Selasa, 07 Januari 2014

Miskin Itu Menyakitkan


Rasanya tuh kayak kelempar dari jurang sedalam 100 meter, jatuh ke buaya yang menguapkan mulutnya, tapi ke sambar ke planet merkurius.. Ah lebai..
Ngerasa ketampar dan sedih aja dengan kata-kata ini:

“Kalau Anda terlahir miskin, itu bukan salah Anda. Kalau Anda meninggal miskin, maka itu kesalahan Anda”

Aku sering ngrasain gimana rasanya hidup miskin. Sekarang aja contohnya.. uang saku dari bapak habis. Di kotak pensilku cuma ada 200 perak. Tapi aku bersyukur masih punya simpanan beras di kos, meski lauk se-ada-nya. Mungkin harus dibiasakan meniru budaya orang Iran yang tahan kelaparan. Kata dosen pancasila aku, Iran itu lebih milih kelaparan daripada ngutang ke luar.

Miskin. Aku benci miskin. Sering disio-sio. Ditaruhnya di paling sudut, kalau perlu kagak usah kelihatan. Miskin harta, miskin ilmu, miskin ketrampilan, miskin pengalaman, miskin sosialisasi… itu menyakitkan.

*Ditulis saat perut kelaparan dengan wi-fi gratisan di lantai 1 fakultas saintek dan ia mengkhayal nanti jadi orang yang kaya raya

Yogyakarta, 7 Januari 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar