Buku ini terdiri dari empat bab. Menceritakan tentang kesedihan CS Lewis setelah kematian istrinya, Helen Joy Davidman Gresham atau disebutnya H. Baiklah, biar rasanya tidak mengambang, aku akan kembali menulis surat kepada CS Lewis yang akan dibacanya.
Hai Pak CS Lewis, aku telah membaca bukumu "A Grief of Observed", mungkin bukan sebagai pembaca yang baik, aku sebatas ingin tahu tentang apa yang ingin kau ceritakan. Setelah membaca buku ini, jujur aku serasa membaca diary Bapak setelah Bu Helen meninggal (semoga Tuhan memberkatinya). Aku cukup mendapat gambaran bagaimana latar belakang Bapak setelah membaca buku biografi Bapak berjudul "Who Wrote What: CS Lewis (Second Edition)" oleh John C. Davenport.Tapi, jauh lebih dasar dari itu: aku ingin mengenalmu. Aku ingin tahu bagaimana ajaran agama mempengaruhimu sedemikian rupa dalam berkarya. Itu kenapa aku membacanya. Untuk membaca sesuatu, aku kepikiran untuk menggali lebih dalam apa motifku? Dan apakah aku mendapatkan gambaran itu setelahnya? Dan ini akan kukatakan padamu sejujur yang kubisa. Aku akan mencoba menguarainya.
Pak Jack (aku memanggilmu ini saja daripada Lewis), jujur aku kelelahan membacanya, sebagaimana mungkin emosi saat kau menulisnya. Ini sebenarnya rasa yang membuatku tak cukup nyaman. Aku tahu tulisan ini semacam katalismu mengurai tema besar kematian. Di awal-awal cerita, kau bilang malas bertemu orang, kau menanyakan banyak hal tentang kematian, kau berandai-andai jika saja H masih hidup. Namun, aku tertarik dengan pertanyaanmu: Jika orang lain bilang pada seseorang yang telah ditinggalkan kekasih selamanya dengan kata 'dia akan bahagia di surga', bagaimana dia bahagia sementara meninggalkan orang yang dicintai lainnya menderita? Kupikir itu hal yang egois, sama seperti yang kau pikirkan.
Sebagai seorang Apologer, kulihat betapa kau sangat memuja istrimu sebagai perempuan yang "Tajam pikirnya, jelas ekspresinya, dan seorang Kristen yang teguh dan tekun." Bahkan dia setara denganmu, H sangat pandai mengcounter sesuatu yang bolong, menanyakan ulang konsep-konsep yang rapuh, dan kau bisa merasakan jika kau tak bisa membohonginya. H akan dengan cepat mengetahui seseorang bohong atau tidak sebaik dia mengingat buku-buku.
Tak hanya itu, dia juga pandai menutupi rasa sakitnya, kankernya, dengan aktivitas atau pemikiran yang tak menyusahkanmu.
Kau juga mengeluh bagaimana menderitanya orang yang kesepian. Otak orang kesepian tak pernah berhenti. Namun, tubuh tidak bisa berbohong. Pikiran bisa saja bersimpati, tapi tubuh tidak. "Makanya tidak heran mengapa orang yang kesepian jadi tidak rapi, kotor, dan menjijikkan," katamu. Aku sepakat Jack, karena aku mengalaminya pula ketika aku buat cermin tentang kondisi kosku sekarang. Pikiran tidak pernah statis, tapi fisik iya. Pikiran bisa mengelak tapi fisik tidak. Fisik bisa merasakan kesakitan 20 kali lipat yang dialami pikiran.
Di buku ini, aku juga sama sepertimu Jack, aku pernah mengumpatinya, bilang jika Dia adalah zat yang sangat sadis. Meskipun selanjutnya kau sadar, jika manusia memang sejenis makhluk yang tak bisa hanya diberi senang. Jika dia sakit, dia perlu ke dokter, tapi jangan bilang dokter membenci, serupa Tuhan, dia mengobati dosa-dosa yang manusia lakukan. Kukira kau ingin bilang begitu bukan Jack? Atau aku salah?
Kau bilang, "Beethoven menjadi tuli waktu dia di puncak ketenarannya. Lelucon yang tidak lucu bukan?" (p. 33) Ini seperti yang terjadi pada Helen, menemukan cinta sejati, tapi justru mati dengan cepat (tak lama setelah menikah denganmu di rumah sakit). Sama dengan yang terjadi pada manusia. Dia tidak pernah memainkan nada yang persis dua kali. Aku juga cukup mengerti dengan alasan mengapa kita justru kabur ketika melihat orang-orang yang dekat dengan kita, dibanding mereka yang tak terlalu kita kenal. Kau bilang dengan bahasa yang sangat tepat:
"Kita telah melihat wajah-wajah mereka yang kita kenali dengan baik dalam berbagai ragam, dari begitu banyak sudut, dalam beragam pencahayaan, dengan berbagai ekspresi--berjalan, tidur, tertawa, menangis, makan, berbicara, berpikir--sehingga semua kesan itu berdesakan dalam memori kita dan menyebabkan kenangan itu menjadi kabur." (p. 30-31)
Kupikir juga begitu. Kau pun sebenarnya menolak rituas-ritual simplisitas berupa, "Merawat makamnya berarti mengunjunginya." Kau menanyakan ulang, bagaimana dengan ingatan yang lebih kuat? Pun ketika misal H, "dia tidak hidup di dimensi enam puluh detik per menit..." Kau tahu sebenarnya dia ada.
Di buku ini kau juga menjelaskan kegelisahan emosinalku terkait sikap-sikap orang yang menemukan validasi dan pembelaan lewat agama. Katamu, "Jangan bicara padaku tentang penghiburan dalam agama, atau Anda tak mengerti apa-apa." Kenapa aku sangat setuju ya, Jack?
Aku tertarik dengan pengantar buku ini yang bilang, "Namun kenangan kita, meskipun sangat berharga, bolong-bolong seperti saringan, dan pelan-pelan kenangan itu akan menghilang." (p. 7) Aku langsung ingat dengan keluargaku. Di ceritakan pula oleh anak tirimu Douglas H. Gresham, "Jack punya kemampuan intelektual setara dengan H, terdidik dengan baik seperti dirinya. Mereka punya kesamaan lain: sama-sama memiliki daya ingat yang kuat. Jack tak pernah melupakan apapun yang telah dibacanya, begitupun H." Persis kualitas pasangan yang kuinginkan. Aku juga tahu beberapa penulis favoritmu yang lain seperti: E. Nesbit, Sir Walter Scott, Rudyard Kipling.
Ya, kita manusia, selagi dia masih mengenakan tubuh itu, kupikira akan banyak tarikan tubuh dan jiwa atau hitam dan putih atau bahagia dan sedih atau serupanya. Namun, di buku ini Jack, aku ingin bilang, aku salut padamu, kau menyalurkan rasa gelisahmu lewat tulisan, dan menjadikannya abadi. Mungkin ini bukan buku tentang kematian terbaik yang kubaca, tapi di sini kau menyumbang ide dan gagasan bagaimana ode dan duka cita berjalan, kekuatannya, ini kau alami sendiri.
Maaf, Jack, sebenarnya di buku ini aku sulit bersimpati padamu karena barangkali aku belum mengalami fase yang kau alami. Secara keagamaan dan struktur kepercayaan pun kita berdua berbeda. Sebagaimana ajaran Advaita Vedanta, kupikir yang kita alami ini maya. Sementara kau masih saja menganggapnya nyata. Seharusnya kau sudah bebas Jack? Ternyata belum. Kupikir, kau sudah tenang bersama Helen di apa yang disebut "Surga" itu Jack, dan mungkin kau bisa merevisi ulang bukumu ini setelah vakansi dari sana. Lalu, memberitahuku apa-apa yang menarik. Oh, salam untuk H. Dia perempuan yang sangat keren.
Judul: A Grief Observed (Mengupas Duka) | Penulis: CS Lewis | Penerjemah: Trivena | Penerbit: Pionir Jaya | Jumlah halaman: 80 | Cetakan: 1, April 2020

Tidak ada komentar:
Posting Komentar