Kamis, 29 Mei 2025

The Chronicles of Narnia Part 6: The Silver Chair (Kursi Perak)

Buku ini kuselesaikan dengan relatif singkat, cukup ekspres aku membacanya. Banyak imajinasi segar meski menurtku kadar imajinasinya masih kalah dengan seri kelima. Namun di sini aku hidup, aku terlibat, aku benar-benar iri bagaimana CS Lewsi bisa membuat pembacanya terlibat, bukan sebagai turis yang membaca cerita. Kemampuan ini yang kupelajari betul darinya, sehingga hari Selasa lalu aku memutuskan untuk membeli tujuh bukunya yang lain via Shophee.

Seperti biasa, aku akan menceritakan ulang apa yang kutangkap dan aku pahami dari buku ini kepadamu. Jika dulu aku merujuk "kepadamu" ini umum, maka aku khususnya, yang kumaksud "mu" di sini adalah CS Lewis langsung, jadi aku akan menulis tulisan ini untuk CS Lewis. Aku akan membayangkan dia juga membaca tulisan ini dan mengapresiasinya, dia bisa setuju, tidak setuju, dll, jika dia masih hidup, tentu aku akan sangat senang ngopi seminggu sekali bercerita tentang tulisan fantasi yang kutulis atau dirinya tulis. Oh, iya, aku baru juga menyelesaikan buku biografinya di buku berbahasa Inggris, semoga sempat kutliskan juga. Okay, kembali ke CS Lewis dan Narnia bagian enam.

Hai Pak, hai Sir, setelah aku membaca buku ini, aku punya imajinasi lain tentang negeri di bawah tanah, terutama para gnome dan earthman. Kau juga mengulang kembali situasi gelap, hitam total, yang ketika membuka atau menutup mata tak bisa dibedakan. Aku tak begitu tahu tujuan pastinya, tapi kalau boleh kumenebak, ini pertanda dosa yang sebenarnya dengan ketetapan dan kesadaran, kita bisa keluar darinya dan menuju pencerahan. Atau seperti kutipan yang kubaca di halaman x terbitan Gramedia (entahlah, aku belum bisa menemukannya, nanti aku kembali). Oh, mungkin ini, di halaman 234, mengutip penyihir:

"Kau sudah melihat lampu, jadi kau membayangkan lampu yang lebih besar dan bagus dan menyebutnya matahari. Kau sudah melihat kucing, dan sekarang kau ingin kucing yang lebih besar dan bagus, dan itu kau sebut singat ... Dan lihat saja bagaimana kalian tidak bisa mengembangkan imajinasi kalian tanpa mencontohnya dari dunia nyata..." Kalimat ini menarik, Sir, menarik banyak ruang imajinasi yang belum kuolah betul dari kenyataan yang tampak apa adanya. Tak hanya mengembangkan, kurasa manusia juga bisa membuat aneka kemungkinan terhadapnya, plus, minus, kali, bagi, pangkat, dst.

Aku akan memulainya dengan karakter ya Pak. Di sini ada beberapa karakter utama: Eustace Schrubb yang kubayangkan seperti artis Kevin Julio saat kecil, lalu ada Jill Pole yang kubayangkan diriku sendiri (aku juga ingin ikut Sir), Puddleglum (marsh-wiggle, sejenis kodok menyerupai manusia, yang kubayangkan wajahnya seperti ilustrasi yang dibuat Pauline Baynes di bukumu), Pangeran Rilian (yang kubayangkan wajahnya seperti Derbi Romero, dia adalah anak Pangeran Caspian X), lalu ada penyihir putih yang kubayangkan seperti Danila Riyadi. 

Kemudian, aku akan melanjutkannya ke plot, Sir. Kau memulainya dengan kisah Jill yang dirudapaksa oleh teman-teman sekelasnya di Sekolah Eksperimen. Kau tahu, Sir, kisah ini mirip sekali denganku ketika aku di sekolah, nyaris aku tak punya teman. Lalu, Eustace datang, karakternya sejak ikut berpetualang dengan Edmund dan Lucy berubah total. Dari nakal jadi orang yang baik hati. Eustace menemani Jill yang kesepian, lalu menceritakan negeri Narnia dan Aslan untuk menghindar dari sekolah yang membosankan. Mereka membuat pintu sendiri di antara musim gugur dan pohon dedalu. Hingga membawa mereka ke pintu di luar sekolah, semacam gerbang yang membaca Eustace dan Jill ke dunia lain. Aslan datang kala itu dan meniupkan Jill dan Eustace ke dunia Narnia.

Dua anak ini sebenarnya lucu, Sir, mereka sama malu-malu, tapi keduanya baik dan pemberani. Jill tidak takut ketinggian, dia berani melihat jurang sedalam apa pun, sementara jiwa maskulin Eustace mendorongnya untuk melindungi Jill. Dia takut Jill terjatuh sehingga menahan anak perempuan itu di tepi jurang, tapi malah membuat Eustace jatuh. Jill ketakutan, Aslan datang ternyata Eustace di bawa ke kerajaan Cair Paravel yang dipimpin oleh Caspian X. Namun, Eustace sedih dan kaget sang pangeran berubah menjadi kakek-kakek tua yang mendapati anak tunggalnya hilang. Dan kini dia hendak melakukan perjalanan ke Timur, ke Ujung Akhir Dunia untuk menemukan Rilian. Eustace sebenarnya sangat sedih, semacam aku juga akan sedih Sir, ketika mendekati tiba-tiba teman dekatku menjadi kakek-kakek yang tak kukenal. Namun, Eustace mafhum jika waktu di Narnia berbeda dengan waktu Bumi.

Sementara, Jill ketakutan mendapati Eustace jatuh. Dari tempatnya berdiri, dia melihat singa, yang tak lain adalah Aslan. Jill lari sampai ke hutan, sampai dia menemukan sungai yang di seberangnya ada Aslan. Dia ketakutan tapi juga haus, dia takut jika bergerak Aslan akan memakannya, tapi kalau dia tak gerak pun, dia akan mati kehausan atau kelaparan. Jill akhirnya memberanikan diri ke sungai. Ternyata, air di sana ajaib, tak butuh volume banyak untuk melepaskan dahaga kita sebagaimana di bumi. Jill juga kaget mendapati singa di depannya itu bisa bicara. Lalu, terjadilah perkenalan keduanya. "Kau tidak akan memanggilku kecuali aku telah memanggilmu lebih dulu," kata si singa. (p. 37) Ya, Aslan bagi Sir dalah manifestasi dari Yesus, dia digambarkan sebagai, "Kumpulan segala hal yang baik, kebenaran, kebaikan, konsistensi, kelembutan, keberanian, dan sebagainya."

Dalam obrolan itu, Aslan memberikan empat petunjuk untuk menyelamatkan pangeran (dalam konteks ini Rilian). Empat petunjuk itu harus diingat Jill, dan kalau perlu diulang-ulang agar tak lupa. Maklum, anak kecil memang pelupa. Empat petunjuk itu adalah (yang kuingat-ingat juga): Pertama, Eustace perlu ngobrol dengan teman lamanya saat sampai di Cair Paravel, yang tak bukan Pangeran Caspian X. Kedua, dia perlu pergi ke negeri raksasa. Ketiga, dia perlu ke reruntuhan kerajaan untuk menemukan petunjuk dari sebuah mantra di puing-puing atau batu-batu di sana. Keempat, dia perlu mengikuti petunjuk dari mantra itu untuk menemukan Rilian. Jill terus mengulang-ulangnya.

"Dia sebentar masih mengingat, kalau mau sedikit bersusah payah berpikir: tapi tidak begitu 'rajin' lagi pada tugasnya sehingga tidak yakin mengatakannya dalam urutan yang tepat begitu diminta dan tanpa berpikir." (p. 134-135)

Setelah itu, Aslan meniupkan Jill untuk bertemu lagi dengan Eustace di Cair Paravel saat hendak mengantar raja. Namun telat, raja sudah berangkat. Dari sana, mereka mendengar cerita terkati penyebab hilangnya Rilian. Suatu hari, saat Rilian masih kecil, dai bersama ibunya sedang nge-chill di dekat sungai ditemani kuda-kuda, tapi ada ular kobra yang menggigit ibunya. Gigitan itu membuat si ibu sakit dan akhirnya meninggal. Rilian tersulut balas dendam ingin mencari ular itu di tempat yang sama. Dia ketemu ular itu, tapi ular itu membawanya ke semak-semak, hingga Rilian tak kembali. Dengan bantuan burung hantu putih Master Glimfeather yang lebih dulu melakukan rapat di tengah malam, akhirnya dibawalah Jill dan Eustace ke negeri yang dimaksud Aslan dan meninggalkan keduanya.

Jill pun menyampaikan ulang pesan Aslan. Tak mengambil waktu lama, mereka melakukan petualangan. Di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan Puddleglum si makhluk berkaki dan tangan kodok, tapi bertubuh manusia, dia juga punya topi runcing mirip milik penyihir. Karakteristik yang kusuka dari Puddleglum, Sir, makhluk ini pesimis, selalu memulai hal dengan skeptis dan ancang-ancang kegagalan sebelum dilakukan. Kau menulis makhluk itu begini, "Aku seseorang yang selalu lebih suka tahu kemungkinan yang terburuk, kemudian berusaha sebaik mungkin." (p. 236) Dia punya camp (wigwam) yang menjadi rumah mereka sendiri di tepi rawa. Jill dan Eustace ikut bermalam di sana, setelahnya makan ikan-ikan bakar. Puddleglum awalnya bilang tak bisa mencari ikan dengan baik, tapi dialah yang dapat 10 ekor ikan besar-besar sehingga bisa makan.

Tak mengambil waktu lama, ketiganya melanjutkan perjalanan. Bertemulah mereka dengan para raksasa, negeri para raksasa yang besar-besar, tapi juga bodoh. Mereka sangat bodoh, kecerdasan mereka di bawah rata-rata, suka ketawa-tawa, mainan bola seperti anak-anak. Mereka juga berjejer. Puddleglum mengingatkan untuk tidak memperlihatkan ketakutan atau kebimbangan di depan makhluk macam itu. Berjalan ringan saja, biasa saja, jangan menimbulkan kecurigaan. Cara ini ternyata manjur, ketiganya bisa melewati negeri para raksasa yang bodoh-bodoh itu.

Mereka kemudian sampai di sautu gurun sempit, berbukit, tandus, tak ada air, sampai membuat diri mereka sangat-sangat kelelahan. Mereka bertemu dengan perempuan cantik bergaun hijau dan mengendarai kuda putih (bernama Snowflake), dia ditemani oleh pemuda berpakaian serba hitam dari besi yang menutupi wajah dan tak bisa bicara. Pemuda ini mengendarai kuda hitam bernama Coalblack. Peremmpuan ini ternyata penyihir yang membunuh ibu Rilian. Dia memberikan arah yang salah pada ketiga petualang itu, agar mereka datang ke kastil para raksasa cerdas dan menghadiri Pesta Musim Gugur mereka. Perempuan itu menyampaikan salam, dan mereka juga bilang akan senang di kastil itu dengan semua fasilitas mewah yang diberikan.

Perjalanan ke kastil raksasa cerdas dilakukan. Perjalanan ke sana tak kalah berat medan yang harus dilalui di tengah cuaca yang sangat dingin turun salju. Mereka juga perlu melewati birai-birai, bekas reruntuhan. Sesampai sana, mereka disambut oleh raja dan ratu raksasa, menempatkan ketiga makhluk mungil itu ke ruang khusus dan memberi mereka makan. Namun, ternyata, para raksasa ini mencari manusia dan makhluk Narnia lain untuk menjadi makanan lezat mereka. Manusia mungkin seperti ayam bagi raksasa yang enak dimakan. Manusia bisa dimasak, ini diketahui dari buku resep yang dibaca salah satu koki perempuan kerajaan yang juga raksasa ketika kecapekan kerja dan tertidur. Puncaknya, masakan lezat itu akan dimakan di Pesta Musim Gugur. Niat jahat itu langsung diketahui setelah Jill mendapatkan mimpi bertemu Aslan dan mengatakan padanya untuk pergi KE BAWAH. Ternyata mereka sudah melalui reruntuhan kerajaan. Ketiganya lalu mencari cara untuk keluar saat Raja dan Ratu raksasa berburu ditemani anjing-anjing mereka. Melalui pintu dapur, mereka pun keluar. 

Negeri Gnome ini menarik. Dalam konteks mitos, gnome adalah makhluk kecil mirip manusia yang hidup di bawah tanah, sering dikaitkan dengan harta karun dan alam.
Naas, anjing-anjing negeri raksasa memergoki dan mengejar mereka. Tapi mereka sembunyi di semacam ruang bawah tanah. Mereka pun bertemu dunia lain, negeri para makhluk bawah tanah yang bernama gnome dan earthman. Mereka ini mukanya tak teratur, mirip gabungan aneka hewan dan manusia. Mereka jumlahnya ribuan dan tampak muram. Mereka punya ratu yang tak lain adalah si penyihir. Gnome itu ingin membawa ketiganya ke ratu lewat negeri bawah tanah yang gelap, baru ada Gnome sedikit ada penerangan. Sebelum bertemu ratu, ketiganya bertemu dengan pemuda berkuda hitam yang ditemui sebelumnya. Eureka! Sebenarnya pemuda itu adalah Pangeran Rilian.

Namun, Pangeran Rilian dikutuk oleh penyihir bergaun hijau selama 10 tahun. Kutukannya adalah dia dibuat bodoh, lupa jati dirinya, mengikuti semua keinginan si penyihir. Tapi di jam-jam tertentu, dia ditali di sebuah kursi dan jangan sampai ada yang melepaskannya, karena kalau dilepas katanya dia akan jadi ular besar yang membunuh semuanya. Kutukan ini juga terus memohon agar jangan dilepas sekuat apa pun Rilian meminta. Di sini ketiganya menghadapi dilema, aku suka bagaimana Sir mengurai dilema itu, dan mengambil keputusan yang tepat untuk melepaskan Rilian. Dari situlah Rilian sadar. "Tidak ada yang bisa menghilangkan sihir sebaik kejutan rasa sakit." (p. 236)

Sial, ratu segera datang lagi menemui budaknya Rilian yang ditahannya selama sepuluh tahun. Ratu juga punya proyek menghubungkan antara dunia bawah dan dunia atas dengan mengeksploitasi para gnome dan earthman, sehingga mereka sangat banyak dan muram. Ratu kaget melihat Rilian lepas, sihirnya keluar lagi, kali ini dengan aroma yang bisa membaut orang melupakan dunia atas, matahari, dan Aslan. Sihir kedua lewat suara dawainya yang juga membaut orang melupakan fakta-fakta dunia asli. Namun, berkat tekad Puddleglum yang skeptis akan banyak hal, dengan darah dan akar ke-Narnia-an yang kuat, dia bisa bertahan. Dia pun mematikan api Ratu yang membuat sihirnya hilang. Mulut Rilian tertutup seperti kotak ketika dia selesai membunuhnya.

Ratu berubah menjadi ular raksasa dan siluman berwarna hijau yang menyerang Rilian. Pangeran itu menyerang balik menggunakan pedangnya yang sakti. Atas rasa muaknya diperbudak, Rilian bisa membunuh ular itu. Mereka pun lari, di luar terjadi huru-hara, para gnome dan earthman ingin melarikan diri. Mereka juga awalnya ingin menyerang Ratu yang memperbudak mereka. Ada petasan muncul. Rilian pun membebaskan Coalblack dan Snowflake, mereka dikendarai oleh pangeran dan Jill. Mereka mencari tahu apa huru-hara itu, dan salah satu gnome kecil bernama Golg berwajah jengger ayam ditanyai, dan diceritakanlah ketidaksukaan mereka pada Ratu. Gnome itu bahagia ketika mendapat kabar Ratu sudah mati, kabar itu meluas ke seluruh negeri. 

Mereka pun berterima kasih, karena akhirnya mereka bisa kembali ke dunia bawah mereka yang sesungguhnya. Meski banyak kesulitan, Rilian "merasa senang terbebaskan dari kutukan yang begitu lama sehingga semua bahaya lain hanya seperti permainan belaka". Negeri penyihir adalah tempat dangkal,  baunya busuk penuh sihir dan perbudakan. Daerah itu disebut dengan Tanah Bism (Sir! Aku langsung ingat Bismillah, Sir). Jadi ini negeri bawah tanah, macam ada proses gunung mengolah lava mereka yang berwarna merah seperti api dan sangat panas, di sana hidup salamander. Golg mengundang Rilian dan gengnya untuk main ke Tanah Bism, tapi waktu tak memungkinkan dan mereka harus kembali ke Tanah Atas. 

Ditemani dua kuda, keempatnya mencari jalan di bawah tanah untuk kembali ke negeri Narnia. Mereka lewat semacam retakan tanah yang menuju ke atas, tiba-tiba mereka sudah sampai di negeri Narnia. Para makhluk aneh, makhluk mitologis (centaurus terutama yang memakan dua kali, makan gaya manusia dan makan gaya kuda), dan hewan-hewan yang bisa bicara pun berkumpul di sana. Merayakan kedatangan keempatnya, dan yang paling dinanti Pangeran Rilian. Pangeran dibawa ke Cair Paravel, ayahnya Caspian kembali dari pelayaran setelah diberi tahu Aslan untuk kembali. Rilian sempat sebentar ketemu ayahnya, sebelum ayahnya itu menghembuskan nafas terakhirnya. Kepemimpinan pun sejak saat itu jatuh ke tangan Rilian.

Di suatu tempat, Aslan meminta Jill untuk menancapkan duri di kakinya dan darahnya jatuh mengenai sungai di Cair Paravel tempat Caspian akan dilarungkan (semacam itu). Lalu, Caspian berubah jadi muda kembali dan bertemu Eustace. Dua orang ini senang sekali bertemu sahabat lama. Caspian ingin juga hadir di dunia nyata milik Eustace dan Jill, Aslan mengizinkannya tapi cuma lima menit. Akhirnya, terjadilah kehebohan di Sekolah Eksperimen, ada singa masuk dan pangeran berpakaian besi hadir membaut kekacauan. Dipanggillah polisi, tapi ketika pasukan polisi datang, singa dan manusia aneh kerajaan itu tak menampakkan diri. Polisi menganggap ini keanehan, akhirnya, penyeledikan untuk anak-anak di Sekolah Eksperimen dilakukan. Sepuluh anak yang suka melalukan rudapaksa dikeluarkan. Selesai.

Kukatakan sekali lagi, aku menyukai buku-bukumu, Sir, dan aku ingin belajar padamu. Mungkin aku belum begitu mengerti, atau samar mengertinya sekarang, tapi aku yakin suatu hari nanti pasti akan mengerti. Aku akan buat karya-karya lain yang terinspirasi darimu. Makasi, Sir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar