Kamis, 19 November 2020

Kesehatan Mental Dunia Digital

Dunia maya (cyberspace) menjadi aktivitas yang tak terpisahkan dan mudah menyebar di era sekarang. Masuknya teknologi baru mengubah sikap dan perilaku: bagaimana diri kita dan bagaimana kita menunjukannya ke orang lain. Sekaligus, teknologi mempunyai kemampuan mempengaruhi kesehatan mental. Seperti kecanduan internet, yang merupakan keadaan kompulsif-impulsif dalam penggunaan dunia maya (gaming, sex preoccupation, text messaging).

Seberapa stres kawan-kawan menghadapi dunia digital seperti sekarang? Apakah masih bisa dikatakan sehat? Untuk menjawabnya, mari kita lihat lingkup kesehatan mental dari tataran emosi, sosial, dan psikologi. Tak sekadar fisik, tapi juga ranah perilaku, afektif, dan kognitif. Untuk menguraikannya, mari bertanya ulang: bagaimana kita menentukan pilihan, bagaimana upaya coping pada kesulitan, dan bagaimana ketika berhubungan dengan orang lain ketika berada dalam dunia maya?

Arti kesehatan mental menurut WHO: bagaimana individu dapat menyadari potensinya, mengatasi stres yang ada dalam hidupnya, bekerja secara produktif, dan memberi kontribusi pada komunitasnya. WHO punya program meningkatkan kesehatan mental dengan 2 tujuan: mengurangi 1/3 kematian prematur yang diakibatkan karena penyakit-penyakit yang tak terkomunikasikan, yang berhubungan dengan neurologis dan mencegah penggunaan obat-obatan terlarang sebagai pelampiasan mental yang sakit.

Ryff dan Singer (1998) mengartikan kesehatan mental sebagai sesuatu yang kompleks, gak cuma bebas dari penyakit, tapi juga keberadaan sesuatu yang positif. Kayak bisa nerima diri sendiri, relationship yang sehat dengan orang lain, atau emosi positif secara umum.

Lalu, Pransky (2001) membagi warganet jadi 2 golongan: (a) digital natives: generasi muda yang menjadi penduduk asli dalam intenet; (b) digital immigrants: orang-orang yang tak sepenuhnya terpapar teknologi digital. Sedangkan tahap perkembangan dunia maya ada empat:

(1) Anak-anak: hingga umur 11 tahun untuk nonton kartun, games, dan dunia anak-anak lainnya. 1 dari 3 pengguna internet anak-anak, orang tua memiliki pengaruh yang besar untuk menemani.

(2) Remaja (adolescents): berumur dari 12-17 tahun, internet digunakan untuk pertemanan, komunikasi, dan hiburan.

(3) Dewasa: 18-64 tahun, internet digunakan untuk informasi, belanja, keuangan, dan komunikasi.

(4) Senior: di atas 65 tahun, internet digunakan untuk menjaga kontak dengan teman dan keluarga, tujuan kesehatan, update informasi penting.

Penelitian yang dilakukan oleh Monika Misra ini mengobservasi status kesehatan mental di India. Di mana data pada Juni 2018 menunjukkan 500 juta rakyat India adalah pengguna internet . Temuan menunjukkan: di area urban metropolitan India masalah kesehatan mental lebih merata; stres banyak dialami oleh wanita; masalah psikologi umum yang dihadapi seperti manajemen kemarahan, ketidakstabilan emosi, kurangnya toleransi, rentang perhatian yang berkurang. Pertanyaan yang saya tanyakan juga, meski perempuan punya kecerendungan untuk lebih banyak stres, tapi kenapa yang lebih banyak ngonsumsi drugs itu laki-laki?

Tawaran yang diberikan dalam artikel ini, premis dasarnya bagaimana menyediakan layanan kesehatan mental bagi setiap orang untuk mendapatkan akses yang mendukung kapanpun diperlukan. Juga bagaimana mengatasi stigma dan isolasi sosial.Bisa face to face atau berbasis aplikasi.

Misra, M. (2018). Mental Health in Digital Age. Liberal Studies, 3(2), 235-243.

Selengkapnya: https://sls.pdpu.ac.in/downloads/Liberal-Studies-Journal-July-Dec-2018.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar