Sabtu, 12 Juli 2014

Review Film “The Secret Life of Walter Mitty”


Motto Perusahaan
Yap, agak freaky emang nih film. Haha. Bercerita tentang sebuah perusahaan majalah. Nama majalahnya sendiri “LIFE”. Motto dari perusahaan ini sangat menantang sekali, To see the world, things dangerous to come to, to see behind walls, to draw closer, to find each others and to feel. That is the purpose of LIFE”. Sayangnya, karena sesuatu hal, perusahaan dalam wujud kertas ini mau tutup (akan beralih ke produk digital)  dan akan mengeluarkan edisi akhir majalah. Cover terakhir dari majalah LIFE ini sangat spesial, karena merupakan intisari dari akumulasi perjalanan LIFE. Ada 25 foto negatif yang dikirimkan orang bernama Sean O’Connell, dia seorang fotografer, dan foto ke-25 lah yang rencananya akan dijadikan cover.

Tokoh utamanya adalah Walter Mitty. Seorang dreamy man, yang suka mengkhayalkan hal-hal yang tinggi, aneh, dan tidak masuk akal. Seorang pekerja yang dedikatif, yang sudah 16 tahun bekerja di LIFE sebagai layouter dan duduk di bagian perfotoan. 

Masalah terjadi, foto yang dikirimkan Sean yang nomor 25 tidak ada! Walter bingung, sudah berjuta foto masuk di mejanya, tapi baru satu ini hilang. Ia cari negatif foto itu di tempat kerjanya bersama sahabatnya, tapi tidak ada.

Akhirnya, Walter memutuskan untuk mencari dimana keberadaan Sean, fotografer bebas. Masalahnya juga mencari Sean tidak gampang, hidupnya dimana-mana, sehari di belahan bumi sini, sehari di belahan bumi sana. Lalu, melalui 24 foto lain yang diberikan Sean. Dicetak dan dipelajari foto-foto itu, ada teka-teki dan petunjuk yang tersimpan. Ia diskusikan ini bersama salah satu pekerja wanita bernama Cheryl Melhoff yang diam-diam Walter mencintainya. Cheryl ini punya anak satu bernama Richy, Cheryl baru sebulan bekerja di LIFE dan terancam PHK karena penutupan perusahaan. Kisah cinta Cheryl dan Walter ini lucu gitu, haha. Apalagi lamunan Walter, dari dia nolong Cheryl dan anjingnya pas lagi ada bom di sebuah perkotaanlah, atau tiba-tiba Walter jadi manusia kutub yang memberi Cheryl bunga-lah, atau Walter pengen berubah jadi Benjamin Button yang mengecil dan menua bersama Cheryl dan mati di samping Cheryl, unik banget imajinasi dia. Atau kegalauan dia saat mengirim “kedipan” di media sosial bernama e-harmony (sejenis “colek” kalau di fesbuk), dia galau nge-klik, iya-enggak-iya-enggak, haha.

Petualangan pun dimulai. Dari teka-teki foto-foto dan diskusinya dengan Cheryl. Dia sampai di sebuah pelabuhan terpencil gitu. Ia datangi café dan bertemu dengan seorang penyanyi laki-laki besar yang mengajaknya bernyanyi tapi Walter tidak mau. Terjadilah perkelahian, saat jempol laki-laki besar ini dekat dengan mata Walter, ia menemukan teka-teki lagi. Jempol ini sama dengan salah satu dari 24 foto. Perkelahian berhenti dan dua orang ini ngobrol-ngobrol. Laki-laki ini bercerita jika Sean pernah datang ke café itu, tapi dia pergi naik perahu gitu. Kebetulan laki-laki besar ini mau mengirim sebuah radio komunikasi gitu ke sebuah perahu dengan naik pesawat pribadi. Namun, laki-laki ini mabuk. Café ini cukup gila, masak satu porsi gelas bir ukurannya 2 literan, bentuk gelasnya sepatu besar gitu. Walter ragu, lalu imajinasinya datang. Ia melihat Cheryl tengah menyanyi lagu untuknya, menuntunnya ke arah pesawat, lalu saat pesawat on, Walter berlari dan melompat ke dalam pesawat. Nyaris tertinggal. Saat pesawat sampai di tengah lautan, laki-laki besar itu menyuruh Walter untuk melompat ke bawah. Walter ketakutan, melompatlah dia. Dia terapung-apung di laut, lalu ada ikan hiu yang nyaris melahapnya, untungnya ditolong oleh awak-awak kapal.

Di kapal itu ia menemukan petunjuk lagi. Dari bungkus roti ada tulisan tempat-tempat yang Sean datangi untuk berfoto, lalu didatangilah tempat itu.

Walter lalu tersesat di Islandia! Ia harus balapan memperebutkan sepeda dengan orang-orang laut saat sampai di dermaga, karena cuma satu-satunya sepeda. Naiklah ia, lalu saat sampai di savana hijau yang indah, dia melihat burung-burung banyak terbang. Lalu burung-burung itu membentuk formasi wajah Cheryl hingga tak sadar Walter menabrak sebuah tiang dan terloncat. Karena sepedanya rusak, ia memutuskan berjalan. Lalu ia bertemu dengan anak yang membawa skateboard, Walter teringat dengan Richy (anak Cheryl) yang ingin skateboard seperti itu. Lalu ia membuat penawaran pada si anak, boneka Armstrong miliknya untuk ditukar denga Skateboard itu, anak itu mau.

Dipakailah skateboard itu untuk mengarungi savana Islandia yang hijau dan indah. Ia datangi hotel tempat Sean menginap, tapi Sean sudah pergi di pegunungan gitu. Lalu Walter mencari lagi, naas, erupsi gunung terjadi. Walter pun berpetualangan di tengah erupsi itu.
Walter saat di Himalaya
Hingga akhirnya deadline pun tiba. Walter belum menemukan foto itu. Bosnya yang baru memecatnya. Di rumah, ia menemukan petunjuk lagi dalam piano ibunya. Lalu Walter bertanya pada sang ibu tentang Sean. Ibunya pun mengatakan keberadaan Sean. Ternyata Sean ada di Afganistan! Di pegunungan Himalaya! Dan berangkatlah Walter kesana. Petulangan dan pemandangan indah terjadi dalam scene ini. Ia bertemu penduduk asli Himalaya, mendaki bersama mereka, hingga ia pergi sendiri mencari Sean.

Dan, pencariannya pun membuahkan hasil. Ia bertemu Sean yang tengah duduk manis di belakang kamera, menunggu leopard salju (the ghost cat) datang. Walter ceritakan semua yang terjadi pada Sean, khusunya tentang dimana foto ke-25 itu? Sean pun menjawab foto itu ada di dalam dompet bersamaan dengan 24 foto lain tapi terpisah. Itu kado spesial Sean untuk Walter. Namun telat, dompet itu telah dibuang Walter di tempat sampah saat ia depresi dulu. Ia pun sedih. Lalu ia pulang.

Tak terduga, setiap pernak-pernik Walter selalu disimpan ibunya. Termasuk dompet yang Walter buang ketika ibunya memasak. Lalu, setelah ditemukan negatif foto itu, ia ke kantor dan memberikan foto itu kepada bosnya yang baru ketika rapat. Awalnya Walter tak diterima karena ia bukan lagi karyawan, ia bilang niatnya hanya ingin memberikan foto itu. Walter juga bertanya pada bosnya yang baru, “apa motto LIFE?”. Bosnya bilang, “Im Lovin It” yang jelas-jelas itu motto Mc. Donald, lalu Walter keluar.

Saat ngambil gaji akhirnya gitu, ia melihat Cheryl, dikejarlah wanita itu dan ia ungkapkan perasaan sesungguhnya. Cheryl salting, nggak ada kejelasan disini. Tapi kemudian mereka jalan berdua. Di jalan ada toko majalah, mereka berdua pun melihat edisi terkakhir dari majalah LIFE. Cover-nya adalah foto Walter Mitty: “Final Issue—Dedicated to the people who made it”.
Cover Akhir "LIFE"
Film ini cocok untuk ditonton para jurnalis. Menurutku, ia berbicara tentang dedikasi dan petualangan. Meski di bagian tertentu ada yang nggak nyambung.

Jogja, 12 Juli 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar