Jumat, 16 Mei 2025

The Chronicles of Narnia Part 4: Prince Caspian (Pangeran Caspian)

Dari tiga buku seri Narnia sebelumnya, kukira ini buku yang paling lama kuselesaikan--dengan ketebalan yang tak jauh beda. Entahlah, aku terasa sangat lama menyelesaikannya, mungkin aku sedang ada di titik bosan, atau aku sedang merasa alurnya terlalu lambat. Tak seperti kisah Sastha dan Aravis yang menantang, di sini, aku merasa Pangeran Caspian terlalu lembek dan tidak mencerminkan sikap-sifat kesatriaan, terutama di bagian-bagian awal. Mungkin karena umurnya yang belum cukup untuk jadi raja Narnia menggantikan Peter, atau yang lain. Baiklah, aku akan menangkap apa yang menjadi after taste setelah aku membaca buku seri keempat ini.

Cerita dimulai kembali dari kisah empat bersaudara di seri kedua: Peter, Susan, Edmund, dan Lucy. Saat mereka berada di peron kereta dan hendak pergi ke sekolah, tiba-tiba Lucy seolah digeret ke dunia yang lain. Dan benar, mereka berada di bekas reruntuhan kerajaan Cair Paravel. Kerajaan yang mereka pimpin dulu semenjak jadi raja dan ratu. Di bekas reruntuhan itu, mereka mempelajari ulang ingatan dan kenangan yang masih tersisa. Tentang ruangan tempat perhiasan disimpan, hingga ruang panggung tengah tempat menjamu dan pesta besar. Setelah menjelajahi ulang kerajaan lama itu, Susan mendapati terompet ajaib pemberian Santa hilang. Terompet ini sebenarnya ditemukan Cornelius dan diberikan ke Caspian, sayangnya, ketika ditiup Caspian, terompet itu tak berfungsi. Tak hadir pertolongan ketika ditiup.

Di sisi lain, di sebuah kerajaan Telmarine, hidup Prince Caspian kesepuluh, yang diasuh oleh pamannya yang jahat bernama Raja Miraz. Raja inilah yang membunuh ayah Caspian (Raja Caspian IX) untuk mendapatkan kursi kerajaan. Di kerajaan ini, Caspian diasuh oleh perawat yang masih percaya dengan kisah dan dongeng Narnia Lama: tentang Aslan, penyihir putih, dwarf, faiun, hingga hewan dan tumbuhan yang bisa bicara. Sebab kesalahan inilah, si pengasuh dipecat, sebab serupa raja diktator lain yang antikritik, dia tak ingin dongeng Narnia menggoyang kedudukan status quo. Sebagai pengganti dari pengasuh, Caspian X diberikan guru privat bernama Dr. Cornelius. Dia ternyata adalah keturunan campuran dwarf dan manusia. Cornelius mengajari Caspian, "Taman tata bahasa atau kebun kata-kata yang menghasilkan kecerdasan." Serta ilmu Astronomi yang hiduplah penguasa di atas langit yang sangat mengenal langkah mereka.

Dr. Cornelius menguasai banyak ilmu, dari sejarah, astronomi, aritmatika, dan sedikit sihir sederhana. Suatu hari, si guru memberitahukan rahasia besar pada Caspian di sebuah menara yang tak bisa didengar oleh siapa pun. Dia bilang jika Narnia Lama masih hidup, dan Raja Miraz ingin membunuh Caspian X, karena istrinya telah melahirkan anak laki-laki yang akan menggantikan dirinya. Caspian masih belum mengerti apa hubungannya, lalu si guru menyentak, "Lalu apa gunanya kau belajar sejarah selama ini?" Kira-kira gitu, ini Caspian benar-benar polos. Awalnya Caspianlah yang akan menggantikan Miraz, tapi karena Miraz punya anak, akhirnya anaknyalah yang nanti akan dijadikan raja, sehingga Caspian perlu disingkirkan.

Atas saran dari Dr. Cornelius, akhirnya Caspian melarikan diri ke hutan untuk menemui makhluk-makhluk Narnia Lama yang masih ada. Tujuannya stone table, ini tempat Aslan dibunuh dan bangkit kembali. Caspian datang bersama kudanya yang pengkhianat karena kembali ke Miraz. Dalam perjalannya, Caspian semacam jatuh, lalu bertemu dengan makhluk-makhlus Narnia seperti dwarf merah bernama Trumpkin (aka TKK), dwarf hitam bernama Nikabrik, dan luak bernama Thufflehunter. Awalnya tiga makhluk Narnia lama ini tak percaya dengan Caspian karena ketiganya turst issue dengan Telmarine, karena Telmarine-lah, banyak makhluk Narnia Lama dihasibis. Lalu, Caspian menjelaskan detail hidupnya hingga cerita Cornelius, dan cerita itu sedikit banyak membuat tiga makhluk itu sedikit percaya.

Mereka berempat akhirnya berdiskusi. Diskusi itu akhirnya menyeret berbagai makhluk lain, seperti Tiga Beruang Gendut, Patterwig si bajing, Rumah tujuh dwarf merah, lima dwarf hitam, ogre, hag, bunga foxgloves, Centaurus Glenstorm, Hedgerows, Reepicheep si pemimpin tikus, Bacchus, Silenus, Maenad (wanita Bacchus), Beaversdam, hingga keluarga raksasa Wimbleweather yang pemahamannya ketinggalan selangkah dari yang lain. Gaes, jangan bingung sama nama-nama ini ya, "Jangan begitu takut pada sebuah nama seolah kalian anak-anak." (p. 212) Caspian pun memimpin pertemuan besar yang dihadiri oleh para makhluk Narnia lama ini dengan semua keunikannya.

Sebagian makhluk Narnia Lama berpihak pada Caspian, hingga pohon-pohon dan tanahnya. Akhirnya, Trumpkin setelah perbincangan panjang, diutus ke Selatan untuk menuju reruntuhan kerajaan Cair Paravel yang ditakuti bangsa Telmarine dan rakyat di bawah Miraz. Mereka selain takut dengan dongeng, hewan yang bisa bicara, juga takut pada hutan dan laut. Berbagai cerita horor disematkan kepada mereka. Trumpin pun sendirian berjalan, sementara Nikabrik yang sinis dan pesimis terus skeptis dengan apa yang dikatakan Caspian, berbeda dengan Thufflehunter yang lebih menyerupai pelayan yang baik bagi raja.

Kisah dalam buku ini seperti bolak-balik dari Caspian ke empat bersaudara (Peter dan adik-adiknya). Usai berjuang untuk makan dan menyalakan api, singkat cerita, bertemulah Trumpkin dengan empat bersaudara ini. Dalam pertemuan itu, Trumpin juga sempat duet pedang dengan Peter; atau duet memanah dengan Susan untuk menembak sebuah apel. Namun alur yang penting di sini, diceritakanlah apa yang menjadi pesan Caspian, mereka pun langsung sadar, ternyata misi mereka kembali ke Narnia adalah untuk membantu Caspian dan rakyat Narnia Lama. Perjalanan pun dimulai, sayangnya, kondisi alam telah berubah drastis. Sungai yang dulunya mengalir, berubah geologi dan geografinya jadi tebing, tapi untungnya, Edmund, Peter, Trumpkin bisa menganalisis perubahan alam yang terjadi agar tidak tersesat.

Tapi tetap saja, perjalanan untuk mencapai Table Stone sangat tidak mudah. Di tengah perjalanan itu, berulang kali Aslan menampakkan diri, terutama pada Lucy, dan anak bontot ini sering disalahkan kakak-kakaknya karena fantasinya pada Aslan membuat perjalanan dan arah jadi terdistrak. Lucy tentu sedih, padahal dia benar. Di tempat yang lain, Raja Miraz dan pengikutnya juga berlomba-lomba untuk mencari Caspian dan berusaha membunuhkan. Keempat saudara ini harus berlomba untuk mencapai Caspian atau kemah dekat Table Stone terlebih dulu. Percayalah, untuk melakukan hal-hal yang kita takuit, "Sampai kita melakukannya, tidak ada kedamaian." (Edmund).

Dalam perjalanan itu, serupa sihir, banyak yang terjadi. Salah satu yang kuingat, Caspian tiba-tiba saja berada di sebuah sekolah, lalu bertemu murid-murid yang mirip babi, lalu dia berada di sebuah rumah yang ditinggali sendiri oleh perempuan tua yang sakit-sakitan. Ternyata, perempuan tua itu adalah pengasuh Caspian ketika kecil. Sebab terenyuh, akhirnya berkat bantuan air obat milik Lucy, perempuan ini bisa disembuhkan dan merasa bersyukur sekali. Lalu, Reepicheep yang harga dirinya ada di ekornya ternyata ekornya putus karena perang, lalu Lucy coba membantunya tapi tak bisa. Akhirnya, Aslan sendiri yang turun tangan. Ternyata, rombongan tikus yang dipimpin oleh Reepicheep lah yang menyelamatkan Aslan ketika di Stone Table usai dibunuh, tikus-tikus itu menggigit tali-tali yang mengekang Aslan hingga singa yang mulia itu lepas. Sebab karma baiknya, Aslan pun membuat tikus-tikus itu bisa bicara.

Akhirnya, Caspian bertemu dengan keempat bersaudara dengan dijembatani Trumpkin. Mereka pun saling berdiskusi strategi perang. Saat itu, Peter akhirnya mengambil kendali, karena merasa Caspian "belum cukup umur". Peter meminta Cornelius untuk menulis surat duel satu lawan satu dengan Miraz. Surat itu pun ditulis dan dikirimkan oleh adiknya Edmund. Duel itu pun diterima, meski dua pengikut Miraz awalnya tak setujua karena menganggap rajanya lemah. Namun, ketidaksetujuan itu justru memperkuat amarah Miraz. Duel pun dilaksanakan, semua makhluk yang nampak dan tidak nampak dihadirkan, dengan wasitnya beruang, centaurus, dan satu raksasa. 

Duel ini membuat tegang, hingga akhirnya Miraz bertindak curang, lalu dua pengikutnya membunuh Miraz sendiri alih-alih Miraz dibunuh oleh pedang Peter. Ya, Miraz pun mati. Usai duel itu, makhluk Narnia lama gembira, bahkan pohon pun digambarkan bisa memakan tanah. Pohon-pohon hidup serupa manusia di mana ranting adalah tangannya, akar adalah kakinya, batang adalah tubuhnya, dan daun ke atas seperti kepala. Caspian diresmikan jadi raja, meski awalnya dia merasa tak pantas. "Jika kau merasa dirimu pantas, itulah bukti bahwa sebenarnya kau tidak pantas." (Aslan, 259)

Narnia Lama pun kembali. Semua makhluk berkumpul kembali di Stone Table. Di tempat ini, hari pembalasan tiba. Aslan membuat pintu ajaib ke dunia lain yang memungkinkan keempat saudara kembali ke peron stasiun, juga memungkinkan rakyat Narnia yang jiwanya Telmarine sekali untuk kembali ke dunia mereka. Aslan berpesan, Peter dan Susan tidak akan bisa kembali ke Narnia, tapi petualangan Edmund dan Lucy masih. Pintu itu dibuat Aslan karena banyak gerbang antardunia yang mulai hilang. Mereka pun kembali, empat saudara ini berada di peron dan membaui aroma rel yang familier.

Cerita berakhir, bagaimana menurutmu? Aku belum bisa merefleksikan lebih dalam. Oh iya, aku baru sadar jika alur yang disusun CS Lewis ini berlangsung cepat. Putaran film di otak itu berjalan dengan enak, dan kualitas ini yang dimiliki oleh semua penulis hebat. Dia bisa membangun dunia visual yang benar-benar nyata di otak pembacanya. Renungan singkatku di buku ini: (1) kepercayaan pada yang tidak terlihat, bahkan yang orang lain sebut "mitos"; (2) menjadi pemimpin adalah juga bisa mengakui kesalahan sebagaimana yang dilakukan Peter; (3) karakter manusia tidaklah tetap, karakter manusia bisa diuji lewat kesulitan, dan dia bisa berkembang lebih baik jika mau belajar, sebagaimana yang dialami Edmund; (4) keajaiban datang tepat waktu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar