Minggu, 30 Juni 2013

Nama Alay

Aku nggak tahu definisi @L4Y itu jelasnya kayak apa. Di jejaring sosial mana pun, di TV, bisa kita temui alayers. Untuk bahasan kali ini, aku mau mempersempitnya di persoalan nama (alay).
Di FB/twitter kalian pasti pernah menjumpai nama-nama seperti: Phuttrie CellalluChayiangg IqbaalleCJR, Dhenee ChipangerraanCodok Lhuphauingattann, Farrhah Cetresss NjegguurrCumur, dll. Katanya sih alay itu proses menuju kedewasaan, oyaa??
Cerita pengalaman aja sih, dulu aku juga pernah ngalay. Di e-mail, namaku Isma aku tulis Izhmha.. entah apa motifnya?? haha. Trus, nama FB, pertama buat FB, nama aku "Lintang Raikal", trus aku ganti lagi sedikit ngalay tapi nggak parah-parah amat (meski aneh aja kombinasinya), jadi "Isma Pilea", dan tepat hari Jumat tanggal 11 Mei 2012 aku ubah nama bunglonku jadi nama asli aku "Isma Swastiningrum".
Pertimbangan aku ganti nama asli...
Pertama, takut dosa. Secara nggak sadar nama jadi-jadian itu bohongin orang. Masak iya nyicil dosa terus-terusan tiap hari gara-gara nama FB doang?? Kecuali udah punya nama pena yang diketahui banyak orang (orang ini aslinya siapa), meski aku secara jujur nggak suka dengan penggunaan nama pena.
Kedua, sebagus apapun nama samaran kita, masih bagusan nama asli kita, nama yang diberikan orang tua kita. Berarti juga kita menyukuri nama yang disematkan orang tua kita.
Ketiga, dengan nama asli, kita bisa berhati-hati bagaimana menjaga nama baik kita sendiri. Kok bisa? Yailah, masak iya, udah pakai nama asli di FB kita nulis yang enggak-enggak, upload yang enggak-enggak, sebagian besar sih yang gitu pasti pakai nama samaran. Kalaupun iya, nama kita lho taruhannya.
Keempat, biar kita nggak dilupain sejarah. Kalau misalnya besok kita mati, dan di jejaring sosial kita udah melakukan hal baik, nama kita nggak akan dilupain (minimal sama teman-teman kita). Malaikat akan nransfer itu ke rekening pahala kita (hehe, ia nggak??) --ini nggak ada kaitannya dengan pencitraan juga-- dan alasan-alasan lainnya.
Dulu, teman-teman FB, banyak juga kok yang namanya alay. Makin kesini nama mereka udah berubah jadi nama asli. Tenang aja, itu kesadarn pribadi kok. Nggak ada paksaan buat ganti nama :)
Kawan, sehebat apapun nama alibi kita --mau Anto Einstein, Joni Lennon, Rani Thatcher, Marni Curie, sampai Budi Pahlawan Kebijakan sekalipun-- tidak akan mengubah kita menjadi seperti orang-orang hebat itu seketika. Justru kita sedang ada di bayang-bayang mereka. Untuk menjadi hebat, tidak perlu nama atau fisik yang mentereng, tapi HATI dan USAHA yang mentereng! :)

Tugas kita sendiri untuk mengubah nama sederhana kita menjadi luar biasa.

Cepu, 30 Juni 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar