan sesuatu yang hidup. Tentu senantiasa, aku masih ingin selalu
jadi manusia yang berjiwa seluas langit dan laut. Aamiin.</p><p class="MsoNormal">Petojo Enclek XI, Jakarta Pusat, 31 Desember 2023 – 2 Januari 2024</p>
Isma Swastiningrumhttp://www.blogger.com/profile/05536645550639669153noreply@blogger.com2