Sabtu, 20 Desember 2014

Kakek dengan Seribu Pekerjaan


Kakek meninggal ketika saya duduk di kelas VI SD. Masih terekam jelas di ingatan saya, saat saya pulang sekolah tiba-tiba saja tetangga saya bilang kakek saya dari pihak ibu meninggal. Perasaan saya saat itu kosong, saya berjalan dengan cepat, dan di jalan sana keranda kakek digotong orang-orang. Saya menangis teringat kakek yang selalu duduk di kursi kayu kesukaannya itu dengan celana kolor hitam. Giginya ompong, berambut putih jarang, dan senang tertawa. Dia sering mengajak saya bermain dan memberi saya uang koin. Keisengannya, kakek selalu menggidali (menggosok jari ke gigi lalu tangannya diusap ke orang) tangan atau pipi saya ketika nakal.
Ibu sering bercerita mengenai hidup kakek dulu. Kakek dengan seribu pekerjaaan, begitu saya menyebutnya. Dahulu kakek adalah seorang mandor bangunan yang sangat dipercaya dan disayangi orang Belanda pada masa itu. Pekerjaan kakek selalu membuat Belanda puas. Namun, suatu hari kakek dipecat karena salah melaporkan. Harusnya kakek berkata “ya” tapi kakek berkata “tidak”.
Berhenti jadi mandor, kakek pernah berjualan payung kertas yang terbuat dari bungkus semen, lalu diukir dan dicat, kemudian dijajakan keliling dari tempat ke tempat dengan jalan kaki berpuluh kilometer. Kakek pernah berjualan es dalam plastik, dengan gotongan berat di pundaknya. Saat es itu tak habis, kakek membagikannya dengan gratis kepada orang-orang. Untuk orang yang haus dan tak punya uang pun kakek memberikannya dengan gratis. Meski tak jarang, sesampainya di rumah, nenek memarahi kakek karena tidak balik modal. Kakek juga pernah berjualan kerupuk gendar kelililing kota, meski hujan dan apa pun yang menghadangnya. Kakek juga pernah jualan mainan anak-anak dengan berkeliling. Setiap kali saya bertemu dengan orang-orang yang berjualan seperti kakek, saya ingat kakek.
Kakek mengajari saya tentang kerja keras dan kedermawanan. Saya bisa membayangkan, bagaimana jika saya jadi dia? Apakah saya bisa sekuat itu? Hal tersebut membuka mata saya, meski saya tidak unggul daripada orang lain di bidang materi, setidaknya saya bisa unggul di bidang kerja keras dan ketekunan. Dan berbagi a la kakek (meski kakek juga susah dan kekurangan) adalah bentuk paling sederhana dari sikap kedermawanan.
#MenjagaApi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar