Senin, 27 Februari 2023

Urban Informality as a Site of Critical Analysis

Informalitas sering digambarkan karena kritik dikotominya: di satu sisi problematik tak teratur/teregulasi, suatu realitas yang tak terencanakan dan harus dikenali lewat regulasi; dan di satu sisi sebagai perayaan atas ketekunan/kegigihan kelompok marjinal yang ada di tengah-tengah kondisi sosial, ekonomi, pollitik, dan geografi yang terabaikan.

Banks et al. mengenalkan istilah a-formal yang menunjukkan istilah ketika sektor informal tidak harus dipaksa menjalani proses formal (legal), meskipun dikontrol oleh proses institusional yang lebih kuat dan berdasarkan peraturan formal yang ada.

Hirarki formal sebagai sebuah norma, dan informal sebagai bagian inferior/tidak normal memberikan respons kebijakan yang berbeda.

Jurnal ini cenderung memperluas studi informalitas tak sekadar sebagai sebuah sektor, kondisi, atau sekadar pendapatan, tapi juga memberi batas buatan yang lintas domain ekonomi, politik, dan ruang. Melampaui dikotomi biner formal-informal. Karena batas antara formal dan informal berubah sepanjang waktu berdasarkan konteks dan analisis yang berkembang.

Mereka menganalisis informalitas lewat kacamata ekopol secara lebih dalam karena dari situ jadi terlihat bagaimana distribusi kekuasaan berjalan. Bisa menentukan siapa pemenang dan siapa yang kalah, siapa yang diuntungkan dan siapa yang tidak. Menurut mereka, berfokus pada domain pekerjaan individu atau sub kelompok tertentu akan memudahkan pemahaman akan informalitas urban yang kompleks.

Dimensi urban dari informalitas, strategi akumulasi dan daya hidup yang berbeda, dimanfaatkan tidak hanya bagi kelompok subaltern, tetapi juga kelompok elite.

Mengutip Ananya Roy, yang memahami informalitas urban sebagai pengorganisasian logis, sebuah sistem norma yang membangun transformasi urban itu sendiri.

Kasusnya semacam, mengapa perencanaan urban tak bisa cocok dengan kebutuhan kaum miskin kota, karena sifat elitis dari standar perencanaan dan pembangunan yang menempatkan kaum miskin kota harus "mematahkan" hukum dulu untuk mengamankan tanah dan pemukiman mereka.

Tiga perkembangan teoritis dan empiris yang membantu memberikan interpretasi terhadap informalitas:
1. Interaksi negara-masyarakat dan perubahan sikap negara terjadap sektor informal: Sulitnya aktivitas informal masuk kedalam model bisnis negara. Dari politik, arsitektur birokratik, dan praktek pemerinahan, kebijakan yang secara langsung dan tidak langsung menempatkan informalitas sebagai ekonomi pinggiran (atau lebih buruk waste economy). Terdapat pola dualist, legalist, dan structuralist dari kelompok elit pada pekerja rentan.
2. Signifikansi agen kelompok yang berbeda dalam sektor formal dan informal: Berhati-hati untuk tidak mengglorifikasi kelompok berpendapatan rendah untuk bernegosiasi terkait ruang urban, ekonomi, dan politik. Lebih kepada mengenali batasan dari agensi, khususnya relasi terhadap kelompok-kelompok berpenghasilan rendah dengan para agen yang lebih kuat seperti grup mafia tertentu.
3. Informalitas sebagai strategi kelompok yang berbeda: Terutama di Global Selatan, informalitas urban tidak hanya tentang kerhidupan yang tak resmi, tapi juga sebagai bentuk kebebasan dan pengorganisasian. Bagaimana informalitas bisa memperoleh kebutuhannya sendiri.

KUTIPAN:

"Understanding social and political relationships within and between the state and multiple sets of actors across these spaces (and across economic, spatial, and political domains within them) helps us to understand how resources are distributed and power secured and consolidated."

"Formality offers state resources and social status, and hence power."

"We suggest that reconsidering informality as a site of critical analysis, rather than a setting, sector, or outcome, requires ‘zooming out’ to explore patterns and processes at the meso- and macro-level, as well as ‘zooming in’ more narrowly on given sectors, settings, or outcomes, or particular groups within these."

"[E]merging theoretical and empirical developments, particularly changing attitudes to informality; the increasing salience of the agency of diverse groups of actors within informal processes and practices (but also limitations to that agency for certain groups); and practices of informality as strategy for elite and subaltern groups."

"This conceptualisation presupposed formality as the norm, and informality as an aberration, a notion that has persisted despite vigorous contestation."

".....to advance this mode of thinking."

"She finds evidence of dualist, legalist, and structuralist forms of informality at play simultaneously, illustrating how social and economic segmentation in the waste economy drives all three theorised relationships, as well as generating processes of accumulation for elites, and social marginalisation and precarity for low-paid vulnerable
workers."

"We must also be careful not to over-glorify the ‘heroic’ nature of low-income groups’ uses of urban informality to negotiate urban spaces, economies, and politics."

Banks, N., Lombard, M., & Mitlin, D. (2020). Urban Informality as a Site of Critical Analysis. The Journal of Development Studies, 56(2), 223-238.

Link: https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/00220388.2019.1577384

#nicolabanks #melanielombard #dianamitlin #journal #developmentstudies #informality #urban

Tidak ada komentar:

Posting Komentar