Perjalanan menyembuhkan patah hatiku yang tak berlebihan-berlebihan amat itu memang berjalan sangat mulus dan tanpa gangguan. Selah satu misi lain dari upaya ini adalah dengan membaca buku. Hari Sabtu lalu aku ke Gajah Mada Mall dan membeli satu bundel buku "The Complete Chronicles of Narnia" karya CS Lewis sebanyak tujuh seri. CS Lewis adalah penulis besar Inggris, dia juga dosesn sastra di Universitas Cambridge, dan Narnia yang diperuntukkan bagi anak-anak ini jadi salah satu karya besar yang melambungkan legasinya di ranah kesastraan. Harganya Rp442.000, cukup terjangkau untuk ekonomiku sekarang, jadi aku gak mikir banyak untuk beli, apalagi ada diskon dari Gramedia dan MyValue.
Pertama dari yang pertama, aku akan menulis apa yang paling membuatku tertarik, dan setelah membacanya kurang lebih tiga hari, yang paling kuapresiasi dari CS Lewis adalah semangat "emansipasi". Bagaimana dia bisa menjungkirbalikkan kaum papa jadi ratu dan raja, dan menjadikan ratu kerajaan besar sebagai karakter yang hina. Sebenarnya ini juga bacaan di luar zona nyamanku, tapi aku cukup menikmatinya.Buku ini tipenya imajinatif, mungkin khas-khas Harry Potter (meski aku belum membacanya), dengan autensitas CS Lewis sendiri. Aku akan mengingat ulang apa yang diceritakan Lewis, dan kuceritakan ulang padamu sebagai upaya meniti tingkat pemahamanku. No need theories, karena aku lagi anti sama teori akhir-akhir ini, jadi biarkan ini berjalan secara grounded saja, dan semoga aku tak terkena serangan savior complex ketika aku membahasnya. Sebab ini rentan terjadi padaku dengan basis kelas yang kupunya.
Buku pertama "Keponakan Penyihir" ini menceritakan tentang petualangan Polly dan Digory, dua anak yang bertetangga dan punya karakter dengan tingkat kuriositas yang tinggi. Suatu malam mereka mengendap-endap di kasau (semacam loteng sebelum atas), dan terjebaklah mereka di perpustakaan milik Paman Andrew. Si paman ini punya bibi yang punya darah penyihir, bibinya meninggalkan kotak ajaib, dan memberikan wasiat pada Andrew untuk segera membakarnya setelah dia meninggal. Tentu hal itu tidak dituruti Andrew, justru dia penasaran dengan apa isinya. Ternyata isinya cincin warna kuning dan hijau yang bisa membawa seseorang ke dunia lain ketika menyentuhnya. Andrew sudah beberapa kali membuat kelinci percobaan, hingga akhirnya Polly dan Digory lah yang menjadi kelinci percobaan selanjutnya. Dia tak berani masuk ke dunia lain karena takut tidak kembali.
Sebab Polly dan Digory terjebak di perpustakaan tersebut, akhirnya diinterogasilah mereka sama Paman Andrew, hingga membuat Polly dan Digory terpaksa masuk dunia lain. Cincin kuning untuk masuk, cincin hijau untuk keluar. Ketika masuk dunia lain, mereka menemukan suatu dunia yang suwung, hijau, ada kolam-kolam yang ajaib. Hingga mereka bertemu dengan suatu kerajaan yang digambarkan seperti kota mati. Banyak reruntuhan di sana, suasana gelap, dan mereka menemukan sebuah ruang yang banyak orang berpakaian kerajaan, tapi mereka tak bergerak. Hingga si Digory menemukan mantra yang membangungkan ratu di kota mati tersebut, ratu ini bernama Jadis. Ratu ini ternyata juga penyihir, memiliki sifat sombong, sok kuasa, dan mau menang sendiri. Si Ratu Jadis sempat ikut kembali ke dunia nyata Digory di kehidupan manusia (di London) dan tidak betah, karena tak ada budak dan manusia yang mau nurut padanya. Ratu Jadis merusak kota dengan kuda sewaan bernama Strawberry, si kusir kuda asli juga nantinya akan jadi tokoh penting.
Banyak kekacauan yang diperbuat Jadis membuat Digory dan Polly berusaha harus cepat-cepat mengembalikan Jadis ke dunia asalnya. Namun, ketika menyentuh cicin kuning, yang kesedot gak cuma Jadis, tapi juga Strawberry, si kusir kuda, dan Paman Andrew. Sampailah mereka ke dunia lain itu. Jadis marah-marah, dia rusak palang lampu, tapi anehnya di dunia lain itu palang lampunya tumbuh muda lagi. Hingga, Digory dan Polly menemukan ada makhluk lain, seekor singa besar yang menyanyi, singa ini bernama Aslan, dan negeri mereka disebut sebagai Narnia. Sepanjang Aslan bernyanyi, muncullah segala macam kehidupan, dari pohon-pohon, bunga-bunga, hewan-hewan, peri-peri, dwarf, dewa-dewi muncul dari sana dengan semua keajaibannya. Di negeri Narnia, semua adalah permulaan, nyanyian Aslan seperti sihir yang bisa mendatangkan kehidupan baru.Aku cukup takjub dengan bagaimana CS Lewis menggambarkan keindahan Narnia, dengan makhluk-makhluknya dan bagaimana hewan-hewan di sana memberi pelajaran pada Paman Andrew yang licik dan jahat itu. Paman Andrew sebenarnya suka sama si Jadis, tapi ilmu mereka gak seimbang. Di negeri Narnia, semua kedamaian dan kebahagiaan ada. Pola pikir mereka juga beda dengan manusia, paling sederhana, dia mengira Paman Andrew sejenis pohon. Atau, baju yang melekat pada Polly dan Digory juga dianggap kesatuan makhluk itu sendiri seperti bulu pada kucing, padahal bisa dilepas, wkwk. Anehnya, negeri Narnia ini dipimpin oleh si kusir kuda, yang dinilai Aslam memiliki sikap baik hati. Lalu, dengan sihirnya, istri kusir pun dibawa ke negeri Narnia. Mereka ini para kelas pekerja biasa, si kusir ya seorang kusir yang baik, istrinya adalah ibu rumah tangga yang baik. Mereka ditobatkan menjadi raja dan ratu Narnia dengan gelar Raja Frank dan Ratu Helen, dan keturunan-keturunan mereka pun memimpin Narnia hingga ratusan tahun.
Sebelum ditobatkan menajdi raja dan ratu, Aslan memberikan tugas yang tidak sederhana pada Digory. Dia harus mengambil buah apel yang nantinya akan ditanam dan menjadi pohon yang bisa melindungi seluruh negeri Narnia. Pohon apel ini berada di antara perbukitan salju, danau, sungai, dan taman bunga. Aslan mengingatkan jangan sampai offside ke negeri lain. Dalam perjalanan mendapatkan apel tersebut, Digory dibantu Strawberry yang kini berubah dari kuda biasa menjadi kuda sembrani yang punya sayap. Namanya juga berubah dari Strawberry ke Fledge. Ketika mau ambil buah apel, ternyata di sana sudah dihadang oleh penyihir Jadis yang memprovokasi Digory agar jangan sampai mematuhi perintah Aslan. Jadis membangkitkan kenangan Digory pada ibu yang sakit, dan bilang apel itu adalah apel keabadian. Ketika orang memakannya akan abadi, selalu muda, termasuk ibunya yang memakannya akan sembuh. Digory di sana galau, tapi cepat-cepat dia diingatkan Polly. Meski Digory melakukan tindakan yang bagiku nakal, mengantongi satu buah apel untuk diberikan ke ibunya yang sakit, dan ternyata sembuh.
Usai adu mulut dengan Jadis, akhirnya Digory berpihak pada Polly dan kembali ke Aslan. Lalu, buah itu dilemparlah ke sungai, dan tumbuhlah semacam pohon malaikat yang melindungi suatu negeri. Pohon itulah yang memberikan kebahagiaan dan kedamaian, juga wanginya akan membuat energi-energi jahat seperti Jadis sukar mendekat dan tak mau mendekat. Di sisi lain, Jadis masih ingin membalaskan dendamnya dengan caranya sendiri.
Setelah prosesi penobatan Raja Frank dan Ratu Helen, dengan gempita para penduduk Narnia, berbagai hewan-hewan dan makhluk-makhluk aneh yang bisa bicara; Digory dan Polly kembali ke dunia nyata. Digory memberikan apel dari dunia ajaib itu ke ibunya dan membuat si ibu sembuh. Bagian tengahnya ditanam dan menjadi pohon apel besar, saat Digory tua, karena tak ingin kehilangan itu pohon, dia memerintahkan seseorang untuk membuatkan lemari dari kayu pohon apel tersebut. Ternyata, setelah lemari itu jadi, lemari itu berubah jadi lemari ajaib, dan diteruskanlah petualangan Narnia di seri kedua, "The Lion, The Witch, and The Wardrobe: Sang Singa, Sang Penyihir, dan Lemari".
Kesanku membaca seri pertama ini menyenangkan. Imajinasiku seolah keasah dan kegodok banget, aku jadi bisa membayangkan, oh, ternyata bisa begini ya di dunia lain itu. Aku juga seolah diajak CS Lewis untuk melepaskan kacamata antroposentrisku, yang selalu terpatok memandang sesuatu hanya dengan menggunakan cara pandang manusia. Tapi tidak menggunakan sudut pandang lain, seperti kuda misalnya. Aku cukup takjub, saat Strawberry menawari Polly dan Digory untuk memakan rumput (yang jelas-jelas akan ditolak oleh manusia), hingga akhirnya sisa toffle yang dimiliki Polly ditanam di tanah dan jadi pohon makanan ajaib yang bisa dimakan.
Hal menarik lain dari CS Lewis adalah, dia menyertakan suara batinnya sendiri ke narasi. Kadang dia membantu penceritaan tokoh, tapi kadang-kadang dia sebagai komentator di luar naskah juga. Buku ini juga tak dipenuhi taburan kutipan sana-sini karena tak diniatkan seperti itu. Justru di sana letak menariknya, dia bisa bebas bercerita sesukanya. Berimajinasi sebebas-bebasnya. Proses kreatif yang keren banget dari CS Lewis.
Ada teori lain yang menyebut Aslan ini sebagai Tuhan, karena dialah yang menciptakan dunia yang benar-benar baru di Narnia. Aslan hanya menciptakan dunia lewat nyanyian. Keajaiban seperti ini hanya bisa didengar dan disaksikan oleh mereka yang berhati bersih dan berjiwa baik, seperti kusir kuda, Strawberry, Polly, dan Digory. Paman Andrew tentu tak bisa mendengar nyanyian Aslan, karena otaknya sudah dikotori materialisme sana-sini dan ingin mengkapitalisasi negeri Narnia. Mengutip halaman 176 buku ini, "Karena apa yang kaulihat dan dengar amat sangat bergantung pada posisimu, juga tergantung seperti apakah dirimu."


Tidak ada komentar:
Posting Komentar