Sabtu, 29 Agustus 2015

Pendakian Bukit Raya, Puncak Tertinggi Kalimantan


Bukit Raya ini puncak tertinggi di Kalimantan. Jalur pendakiannya (katanya) nomor dua tersulit dan termahal di Indonesia setelah Jaya Wijaya. Hutannya masih perawan dan banyak pacetnya, haha. Mitosnya juga di sini tempat pertama orang dayak diturunkan, juga tempat semedinya Tjilik Riwut, dan jadi semacam Makkah-nya umat Kaharingan.

Rabu, 12 Agustus 2015 - Sebelum berangkat, kelompok VI (Wahyu, Dinda, Saya, Bang Nesa, Aldi, Cahyadi, Tejo, Chondro, Mbak Diah, Nazmi, Bunda--tapi Bunda nggak ikut naik, hiks) pada foto bersama, lalu kita berjalan menuju Pos I: Sei Dahie. Sei dalam bahasa orang sana artinya sungai. Track pembukanya saja sudah dipenuhi banyak sungai-sungai mengalir. Alhasil, di setiap sungai banyak peserta yang istirahat.
Waktu itu, perjalanan sekitar 3,5 jam (14.00-17.30 WIB). Waktu sampai Pos I, saya dibarengi sama Bang Nesa dan pas sampai sudah ada tiga anggota kelompok kami yang sampai duluan, si Dinda, Chondro, dan Nazmi. Nyampe sana saya dan Dinda langsung masak-masak nasi dan mi. Si Nazmi buat api unggun dan apinya lumayan gedhe, enak buat ngangetin badan. Saat itu nge-camp-nya di bawah pohon bambu, saat masakan matang, kita berlima makan bersama. 

Sebenarnya hati kami pada nggak enak mikir lima anggota kelompok kami yang lain. Syukurnya, entah jam berapa gitu (malam) mereka datang dan kami lengkap lagi. Senang rasanya. Tidurnya, tiga wanita di tenda dan yang laki-lakinya di bawah flysheet. Kelupaan: jangan lupa minta vitamin pada Wahyu, biar besoknya kuat, hihi.
Kamis, 13 Agustus 2015 – Kami berangkat pagi tepat waktu, jam 8 pagi menuju pos II, Tosah dan shelter Air Terjun Bitah Samba. Kami berempat (saya, Dinda, Chondro, Nazmi) kompakan jalan. Kami juga sempat makan siang di Tosah, masak mi dicampur kornet di sana, tapi Dinda nggak makan. Cuma nyemil roti dan energen saja. Akhirnya, kami berempat sampai di Air Terjun Bitah Samba jam empat sore, perjalanan sekitar 8 jam.

Sampai sana, Chondro dan Nazmi langsung cari tempat camp. Saya sama Dinda mandi di tempat yang tak jauh dari air terjun. Kami kungkum di sana. Sejenak jiwa dan tubuh saya lepas mengambang di air terjun sana. Dingin, sejuk, dan lelah bagai mengalir bersama aliran air.
waa
Dinda
Saat saya dan Dinda ke camp, Bang Nesa sampai, tapi lima anggota kami yang lain belum. Saya dan Dinda lalu masak-masak lagi. Menu malam itu spesial: nasi goreng chef Chondro dan mi bihun ala saya dan Dinda, lauknya sarden. Malam itu makan terasa enak banget deh, beneran

Jumat, 14 Agustus 2015 – Sampai pagi, lima anggota kami belum juga sampai di Air Terjun ini. Akhirnya kami memutuskan untuk berangkat lebih dulu. Berangkat sekitar pukul 09.10 WIB menuju Pos II, Hulu Sei Holom. Dan inilah track paling menyiksa se-Bukit Raya. Bayangkan, hampir dua jam track-nya naik terus, sudutnya pun nggak main-main sekitar 70-an derajat. Di titik ini rasanya saya ingin menyerah. Berulang kali saya minum air. Tak saya pedulikan lagi keringat saya. Dan di titik kritis inilah saya ingin mengucapkan banyak terima kasih pada Nazmi yang setia menemani saya. Menyemangati saya dalam diamnya.

Hingga, sekitar jam lima-an sore, saya, Dinda, dan Nazmi sampai di Hulu Sei Holom. Waktu itu Dinda lagi lemes, tenaganya habis, dia nyaris nyasar. Waktu itu Chondro sudah sampai duluan, dan camp kita dari pintu shelter lumayan jauh juga. Demi dekat dengan sungai dibela-belain.

Di camp ini, sumprit, basah banget. Saya dan Dinda masak. Trus Bang Nesa datang. Camp kami juga kedatangan tamu-tamu dari kelompok lain. Kami masak lebih banyak untuk mereka. Setelah makan bersama, datang rombongannya Nuri, Mira, dan Nofrian. Di malam ini juga, Nuri tidur di camp kami di samping Dinda di bawah flysheet.

Nasib lima anggota kelompok kami yang lain masih simpang siur. Tak disangka, kalau nggak salah dengar, jam sebelas malam Wahyu, Aldi, Cahyadi, dan Tejo (minus Mbak Diah) sampai juga di Pos III. Senang rasanya.

Sabtu, 15 Agustus 2015 –  Seperti kemarin, hari ini setelah makan kami siap-siap berangkat. Dapat kabar, Mbak Diah kakinya terkilir dan menginap di Tosah. Kami berangkat sekitar jam 09.20 WIB, bersembilan. Di perjalanan hari keempat ini, saya seperti menemukan arti mendaki. Bahwa sebenarnya yang saya taklukan bukanlah gunung/bukit/tanjakan, tapi yang saya taklukan adalah ego saya sendiri. 

Di sini saya baru merasa teori psikoanalisanya si Freud berguna. Kering sekali belajar teori Freud kalau tidak diaplikasikan dalam gunung. Di track-track ini juga saya belajar: lek wani ojo wedhi-wedhi, lek wedhi ojo wani-wani. Saya perhatikan sebagian besar tanah dan batu yang saya injak punya prinsip bertahan seperti itu. Kuncinya hanya satu: yakin.

Dan ternyata untuk menuju pos selanjutnya, Pos IV Puncak Kait Bulan tak memerlukan waktu panjang. Jam 14.30 WIB kita sudah sampai. Namun, di titik inilah petaka bagi sebagian orang terjadi. Ada orang-orang tertentu yang menyebar hoax bahwa jalur dari Kait Bulan yang langsung menuju ke Bukit Raya tidak ada. Banyak pendaki yang kemakan hasutan dan kembali balik arah—padahal sudah sampai perjalanan separuh lebih. Maklum, jalur kali ini adalah jalur pertama yang ditemukan. Dulunya memang orang ketika sudah ke Kait Bulan akan kembali ke pos sebelumnya jika hendak ke Bukit Raya.
Negeri Hobbit
Puncak Kait Bulan
 Saya, Dinda, Chondro, dan Nazmi pun berhenti di sebuah titik di Kait Bulan untuk memastikan apakah benar? Karena tanda pendakian masih ada kami memutuskan untuk lanjut, disuruh balik rasanya sangat dongkol sekali. Kawan, di Kait Bulan inilah negeri hobbit Kalimantan sebenarnya. Di sini pohon-pohon diselimuti lumut-lumut yang hijau, tebal, dan segar. Indaaah sekali, kawan.
Setelah kami berjalan lagi, ternyata kita sampai di Pos IV, Puncak Kait Bulan. Puncak istrinya Bukit Baka. Shit and fucker for hoax!  Yah, kembali itu pamali di sini. Ingat prinsipnya hidup orang Kalimantan: tak akan menyerah sebelum tercapai!

Di puncak ini suhu lumayan dingin juga. Kelompok kami mendirikan camp di jalan menuju kubangan air kecil. Kami menutup jalan dan dialihkan ke jalur lain. Masang flysheet dan hammock di sekitar tempat itu. Dan senaaang banget, saat itu malam Minggu kelompok kami nyaris lengkap—minus Chondro yang jalan duluan k epos selanjutnya. Berangkat bersembilan, sampai pos sini berdelapan. Yah, kami sepertinya genk jojoba (jomblo-jomblo bahagia).

Malam inilah menurut saya malam yang paling mengesankan di antara malam-malam yang lain di Bukit Raya. Saat itu buat Milo, nyeduh kopi, makan roti, masak nasi. Si Aldi juga masak telur bumbu kecap dan teri sambel (tak kusangka Aldi pintar masak). Lalu makannya muter bareng-bareng, kita membuat lingkaran dan saling bercandaan. 

Topiknya Aldi dan Cahyadi gombalin Dinda. Trus Dinda nyoba buat permainan ABC-an kayak nyebutin nama-nama kota, tapi tak bertahan lama. Dinda tak kehabisan akal untuk ngajak sharing perkenalan diri dan tujuan masing-masing ke sini, tapi tak ada yang mau—sebenarnya saya mau Din. Kami, ketawa berdelapan. Dingin yang menusuk rasanya tak terasa lagi. Ah, maniis sekali. 

Dan tidurnya pun masih sewot-sewotan. Dalam satu flysheet yang kagak luas, berdelapan kita masuk semua coba. Lima di matras, tiga di hammock. Desek-desekan, kaki nggak bisa gerak karena bakal nendang orang yang tidur di hammock. Saya dan Dinda tidur di pinggir. Jian tenan, haha.Ya, inilah hotel rimba.

Minggu, 16 Agustus 2015 – Kami bangun kesiangan. Suasananya asli mager (males gerak). Pagi itu gerimis juga. Dan karena sambel buatan Aldi semalam, perut kami pada sakit, bingung bokernya. Waktu itu, saya dan Cahyadi nyari air. Ah, saya malah curhat kangen rumah sama Cahyadi. Dia bilang apa coba? Cahyadi said: Sebulan, tiga bulan lagi kamu akan rindu saat-saat seperti ini, kalau ingat rumah akan tambah memberatkan, dinikmati saja Isma. Hati saya jadi lumayan tenang.

Karena kesiangan, kami berangkat pukul 10.00 WIB menuju Pos V Shelter Hulu Sei Samba. Dan jaraknya ternyata tak jauh, jam setengah tiga sore kita sudah ampai Pos V. Lalu kita rembugkan lagi, lanjut sampai ke puncak nggak? Kami memutuskan untuk lanjut. Perjalanan ke puncak cukup nguras tenaga juga. Perjalanan kurang lebih sama waktunya dari Pos IV ke Pos V, 4 jam-an. Waktu itu sampai puncak bareng sama Chondro. Pukul 18.30 WIB kami sampai dan langsung berdoa di sana. Alhamdulillah. Puncak men!

Ya, di puncak kami nge-camp berenam (saya, Dinda, Chondro, Nazmi, Bang Nesa, dan Nuri dari kelompok I, tiga sekawan masih di belakang). Di sini, bah, ademnya, tapi ada satu yang bikin saya kuat: kata-kata si Nazmi, kalau nggak pengen dingin di rumah aja, jangan di gunung. Jleb.

Senin, 17 Agustus 2015  Selamat ulang tahun Indonesia!!!

Yah, jam setengah sepuluh di puncak misi kami untuk mengibarkan bendera merah putih di Bukit Baka Bukit Raya, puncak tertinggi Kalimantan terwujud. Di detik-detik proklamasi kami mengadakan upacara bendera. Waktu itu juga ada penyerahan medali dari bupati. Eh, Bang Raji (ketua panitia) nggeret saya yang lagi bengong suruh mewakili yang dari jurnalis. 
Hiduplah Indonesia Raya
hormat grak!
foto bareng bupati
Sekitar jam 11-12, kami dan peserta lain pada foto-foto. Menikmati suasana puncak.
Sampai puncak, Na
Mau dzuhur kita perjalanan turun menuju Pos VI Shelter Bitah Samba. Nah, dalam perjalanan ke pos inilah kami kehabisan air, nyaris dehidrasi. Di sini saya baru bisa merasakan derita orang Indonesia timur yang bilang “sumber air sudekat” lalu yang dari belahan Indonesia lain menirukan logat ini dengan ketawa-tawa ngakak. Di tempat ini saya baru sadar kalau air itu sangat penting.

Apalagi dari perjalanan ke Pos VI Bitah Samba kami melewati jembatan gantung setan yang siap menjeburkan kami ke jurang. Dinda nyaris jatuh lewat jembatan itu karena tasnya udah melayang-layang, tapi untungnya cuma tempat minumnya aja yang jatuh. Waktu itu untung ada Nuri yang ngarahin. 

Di perjalanan ini kami kehabisan tenaga. Soalnya enggak makan, air nggak ada, track-nya rata-rata lewat di antara jurang-jurang. Duuh. Meski sebenarnya jaraknya nggak terlalu jauh, sekitar 4 jam-an. Gara-gara nggak ada tenaga jadi terasa berat. Akhirnya, sampai sana sekitar magrib-an, jam lima-an lebih. Kita nge-camp di tempat yang kasurnya akar-akar. Begitulah sensasinya. Nuri masih bersama kelompok kami, kasihan, dia sakit.
logisitk
Chondro lagi iklan produk, Aldi terpesona

Selasa, 18 Agustus 2015 – Bangun lumayan pagi. Berangkat ke pos selanjutnya sekitar pukul sembilan-an. Namun kali ini menempuh perjalanan yang lumayan panjang. Kita lewat di shelter Soa Tohotung dan Tosah, hingga lanjut terus kembali ke pos I di Dahie. Butuh waktu sekitar 8,5 jam dengan track menurun dan sungai-sungai. Saat itu di perjalanan perut saya sakit. Ya, sedikit mengobati sakit dan lelah karena ada temen jalan dari belakang, Bang Nesa. Saya sama Bang Nesa sampai di Dahie magrib jam 18.30 WIB. 
Di pos sana Chondro udah buat tenda, ada Mbak Diah juga di sana. Kita masak-masak, ngobrol-ngobrol juga. Aduh, kebersamaan yang tak terlupakan. 

Rabu, 19 Agustus 2015 – Hari ini kita dapat ikan banyak. Yang nggoreng si Wahyu. Ya, setelah monoton mi-sarden, kami perbaikan gizi, haha. Di pos ini anak-anak pada malas balik. Hasilnya, berangkat siang banget. Enaknya, perjalanan terasa lebih cepat dan ringan. Masih sempat main-main juga di sungai, minum air sungai langsung. Air sehat alami yang tak perlu pakai pengawet. Bergizi karena ada gizi dari akar dan daun pohon-pohon. Akhirnya sampai ke tempat awal pemberangkatan. Kami dijemput avanza-avanza untuk kembali ke rujab. 

Kamis, 20 Agustus 2015 – Tubuh  istirahat total, pikiran notal kenangan-kenangan.

#IS, dua puluh sembilan agustus 2015

39 komentar:

  1. Butuh persiapan matang ya untuk bisa mencapai Gunung Titik Tertinggi di Kalimantan. Semoga 2017 bisa main ke Bukit Raya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin :)

      Saya ke Bukit Raya karena beruntung mas. Nggak pernah ada kepikiran sama sekali kesana, tiba-tiba aja ada the invisible hand yang ngantar saya ke sana. Plus kenal sama orang-orang dan endemik Kalimantan Tengah.
      Persiapan pendakian pun saya dulu karena bukan expert dan tak tahu medan, masih saya ingat agak "nyesekin", haha. Banyak ngrepotin dan dipinjami teman...
      Persiapan utama bagi saya niat mas. Baru akomodasi, logistik, dan lain-lainnya. Karena keberuntungan terbesar ketika bisa sampai di puncak dan kembali lagi adalah membersihkan hati...

      Hapus
  2. wah ada mas agil diatas saya yang punya slamet hehe. 2016 saja mas kita rencana sumpah pemuda disana bulan oktober ini, saat ini sedang mencari info2.

    mba isma boleh saya minta kontaknya ? untuk mencari info tentang perjalanan ke bukit raya terima kasih mba isma

    BalasHapus
    Balasan
    1. Secara umum perjalanan saya dari Jogja, trus ke Palangkaraya ke desa Tumbang Manggu, dan masuk pendakian via Tumbang Habangoi (ini desa terakhir). Trus masih perjalanan lagi seingat saya sekitar 2-3 jam-an buat sampai di camp rahanjang. Jalanannya padang tanah merah Kalimantan yang berhamburan kalau kena angin... Plus hutan-hutan...
      Posnya sendiri ada sekitar tujuh pos:
      I. Shelter Sei Dahie
      II. Shelter Air Terjun Bitah Samba
      III. Shelter Hulu Sei Holom
      IV. Shelter Puncak Kait Bulan
      V. Shelter Hulu Sei Samba -> Puncak Bukit Raya
      VI. Shelter Bitah Samba
      VII. Balik ke Shelter Dahie lagi dan balik ke Palangkaraya.
      Per pos, dulu kita satu hari, makanya agak lama. Semingguan di hutan. Rigid perjalanan, seperti saya ceritakan di cerita atas.

      Kontak lewat imel saya saja ya: isma.swastiningrum@gmail.com

      Hapus
    2. terima kasih mba isma kontaknya, segera saya hubungi emailnya.

      Hapus
  3. Mantaabbb euy..
    Subhanalloh..

    Salam kenal dari temanmu di jawa.
    Arik, satu dari jutaan anak indonesia yg suka menggunung.

    Saya ada keinginan berkunjung ke bukit saya nih.
    Semoga tahun ini bisa ya.. Aminn..
    PLanningnya sih akhir april ini.
    Mohon infonya ya..

    Salam.
    Arik

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya, salam kenal Mas Arik...
      Semoga planning-nya terwujud, amin :)

      Hapus
    2. mas arik nanti saya bisa tanya2 ya abis trip aprilnya. saya dkk oktober 2016 ini plan kesana.

      Hapus
    3. Asslamualaikum...maaf ganggu nih mba Isma...Sya Ade Mba yang kemaen dari Palangkaraya...hehehe..
      buat agan agan semua yang ingin bareng yo..kita akhir mei ini ke Bukit Raya...kami InsyAllah kalau tidak ada halngan akan berangkat di Akhir Mei...ni Kontok saya..
      082350510575..biar bareng kita..jadi akomodasinya murahh..hehheh

      Hapus
    4. Monggo-monggo, bareng-bareng memang lebih enak.

      Hapus
    5. Assalamualaikum,
      Makasih info nya mba isma, bole gabung tak mas Rizki?
      lagi ngumpulin kbranian untuk ngadepin pacet *_*

      Hapus
    6. Hayo itu Mas Rizki ditanya :D

      Haha, dasar pacet. Pacetnya semprot pakai minyak wangi aja mbak, dia bakal turun sendiri. Kalau dipaksa diambil tangan darahnya beberapa menit akan keluar terus, dan ini bekasnya di kaki saya masih ada.Buat kenang-kenangan. Haha.

      Hapus
    7. siipp..
      prepare minyak wangi segalon.. ;)

      Hapus
    8. Hahaha,buat mandi juga entar sekalian

      Hapus
    9. maaf baru dibalas baru lihat, mba nur dkk bisa hubungi temen2 jong nusantara ada bung dimas 081320001772, bung dika 082299402460, atau non nike 085659623264.

      Hapus
  4. sedikit saran nih buat teman dari pulau jawa yang mau ngetrip ke bukit raya, dilihat dari kawasan taman nasional bukit raya yg masih dipenuhi hutan belantara, usahain jangan pas musim panas karna musim panas di kalimantan rawan kebakaran hutan. jadi idealnya ke bukit raya itu bulan januari februari maret april dan jangan lupa bawa ponco juga ya hihihi.. selamat mendaki aja deh buat yang mau main ke bukit raya, tetap utamakan keselamatan dalam mendaki, dan jangan lupa lestarikan selalu hutan indonesia dimanapun kita berada. selamat berpetualang ditanah borneo :)


    BalasHapus
  5. Terima kasih Mas Arif infonya. Memang di Kalimantan isu laten tentang kebakaran (hutan)kayaknya jadi hantu dan membentuk dunia kabut sendiri. Tak hanya di hutan kadang di kota kayak Palangkaraya juga kena. Eksploitasi kapitalis yang tidak bertanggung jawab entah kapan berhentinya.

    Dulu kami berangkatnya bulan Agustus, dan kebetulan saat itu musim hujan..

    BalasHapus
  6. Hmm, saya org medan yg tinggal d kalimantan...
    Saya bru tau hari ini yg namanya "bukit raya"...
    Saya bukan pendaki, hanya hobi menghabiskan waktu di alam terbuka..
    Dan berkat ulasan isma.. saya tertariiiiiik banget kesana.. :) hehehehehehehehe... kapan2 pasti ke sana........ ngumpulin dana dan tekad dulu... hehehehehehehehe nice info isma..;)

    BalasHapus
  7. Hai, salam kenal....
    Agustus ini ak akan ke bukit raya Insya Allah.
    Mau tanya, itu via jalur mana yaa???
    Sepertinya ini lewat kasongan katingan Kalteng.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, lewat sana. Via Tumbang Manggu, Tumbang Habangoi.

      Hapus
  8. Halo mba isma, membantu bgt buat saya, bisa dibantu dengan kontaknya? Bisa dikirim k email saya gracelonda@gmail.com trimakasih sebelumnya, Salam kenal :)

    BalasHapus
  9. gimana cara tour ke bukit raya? dan lokasi nya dimana ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Silahkan dibaca artikelnya dulu, Mas. Terima kasih :)

      Hapus
  10. Mohon Izin mbak (jika tidak berkenan silahkan dihapus)

    Jong Nusantara Proudly Present
    Seven Summits Ke-4 dalam Rangka Peringatan Sumpah Pemuda di tahun 2016, Setelah tahun sebelumnya pada 28 Oktober 2013 (Rinjani) 2014 (Semeru) 2015 (Kerinci)
    Pendakian Bersama dan Memperingati Hari Sumpah Pemuda dengan tema “Menjaga Tiang Langit di Tanah Borneo”
    BUKIT RAYA 23 Oktober s.d 1 November 2016

    Include :
    - Tiket Pesawat PP (Jkt - Pontianak)
    - Bus dan Akomodasi Selama Perjalanan
    - Makan 2x
    - T-shirt
    - Stiker
    - Sertifikat
    - Doorprize
    Estimasi Biaya : Rp4.115.000 (MP: JKT) dan Rp3.025.000 (MP: Pontianak)
    CP:
    Adeendyka : 082299402460 (JKT)
    Hendrik : 087888305982 (JKT)
    Dzay : 081514577323 (SBY)
    Nur : 082343221126 (Makasar)

    BalasHapus
  11. Ceritanya asyk, kental dg bahasa jurnalisnya..Selamat yaa sampai di puncak bukit raya..kapan2 juga akan muncak d sana..

    BalasHapus
  12. Kalau ada yang mau ke puncak bukit raya lagi, mari kita bareng2... saya kebetulan baru kerja di Tumbang Samba, desa yg dekat dengan Tumbang Habangoi (desa terakhir) dan mau kesana tapi gak ada teman.. kalau ada yg mau 2017 ini kita trip kesana.. kontak rudiniingenious@gmail.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Denger2 gosipnya bakal ada pendakian masal lg mas

      Hapus
  13. Wah mba Isma, gara-gara tulisanya jadi aku jd kangen bukit raya..
    Salam lestari

    BalasHapus
  14. Salam lestari mbak2 mas2 perkenalkan saya yusuf... Saya dari jawa anak perantauan saya baca2 gunung di kalteng yang tertinggi adalah gunung bukit raya.. Saya merasa tertantang u ntuk mendak ke gunung itu... Apakah agustus ini akan ada pendakian lagi mohon infonya??
    Bisa hubungi Wa: 085648508861

    BalasHapus
  15. wah keren, jadi pengen juga saya ke bukit raya. kebetulan saya orang kalteng(palangkaraya), tp sekarang tinggal di kalsel(banjarmasin).

    BalasHapus
  16. assalamualaikum,mbak isna...salam kenal,top itinerary nya bisa buat panduan mendaki ke bukit raya..

    BalasHapus
  17. Kerennn...
    Terima kasih mba ceritanya 😊
    Semoga 2 April 18 ini jadi kesana...
    Klo ada yg mau bareng contact 085753744722 (WA)

    BalasHapus
  18. Wahhh mantep mba..
    Jadi gak sabar nunggu april ini.

    Oiya btw, sekaian promosi ya kalo ada yg mau ikut trip bukit raya untuk 1-9 april via tumbang habangoi bisa kontak saya ya. Nama saya hafy (085820555190)

    Terimakasih ������

    BalasHapus
  19. Salam..
    Ijin bertanya: jika ke bukit raya jalur manakah terdekat? Apakah via rantau malam atau D.Habangoi?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maafkurang tahu mana yang terdekat, saat itu saya hanya mengikuti instruksi panitia ekspedisi saja. Namun yang jelas kami melewati Tumbang Habangoi.

      Hapus