Minggu, 09 Juli 2023

Majalah Basis Mendendeng Celeng

Saya rindu menulis seperti Sindhunata. Bahannya sederhana dan sangat dia kenal: terkait karya-karya lukisan Djokopekik yang kebanyakan ada celengnya. Dia menulis dengan lancar dan tanpa beban sekelumit riwayat teman senimannya itu: saat dia miskin hingga dikenal, alasan prinsipil mengapa memilih celeng, ajaran hidup atas kesederhanaan dan keapadaan, tanpa lepas dari budaya Jawa "mudhar warananing gaib, kang nutupi sasmita sakehing kaanan" (menyingkap tirai yang tak kasat mata, yang menutupi isyarat-isyarat keadaan). 

Meski tema utama Basis kali ini terkait dengan seksualitas terutama di ranah gereja Katolik, Rm. Magnis juga menulis dengan apik kritiknya akan seks dan intimitas yang dikerdilkan sekadar hubungan daging. Rm. Magnis menjelaskan, intimitas memiliki 3 hal utama: kesetaraan, komitmen, dan kesalingan (resiprokal). Dari tiga ini lahir komunikasi, penghormatan, penerimaan, afirmasi, berbagi luka, dan pengampunan.

Saya menunggu Basis edisi 05-06 tahun ke-72 (2023) ini cukup lama, yang harusnya terbit di Mei-Juni, baru muncul di bulan Juli. Entah kendalanya apa bisa molor mayan lama juga. Tiap pulang les, beberapa kali saya sengaja menyempatkan diri untuk lewat di Periplus (PI), melihat pajangan bagian majalah dan berharap edisi baru Basis datang. Saya selalu penasaran dengan tema-tema yang dihadirkan oleh Basis setiap bulannya, meski seperempat dari penulisnya kadang bisa saya tebak/kenal. Yang membedakan majalah ini dengan majalah lainnya adalah caranya mengupas persoalan yang kadang gak pernah saya duga. Panjang umur ya, Basis!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar