Sabtu, 24 April 2021

Harga Diri, Body Image, dan Presentasi Diri di Instagram

Cyberspace adalah kenyataan sehari-hari. Cyberspace merupakan tempat yang punya tempat, jarak, luas, dan arah (Bryant, 2001). Cyberspace yang jamak digunakan adalah medsos, meski di sisi lain medsos menjadi kambing hitam dengan berbagai dampaknya: adiksi, ensaeti, konsumtif, dilema jauh-dekat, dll. Orang mengalami online disinhibition, yaitu hilangnya cemas atau malu ketika berkomunikasi di internet. Orang jadi tidak ragu, even ketika itu melecehkan.

Penelitian yang dilakukan oleh Lalu dan Neila ini memiliki tujuan untuk mengetahui faktor psikologis apa saja yang mempengaruhi perilaku seseorang di internet. Sampel terdiri dari 389 pengguna Instagram (283 perempuan, 106 laki-laki) mealui metode kuisioner online dengan alat ukur: skala harga diri, skala body image, dan skala online self-presentation. Metode analisis yang digunakan: Multiple Linear Regresion Analysis dengan alat bantu SPSS.

Menurut Branden (2001), harga diri berkaitan dengan bagaimana seseorang menghargai dirinya sendiri. Merupakan penilaian dan penghakiman seseorang atas dirinya sendiri secara keseluruhan, dari yang negatif sampai positif. 

Harga diri menurut Tafarodi dan Swann (2001) punya dua dimensi: (1) self-competence/kompetensi diri, bagaimana seseorang melihat kemampuannya sendiri apakah dia kompeten atau tidak, (2) self-liking, apakah seseorang itu menyukai dirinya atau tidak, apakah seseroang memandang dirinya sebagai orang yang baik atau buruk, yang ini berkaitan dari penilaian sosial serta bagaimana seseorang mengartikan penilaian itu.

Harga diri ini bersangkutan dengan online self-presentation, merupakan usaha-usaha menimbulkan kesan pada orang lain secara online yang didorong oleh berbagai motif--sekaligus upaya untuk mempengaruhi orang lain. Presentasi secara online ini diseleksi, dan sebagaimana panggung punya panggung depan dan panggung belakang. Itu kenapa perilaku di dunia maya dan nyata yang beda.

Di medsos orang bisa memilih self-presentation seperti apa yang ingin dia tunjukkan pada teman/follower-nya, yang ini berasal dari "ideal diri" yang orang itu miliki. Ketika ditunjukan dapat meningkatkan harga diri orang itu. Self presentation yang paling umum adalah ingin terlihat baik oleh orang lain. Ditambah medsos yang tak terlibat (invicible), menciptakan imajinasi dan proyeksi pada masing-masing orang terkait bagaimana sosok lawan bicara dia (wajah, intonasi, dll).

Faktor-faktor online self-presentation:

(1) Lima bentuk self-presentation dari Jones dan Pittman (1982): (a) ingratiation, upaya yang disukai orang lain seperti humoris, bersahabat, hangat; (b) intimidation, kebalikannya, upaya kesan berkuasa dan berbahaya; (c) self-promotion, kesan bahwa seserang kompeten akan suatu hal; (d) exemplification, kesan seseorang baik hati; (e) supplification, kesan dirinya lemah dan menampilkan kelemahannya ke orang, dia berharap ada yang simpati.

(2) Popularitas, intensitas menggunakan medsos berbanding lurus dengan harga diri. Orang yang berharga diri rendah memakai medsos agar dirinya diterima di lingkungan sosialnya, orang yang berharga diri tinggi memakai medsos untuk mendukung popularitas.

(3) Harga diri, sikap positif atau negatif terhadap diri. Orang yang berharga diri rendah cenderung ingin menaikkan harga diri lewat medsos.

(4) Body image,  suatu persepsi dan sikap seseroang akan tubuhnya sendiri dalam hal penampilan fisik. Berhubungan pula dengan norma-norma sosial, penilaian orang lain, dan kepuasan seseroang akan kualitas dirinya sendiri. Di dunia internet dengan berbagai fitur suntingnya menghadirkan kemudahan menampilkan citra diri.

Hasil penelitian menunjukan, ada hubungan positif antara harga diri dan body image terhadap online self-presentation. Hasil bertolak belakang dengan hasil penelitian Mehdizadeh (2010) bahwa orang yang sering update status, unggah foto, mencatat, yang intensitasnya tinggi memiliki harga diri yang rendah. Penelitian ini menunjukan kebalikannya, “individu dengan harga diri rendah cenderung memilih dunia internet untuk meningkatkan harga dirinya.” Di mana saya melihat sisi lain pula yang penting bahwa, Instagram tak cuma personal, tapi juga bisnis, pularitas, dan endorse.

Quote:

"[h]ipotesis penelitian yang diajukan adalah semakin tinggi harga diri dan semakin tinggi body image, maka akan semakin rendah online self-presentation. Semakin rendah harga diri dan semakin rendah body image, maka akan semakin tinggi online self-presentation."

"Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa online self-presentation dapat diprediksi berdasarkan harga diri dan body image... harga diri rendah justru menjadi prediktor online self-presentation yang rendah... penelitian ini membuktikan bahwa semakin tinggi harga diri dan body image individu, atau semakin baik penilaian seseorang terhadap dirinya dan penampilan fisiknya sendiri, maka online self-presentation individu tersebut juga menjadi semakin tinggi, atau dalam artian semakin sering ia mengunggah foto tertentu pada instagram."

Rozika, Lalu Arman & Ramdhani, Neila . (2016). Hubungan antara Harga Diri dan Body Image dengan Online Self-Presentation pada Pengguna Instagram. Gadjah Mada Journal of Pshychology, 2(3), 172-183.

Sumber: https://jurnal.ugm.ac.id/gamajop/article/view/36941

#instagram #mediasosial #hargadiri #self-esteem #bodyimage #selfpresentation #psikologi #cyberspace #gadjahadajournalofpsychology #laluarmanrozika #neilaramdhani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar